2 June 2025
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
tatkala.co
No Result
View All Result

Segelintir Kisah Pilu “Pupulan Puisi Bali Anyar Ulun Danu” Dari Perspektif Pemuda Batur

Teddy Chrisprimanata PutrabyTeddy Chrisprimanata Putra
November 7, 2019
inUlasan
Segelintir Kisah Pilu “Pupulan Puisi Bali Anyar Ulun Danu” Dari Perspektif Pemuda Batur
28
SHARES
  • Judul Buku                 : Ulun Danu
  • Penulis                       : Érkaja Pamungsu (IK Eriadi Ariana)
  • Penerbit                     : Mahima Institute Indonesia
  • ISBN                           : 978-623-7220-26-8
  • Jumlah Halaman       : viii + 105

I Ketut Eriadi Ariana atau biasa dipanggil Eriadi, laki-laki yang lahir 16 Juli 1994 di Batur ini, aktif menulis sejak terdaftar menjadi mahasiswa di Universitas Udayana pada tahun 2013. Puisi pertamanya yang dimuat dalam media berjudul “Purwa [Ha Na Ca Ra Ka]” di media massa Pos Bali. “Pupulan Puisi Bali Anyar Ulun Danu” ini merupakan hasil karya pertamanya dan sekaligus sebagai debutnya menjadi penulis professional. Bagi saya, buku ini merupakan kumpulan puisi berbahasa Bali yang pertama saya baca dan tentu meninggalkan kesan tersendiri bagi saya. Walaupun saya adalah orang Bali asli, tetapi tetap saja saya mendapatkan beberapa kesulitan dalam mengartikan puisi ini, karena tentu saja sang penulis tidak menyuratkan maksud sesungguhnnya dalam setiap puisi yang dituliskan. Namun, tentu hal ini semakin membuat saya tertantang untuk menyelesaikan membaca buku ini dan setidaknya menarik kesimpulan dari keseluruhan puisi yang dituliskan sang penulis.

Buku kumpulan puisi Bali modern Ulun Danuini terdiri dari 100 judul puisi yang dituliskan Eriadi sejak tahun 2014 hingga tahun 2019. Melalui puisi-puisi yang tersaji dalam buku ini saya dapat merasakan kegelisahan sang penulis terhadap alam di kampung halamannya. Cara sang penulis dalam mengangkat permasalahan disekitarnya sangatlah “cantik” bagi saya, karena penulis menuangkan keresahannya melalui karya dan dengan rangkaian kata-kata indah. Keresahan-keresahan tersebut dapat kita lihat dalam beberapa judul seperti Ulun Danu #2 (hal: 7), terlihat dalam kutipan berikut.

Ulung!

Campuhané mamungkah

Dumun Mangening mangkin tan éning

Sangkaning kramané tan pada éling

Selain judul puisi tersebut, ada beberapa judul puisi yang menggambarkan keresahan dari penulis terkait kelangsungan alam di Kintamani. Hal ini tersurat dalam puisi yang berjudul Alas Arum (hal: 14) di bait terakhir, terlihat dalam kutipan berikut.

Alas arum sampun kapandung

Ilang pundukan ilang kaluhuran

ilang alas ilang makejang

Keresahan yang dirasakan oleh penulis sangatlah wajar terjadi, hal ini dikarenakan banyak perubahan terjadi mengarah ke arah kurang baik, seperti semakin maraknya pencemaran danau Batur dengan sampah, begitu juga kalderanya yang sejak tahun 2012 ditetapkan menjadi Global Geopark Network (GGN) UNESCO yang dapat dilihat dari puncak Gunung Batur. Selain Danau dan Kalderanya, Gunung Batur juga mengalami perubahan yang signifikan. Saya pun merasakan perubahannya pada bulan Juni lalu dimana puncak Gunungnya terasa lebih luas dan menurut penulis, hal itu sengaja dilakukan oleh warga untuk memberi kenyamanan kepada pendaki yang ingin berfoto atau menikmati alam Batur dari puncak Gunung Batur. Namun, bagi saya pribadi hal ini akan menimbulkan dampak negative yaitu merusak topografi alam. Mari kembali kita bahas kumpulan puisi Bali modern Ulun Danu dari Eriadi.

