14 May 2025
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
tatkala.co
No Result
View All Result

Ekspansi Pariwisata Atas “Rompok-Rompok” (Ruang Agraris) di Nusa Penida

I Ketut SerawanbyI Ketut Serawan
November 13, 2019
inEsai
Ekspansi Pariwisata Atas “Rompok-Rompok” (Ruang Agraris) di Nusa Penida

https://nusapenidapoint.com/santai-di-enjoy-beach-nusa-penida/

340
SHARES

Semenjak melejit 4 tahun belakangan, ekspansi sektor pariwisata atas ruang agraris kian tak terbendung di Pulau Nusa Penida. Pemandangan (wujud) ekspansi-ekspansi ini tampak nyata mulai dari teritorial pesisir, dataran hingga perbukitan. Rompok-rompok (rumah sangat sederhana untuk mendukung aktivitas pertanian) sebagai simbol kejayaan agraris, kini tumbang (habis) menjadi penginapan seperti hotel, hostel, cottage, villa dan lain sebagainya.

Ekspansi di daerah pesisir tampak sangat agresif. Hampir tidak ada sisa rompok-rompok berdiri di sepanjang pesisir pantai utara Nusa Penida. Berbeda dengan tahun 80-an hingga tahun 200-an, rompok-rompok berjejer memenuhi lekuk garis pesisir pantai. Bangunan dengan dinding bedeg dan atap daun kelapa ini sangat mendominasi.

Awalnya, deretan bangunan ini didominasi oleh rompok-rompoknelayan. Namun, ketika budidaya rumput laut meroket, rompok nelayan seolah-olah tenggelam. Diganti dengan, rompok-rompok petani rumput laut bak jamur di musim hujan. Berjejer, berhimpitan, dan berdesak-desakan. Rompok-rompok inilah yang pernah mengangkat martabat petani di Nusa Penida.

Hasil pertanian rumput laut jauh lebih menjanjikan daripada petani konvensional (ladang dan ternak). Jika petani konvensional memetik hasil dalam setahun, maka petani rumput laut cukup membutuhkan waktu panen rata-rata per 35-40 hari. Di samping singkat, hasil panen rumput laut jauh lebih besar daripada hasil panen petani konvensional.

Hasil panen rumput laut tidak hanya mampu menutupi biaya dapur, biaya sosial, biaya religius bahkan mampu menyokong biaya yang fundamental yakni biaya pendidikan. Awalnya, masyarakat hanya mampu bersekolah pada tingkat SD. Namun, kedigjayaan rumput laut mampu secara masif mengangkat derajat warga (terutama pesisir) untuk mengenyam pendidikan hingga ke tingkat SMP, SMA, bahkan perguruan tinggi. Testimoni inilah yang mendorong ruang pesisir kian dijamuri rompok-rompok petani rumput laut, dengan sisa ruang (lahan) kosong untuk menjemur rumput laut.

Memasuki akhir tahun 2004, keberadaan budidaya rumput laut mulai goyang. Entah karena faktor apa, rumput laut tidak bisa berkembang dengan baik. Ranting-rantingnya selalu membusuk, lalu mudah disapu ombak dan gerusan air laut. Akibatnya, petani terus gagal panen. Petani mengalami kerugian bertubi-tubi, hingga akhirnya tidak dapat bertani rumput laut lagi.

Sejak itulah, rompok-rompok pesisir menjadi sepi. Aktivitas pertanian rumput laut menjadi mati. Rompok-rompok ditinggalkan oleh pendukungnya. Jadilah rompok-rompok itu sebagai hunian memedi. Kesunyian ini berlangsung kurang lebih 12 tahunan.

Baru memasuki tahun 2016, aktivitas pesisir pantai mulai menggeliat lagi. Akan tetapi, aktivitas ini tidak berkaitan dengan kegiatan bertani rumput laut melainkan bertani dollar. Satu per satu rompok-rompokditumbangkan, diratakan, dan disulap menjadi penginapan. Memedi mulai terusik. Puncaknya, tahun  2018 dan 2019, rompok-rompok dan memedibetul-betul lenyap ditelan perubahan.

Sepanjang pesisir pantai utara, kini sudah berjejer akomodasi penginapan mengikuti lekuk tubuh pantai. Jika malam, penginapan-penginapan ini bermandikan cahaya, berbeda dengan rompok yang gelap gulita.

Bukan hanya pesisir pantai, ekspansi pariwisata juga terjadi di laut. Laut yang semula sebagai tempat menanam rumput laut, melabuhkan sampan-sampan petani rumput laut dan nelayan, kini juga merasakan kejamnya ekspansi itu. Bekas-bekas petak (lahan) rumput laut sudah menjadi lintasan diving dan wahana air untuk wisatawan. Sementara itu, lahan parkir (berlabuh) sampan-sampan atau jukung petani rumput laut dan nelayan makin terhimpit. Sekarang, lahan-lahan laut itu sudah dicaplok oleh speed boat, sampan, dan jukung untuk diving.

Selain pesisir (lautan), kepungan ekspansi juga melanda wilayah perbukitan di Nusa Penida. Bangunan-bangunan penginapan terus menyerang rompok-rompokpetani konvensional. Hampir setiap hari, alat-alat berat excavator terus menderu–meratakan batu-batu kapur perbukitan. Penginapan-penginapan dengan berbagai style tak terbendung, mulai dari model tradisional (rumah panggung, jineng) hingga bangunan modern. Pun bermunculan cabang jalan-jalan baru (diaspal/ dibeton) menuju akses penginapan. Jalan yang tentu lebih mulus daripada era rompok-rompokterdahulu.

Jika dicermati, keberadaan bangunan-bangunan penginapan ini jauh lebih banyak daripada jumlah rompok-rompok sebelumnya. Perbukitan dengan berbagai view (terutama view laut), berjejer penginapan dengan penataan yang lebih rapi, mulai dari belahan timur Pulau Nusa Penida, belahan utara, hingga belahan barat. Kondisi ini tampak jelas kalau dilihat dari permukaan air laut.

Tak kalah gencarnya, serangan pendirian akomodasi penginapan juga terjadi di dataran (tegal) pedalaman hingga menusuk ke perkampungan rumah-rumah warga. Serangan ini ditandai dengan laju excavator yang tak henti-hentinya merobohkan rompok-rompokpetani konvensional. Lahan-lahan produktif tempat menanam palawija dibelah dengan akses jalan.

Fenomena pendirian akomodasi penginapan ini telah merampas kemerdekaan ruang agraris di Nusa Penida. Dalam 5-10 tahun ke depan, ruang dan aktivitas agraris akan betul-betul menemui ajalnya. Para generasi petani tulen (baik konvensional maupun rumput laut) sudah memasuki usia renta. Sementara generasi milenial, yang gagap bertani, sudah telanjur sumringah dengan gemerlap industri pariwisata. Karena itulah, kebijakan pemda Klungkung untuk merevitalisasi budidaya rumput laut di Nusa Penida menjadi kurang populis. Kebijakan ini akan menjadi hiburan bagi pesakitan para petani, yang telah menjadi pecundang transisi pariwisata.

Bagi generasi milenial Nusa Penida, terjun ke dunia lumpur (baca: bertani) rasanya sangat berat. Apalagi, dengan metode yang bersifat tradisional. Mengulang cara-cara tradisional tentu tidak sesuai dengan karakter milenial yang kreatif. Di samping membosankan, juga tak memberikan penghasilkan yang menjanjikan. Belum lagi, perspektif kaum milenial yang memandang remeh citra pekerjaan petani. Karena kaum milenial sekarang memang tidak disiapkan untuk menjadi petani. Kalaupun ada sekolah pertanian atau kampus jurusan pertanian, hingga saat ini belum mampu mengangkat martabat petani. Jurusan ini hanya menjadi pelengkap dan sepi peminat.