Selain memunculkan keresahan, penulis juga menuliskan kekagumannya terhadap alam Bali yang ia nikmati kala itu. Hal ini bisa kita lihat dalam beberapa judul puisi seperti Tegeh (hal: 35), terlihat dalam kutipan tersebut.

Cemara ngarokot makilit

Di belahan embidan batu

Makrama nyarengin Sang Bunga Kasna

Matinggah di muncuk utama

Gelung agung Hyang Udara Parwata

Puisi ini ditulis oleh penulis saat mendaki Gunung Agung pada tahun çaka 1939 atau tahun 2017 yang dimaksudkan untuk mengagumi keindahan panorama yang disuguhkan oleh Gunung Agung dari puncaknya. Selain itu, kekaguman juga dapat ditemukan dalam puisi berjudul Ratu Brutuk (hal: 65).

Hyang Ratu Brutuk masolah tan punah

Ring Kahyangan Pancering Jagat I Ratu munggah

China panunggalan sang rwa purusa-pradana

Ngamedalang bhuana agung alit jagadhita

Menurut saya, puisi ini mewakil rasa kagum dan bangga sang penulis terhadap tanah kelahirannya yang memiliki salah satu tradisi yang luar biasa unik. Barong Brutuk merupakan tarian yang ditampilkan setiap dua tahun sekali pada saat piodalan atau upacara Ngusaba Kapat di Pura Pancering Jagat di desa Trunyan.

Tidak hanya keresahan, kekaguman, dalam buku ini juga saya melihat adanya beberapa puisi yang lekat dengan kehidupan sang penulis, seperti yang tertuang pada salah satu puisi yang berjudul Kelir (Katur ring Arsaning Hyang) (hal: 99).

jani ba palas mabatas kelir awak

ané makebat melat ngilehin

majajar tipis nyengkerin angkihan

nguwatan bates manyama di gumi

Jika kita membaca isi puisi ini secara utuh, maka kita akan mengetahui bahwa puisi ini menunjukkan rasa kehilangan yang teramat dalam terhadap seorang saudara yang sangat disayangi.

Dari beberapa puisi yang saya coba bahas dalam tulisan ini, tentu masing-masing memiliki makna yang begitu dalam oleh sang penulis dan ditulis dengan analogi yang dalam pula. Namun, ada satu puisi yang saya temukan menggunakan bahasa yang sederhana dan mudah untuk dimengerti. Puisi ini mengisahkan seorang pemuda yang menikmati suasana memilah cengkeh di desa yang berada di punggung pulau Bali yakni Desa Sembiran. Puisi ini berjudul Wukir Samirana (hal: 31).

Di beten

Buin kapikpik pada sibakin

Padasan nak cenik pada ibuk mangempok

Anteng macanda ngajak timpalné saling sogok

Ngelésang Bungan cengkéh uling bantang cenik

Kapilpil lan kampihang

Jemuh menék tuun di langgatan

Kanti layu

Kanti tuh

Untuk menutup ulasan saya kali ini, saya akan mengutip bait terakhir dari salah satu puisi yang menjadi favorit saya dari 100 puisi yang ditulis oleh Érkaja Pamungsu. Puisi ini berjudul Lahru Tan Pegat (hal: 39). Kutipan sebagai berikut.

Ulian pongah

Gerut kayu ngantos ka akah

Pelut isin alas pakpak kanti telah

Énteb urek pang kanti benyah

Yén sube telah mara nyumunin malajah

Puisi ini menggambarkan realita kehidupan manusia hari ini yang terlalu congkak bersikap diatas alam yang menghidupinya. Melakukan eksploitasi secara berlebih demi keuntungan kelompok saja tanpa diimbangi dengan berbagai kegiatan merawat alam. Manusia hari ini terlalu dimanjakan dengan apa yang disediakan oleh alam tanpa menyadari bahwa kekayaan alam ini sejatinya akan habis suatu saat nanti, dan manusia pun akan termangu, bingung melakukan apa untuk bertahan hidup. Itulah manusia.