Berdasarkan konteks di atas, maka ide revitalisasi budidaya rumput laut menjadi tak laku dan terkesan terlambat. Kaum milenial dipastikan tidak tertarik dengan ide bertani rumput laut. Apalagi, ide ini muncul justru ketika sektor pariwisata sedang melangit dan dipandang menjanjikan di Nusa Penida. Jangankan kaum milenial, kaum tua pun sudah telanjur beralih ke sektor pariwisata.


BACA ESAI DAN OPINI TENTANG NUSA PENIDA

  • Pariwisata Nusa Penida, Menggeser Perspektif Ternak Kaki Empat Menjadi Roda Empat
  • Menyoal Attitude Wisatawan di Nusa Penida: Dari Drama Komplain, Abai, Bengkung, Hingga Isu Moratorium
  • Legenda Pasih Uug (Broken Beach), Alarm Leluhur yang Tak Pernah Tidur
  • Pariwisata Nusa Penida: Antara Broken Beach dan “Broken-Broken” Lainnya

Walaupun kajian akademis mengungkapkan bahwa budidaya rumput laut masih potensial di Nusa Penida, tidak serta merta akan mengubah mindsetwarga beralih ke sektor agraris (petani rumput laut). Kalau ingin serius, barangkali pemda Klungkung dapat melakukan sejumlah langkah-langkah mendasar, antara lain: pendataan pendukung atau warga yang mau bertani rumput laut, perlu adanya stimulus subsidi modal, jaminan pemasaran,  potensi keberlangsungannya, metode bertaninya, kepastian penghasilan, dan potensi estafet generasi pendukungnya.

Itu pun tidak menjamin, karena kepungan sektor pariwisata terlalu kuat saat ini. Jikalaupun ada beberapa yang mau terjun menjadi petani rumput laut, mereka akan tetap menjadi semacam komunitas yang marginal. Kekuatan marginal ini tentu tidak akan mampu menyaingi sektor pariwisata. Malah yang terjadi nanti adalah aktivitas budidaya rumput laut akan takluk dan dimanfaatkan oleh sektor pariwisata sebagai ekspansi baru.

Praktisi-praktisi pariwisata akan mengemas aktivitas budidaya rumput laut sebagai “drama”. Drama paket wisata yang akan dijual kepada para wisatawan. Mereka, para (pelaku) petani rumput laut diberikan panggung bertani di laut. Selanjutnya, para pelaku pariwisata mengajak wisatawan untuk menonton “drama budidaya” itu. Ujung-ujungnya, sektor pariwisata semakin melebarkan ekspansinya. Pelaku wisata memiliki paket alternatif baru, selain keindahan alam Nusa Penida. Sebaliknya, petani tetap saja menjadi budak (menghamba) kepada kolonial pariwisata. Kalau ini terjadi, maka ekspansi pariwisata tidak berhenti pada rompok-rompok petani (ekspansi fisik agraris), namun ke depan akan merambah kepada ekspansi mental para petani. [T]

Tags: baliNusa PenidaPariwisata
Previous Post

Imbang: Meditasi Visual I Nyoman Darya

Next Post

Macau Bukan Hanya Kasino – Ada Tragedi, Komedi dan Hal Lain Tentang Manusia

I Ketut Serawan

I Ketut Serawan

I Ketut Serawan, S.Pd. adalah guru bahasa dan sastra Indonesia di SMP Cipta Dharma Denpasar. Lahir pada tanggal 15 April 1979 di Desa Sakti, Kecamatan Nusa Penida, Kabupaten Klungkung. Pendidikan SD dan SMP di Nusa Penida., sedangkan SMA di Semarapura (SMAN 1 Semarapura, tamat tahun 1998). Kemudian, melanjutkan kuliah ke STIKP Singaraja jurusan Prodi Bahasa, Sastra Indonesia dan Daerah (selesai tahun 2003). Saat ini tinggal di Batubulan, Gianyar

Next Post
Macau Bukan Hanya Kasino – Ada Tragedi, Komedi dan Hal Lain Tentang Manusia