Sesungguhnya tidak memerlukan waktu yang banyak untuk membaca kumpulan puisi ini secara penuh satu buku. Namun, untuk menerjemahkan arti yang dimaksud oleh penulis itulah yang memerlukan waktu “meditasi” yang cukup lama. Hal yang membuat buku ini menarik adalah dengan membaca buku ini, kita selaku pembaca secara tidak langsung menelusuri perjalanan hidup sang penulis setidak-tidaknya selama lima tahun kebelakang dan apa saja yang telah penulis lewati dalam kurun waktu tersebut.

Buku yang ditulis menggunakan bahasa Bali ini sangatlah baik untuk menggugah kesadaran generasi muda Hindu untuk kembali mempelajari bahasa Ibu mereka yakni bahasa Bali. Namun, hal ini tentu memerlukan banyak waktu untuk mencapai tujuan tersebut. Selain itu, langkah perlahan dengan menggunakan bahasa Bali yang mudah dimengerti bagi saya penting jika ingin memperluas segmentasi penikmat buku ini, sehingga hal ini bisa saya jadikan masukkan utama dalam ulasan saya.

Hal tersebut saya sampaikan dikarenakan generasi muda masih teramat malas untuk berimajinasi atau ber”abstraksi” terhadap suatu fenomena dalam hal ini adalah tulisan (karya sastra). Tetapi, sebagai debutnya sebagai penulis, Eriadi mampu untuk merangsang pemuda lainnya untuk bersemangat dalam membangun budaya literasi, setidaknya membangun dalam dirinya sendiri. Saya tunggu karya selanjutnya untuk kemajuan ekosistem literasi di Bali. [T]

Tags: BukuPuisiresensi bukusastra bali modern
Previous Post

Dokter, Dalam Catatan Sejarah

Next Post

PNS: Harapan dan Realita

Teddy Chrisprimanata Putra

Teddy Chrisprimanata Putra

Lulusan Teknik Mesin Unud, tapi lebih memiliki minat ke dunia literasi juga organisasi. “Sublimasi Rasa” adalah karya pertama untuk melanjutkan karya-karya selanjutnya.

Next Post
PNS: Harapan dan Realita

PNS: Harapan dan Realita

Please login to join discussion

ADVERTISEMENT

POPULER

  • “Muruk” dan “Nutur”, Belajar dan Diskusi ala Anak Muda Desa Munduk-Buleleng

    “Muruk” dan “Nutur”, Belajar dan Diskusi ala Anak Muda Desa Munduk-Buleleng

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Sang Hyang Eta-Eto: Memahami Kalender Hindu Bali & Baik-Buruk Hari dengan Rumusan ‘Lanus’

    23 shares
    Share 23 Tweet 0
  • Hari Lahir dan Pantangan Makanannya dalam Lontar Pawetuan Jadma Ala Ayu

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Film “Mungkin Kita Perlu Waktu” Tayang 15 Mei 2025 di Bioskop

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Lonte!

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

KRITIK & OPINI

  • All
  • Kritik & Opini
  • Esai
  • Opini
  • Ulas Buku
  • Ulas Film
  • Ulas Rupa
  • Ulas Pentas
  • Kritik Sastra
  • Kritik Seni
  • Bahasa
  • Ulas Musik

Screen Time vs Quality Time: Pilihan Berkata Iya atau Tidak dari Rayuan Dunia Digital

by dr. Putu Sukedana, S.Ked.
June 1, 2025
0
Screen Time vs Quality Time: Pilihan Berkata Iya atau Tidak dari Rayuan Dunia Digital

LELAH dan keringat di badan terasa hilang setelah mendengar suaranya memanggilku sepulang kerja. Itu suara anakku yang pertama dan kedua....