Macau Bukan Hanya Kasino - Ada Tragedi, Komedi dan Hal Lain Tentang Manusia

Please login to join discussion

ADVERTISEMENT

POPULER

  • Refleksi Semangat Juang Bung Tomo dan Kepemimpinan Masa Kini

    Apakah Menulis Masih Relevan di Era Kecerdasan Buatan?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Ulun Pangkung Menjadi Favorit: Penilaian Sensorik, Afektif, atau Intelektual?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Tulak Tunggul Kembali ke Jantung Imajinasi

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • ”Married by Accident” Bukan Pernikahan Manis Cinderella

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • “Muruk” dan “Nutur”, Belajar dan Diskusi ala Anak Muda Desa Munduk-Buleleng

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

KRITIK & OPINI

  • All
  • Kritik & Opini
  • Esai
  • Opini
  • Ulas Buku
  • Ulas Film
  • Ulas Rupa
  • Ulas Pentas
  • Kritik Sastra
  • Kritik Seni
  • Bahasa
  • Ulas Musik

Pendidikan di Era Kolonial, Sebuah Catatan Perenungan

by Pandu Adithama Wisnuputra
May 13, 2025
0
Mengemas Masa Silam: Tantangan Pembelajaran Sejarah bagi Generasi Muda

PENDIDIKAN adalah hak semua orang tanpa kecuali, termasuk di negeri kita. Hak untuk mendapatkan pendidikan yang layak,  dijamin oleh konstitusi...

Read more

Refleksi Visual Made Sudana

by Hartanto
May 12, 2025
0
Refleksi Visual Made Sudana

JUDUL Segara Gunung karya Made Sudana ini memadukan dua elemen alam yang sangat ikonikal: lautan dan gunung. Dalam tradisi Bali,...

Read more

Melihat Pelaku Pembulian sebagai Manusia, Bukan Monster

by Sonhaji Abdullah
May 12, 2025
0
Melihat Pelaku Pembulian sebagai Manusia, Bukan Monster

DI Sekolah, fenomena bullying (dalam bahasa Indoneisa biasa ditulis membuli) sudah menjadi ancaman besar bagi dunia kanak-kanak, atau remaja yang...

Read more
Selengkapnya

BERITA

  • All
  • Berita
  • Ekonomi
  • Pariwisata
  • Pemerintahan
  • Budaya
  • Hiburan
  • Politik
  • Hukum
  • Kesehatan
  • Olahraga
  • Pendidikan
  • Pertanian
  • Lingkungan
  • Liputan Khusus
Anniversary Puri Gangga Resort ke-11, Pertahankan Konsep Tri Hita Karana

Anniversary Puri Gangga Resort ke-11, Pertahankan Konsep Tri Hita Karana

May 13, 2025
“Bali Stroke Care”: Golden Period, Membangun Sistem di Tengah Detik yang Maut

“Bali Stroke Care”: Golden Period, Membangun Sistem di Tengah Detik yang Maut

May 8, 2025
Mosphit Skena Segera Tiba, yang Ngaku-Ngaku Anak Skena Wajib Hadir!

Mosphit Skena Segera Tiba, yang Ngaku-Ngaku Anak Skena Wajib Hadir!

May 7, 2025
Bimo Seno dan Dolog Gelar Pertandingan Tenis Lapangan di Denpasar

Bimo Seno dan Dolog Gelar Pertandingan Tenis Lapangan di Denpasar

April 27, 2025
Kebersamaan di Desa Wanagiri dalam Aksi Sosial Multisektor Paras.IDN dalam PASSION Vol.2 Bali

Kebersamaan di Desa Wanagiri dalam Aksi Sosial Multisektor Paras.IDN dalam PASSION Vol.2 Bali

April 23, 2025
Selengkapnya

FEATURE

  • All
  • Feature
  • Khas
  • Tualang
  • Persona
  • Historia
  • Milenial
  • Kuliner
  • Pop
  • Gaya
  • Pameran
  • Panggung
Pendekatan “Deep Learning” dalam Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila 
Khas

Pendekatan “Deep Learning” dalam Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila

PROJEK Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P-5) di SMA Negeri 2 Kuta Selatan (Toska)  telah memasuki fase akhir, bersamaan dengan berakhirnya...

by I Nyoman Tingkat
May 12, 2025
Diskusi dan Pameran Seni dalam Peluncuran Fasilitas Black Soldier Fly di Kulidan Kitchen and Space
Pameran

Diskusi dan Pameran Seni dalam Peluncuran Fasilitas Black Soldier Fly di Kulidan Kitchen and Space

JUMLAH karya seni yang dipamerkan, tidaklah terlalu banyak. Tetapi, karya seni itu menarik pengunjung. Selain idenya unik, makna dan pesan...

by Nyoman Budarsana
May 11, 2025
Fenomena Alam dari 34 Karya Perupa Jago Tarung Yogyakarta di Santrian Art Gallery
Pameran

Fenomena Alam dari 34 Karya Perupa Jago Tarung Yogyakarta di Santrian Art Gallery

INI yang beda dari pameran-pemaran sebelumnya. Santrian Art Gallery memamerkan 34 karya seni rupa dan 2 karya tiga dimensi pada...

by Nyoman Budarsana
May 10, 2025
Selengkapnya

FIKSI

  • All
  • Fiksi
  • Cerpen
  • Puisi
  • Dongeng
Puisi-puisi Hidayatul Ulum | Selasar Sebelum Selasa

Puisi-puisi Hidayatul Ulum | Selasar Sebelum Selasa

May 11, 2025
Ambulan dan Obor Api | Cerpen Sonhaji Abdullah

Ambulan dan Obor Api | Cerpen Sonhaji Abdullah

May 11, 2025
Bob & Ciko | Dongeng Masa Kini

Bob & Ciko | Dongeng Masa Kini

May 11, 2025
Selendang Putih Bertuliskan Mantra | Cerpen I Wayan Kuntara

Selendang Putih Bertuliskan Mantra | Cerpen I Wayan Kuntara

May 10, 2025
Puisi-puisi Pramita Shade | Peranjakan Dua Puluhan

Puisi-puisi Pramita Shade | Peranjakan Dua Puluhan

May 10, 2025
Selengkapnya

LIPUTAN KHUSUS

  • All
  • Liputan Khusus
Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan
Liputan Khusus

Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan

SEBAGAIMANA Banyuwangi di Pulau Jawa, secara geografis, letak Pulau Lombok juga cukup dekat dengan Pulau Bali, sehingga memungkinkan penduduk kedua...

by Jaswanto
February 28, 2025
Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan
Liputan Khusus

Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan

SUNGGUH kasihan. Sekelompok remaja putri dari Desa Baturiti, Kecamatan Kerambitan, Tabanan—yang tergabung dalam  Sekaa Gong Kebyar Wanita Tri Yowana Sandhi—harus...

by Made Adnyana Ole
February 13, 2025
Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti
Liputan Khusus

Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti

BULELENG-BANYUWANGI, sebagaimana umum diketahui, memiliki hubungan yang dekat-erat meski sepertinya lebih banyak terjadi secara alami, begitu saja, dinamis, tak tertulis,...

by Jaswanto
February 10, 2025
Selengkapnya

ENGLISH COLUMN

  • All
  • Essay
  • Fiction
  • Poetry
  • Features
Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

March 8, 2025
Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

November 30, 2024
The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

September 10, 2024
The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

July 21, 2024
Bali, the Island of the Gods

Bali, the Island of the Gods

May 19, 2024

TATKALA.CO adalah media umum yang dengan segala upaya memberi perhatian lebih besar kepada seni, budaya, dan kreativitas manusia dalam mengelola kehidupan di tengah-tengah alam yang begitu raya

  • Penulis
  • Tentang & Redaksi
  • Kirim Naskah
  • Pedoman Media Siber
  • Kebijakan Privasi
  • Desclaimer

Copyright © 2016-2024, tatkala.co

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis

Copyright © 2016-2024, tatkala.co