Read more

Google Launching Veo: Antropologi Trust Issue Manusia dalam Postmodernitas dan Sunyi dalam Jaringan

by Dr. Geofakta Razali
June 1, 2025
0
Tat Twam Asi: Pelajaran Empati untuk Memahami Fenomenologi Depresi Manusia

“Mungkin, yang paling menyakitkan dari kemajuan bukanlah kecepatan dunia yang berubah—tapi kesadaran bahwa kita mulai kehilangan kemampuan untuk saling percaya...

Read more

Study of Mechanical Reproduction: Melihat Kembali Peran Fotografi Sebagai Karya Seni yang Terbebas dari Konvensi Klasik

by Made Chandra
June 1, 2025
0
Study of Mechanical Reproduction: Melihat Kembali Peran Fotografi Sebagai Karya Seni yang Terbebas dari Konvensi Klasik

PERNAHKAH kita berpikir apa yang membuat sebuah foto begitu bermakna, jika hari ini kita bisa mereproduksi sebuah foto berulang kali...

Read more
Selengkapnya

BERITA

  • All
  • Berita
  • Ekonomi
  • Pariwisata
  • Pemerintahan
  • Budaya
  • Hiburan
  • Politik
  • Hukum
  • Kesehatan
  • Olahraga
  • Pendidikan
  • Pertanian
  • Lingkungan
  • Liputan Khusus
Perpres 61 Tahun 2025 Keluar, STAHN Mpu Kuturan Sah Naik Status jadi Institut

Perpres 61 Tahun 2025 Keluar, STAHN Mpu Kuturan Sah Naik Status jadi Institut

May 29, 2025
 Haul Buya Syafii Maarif : Kelas Reading Buya Syafii Gelar Malam Puisi dan Diskusi Publik

Haul Buya Syafii Maarif : Kelas Reading Buya Syafii Gelar Malam Puisi dan Diskusi Publik

May 27, 2025
911—Nomor Cantik, Semoga Nomor Keberuntungan Buleleng di Porprov Bali 2025

911—Nomor Cantik, Semoga Nomor Keberuntungan Buleleng di Porprov Bali 2025

May 21, 2025
Inilah Daftar Panjang Kusala Sastra Khatulistiwa 2025

Inilah Daftar Panjang Kusala Sastra Khatulistiwa 2025

May 17, 2025
Meningkat, Antusiasme Warga Muslim Bali Membuka Tabungan Haji di BSI Kantor Cabang Buleleng

Meningkat, Antusiasme Warga Muslim Bali Membuka Tabungan Haji di BSI Kantor Cabang Buleleng

May 16, 2025
Selengkapnya

FEATURE

  • All
  • Feature
  • Khas
  • Tualang
  • Persona
  • Historia
  • Milenial
  • Kuliner
  • Pop
  • Gaya
  • Pameran
  • Panggung
Pramana Experience Luncurkan Rasayatra Edisi Kedua: Manjakan Indera, Sentuh Kesadaran Historis — Koneksi Tamu, Tradisi, Waktu
Panggung

Pramana Experience Luncurkan Rasayatra Edisi Kedua: Manjakan Indera, Sentuh Kesadaran Historis — Koneksi Tamu, Tradisi, Waktu

HUJAN itu mulai reda. Meski ada gerimis kecil, acara tetap dimulai. Anak-anak muda lalu memainkan Gamelan Semar Pagulingan menyajikan Gending...

by Nyoman Budarsana
June 1, 2025
Perayaan Penuh Kelezatan di Ubud Food Festival 2025
Panggung

Perayaan Penuh Kelezatan di Ubud Food Festival 2025

MEMASUKI tahun ke-10 penyelenggaraannya, Ubud Food Festival (UFF) 2025 kembali hadir dengan semarak yang lebih kaya dari sebelumnya. Perayaan kuliner...

by Dede Putra Wiguna
May 31, 2025
ft. moreNarra di Acara “ASMARALOKA”—Album Launch Showcase dari Arkana: “Ya, Biarkan”
Panggung

ft. moreNarra di Acara “ASMARALOKA”—Album Launch Showcase dari Arkana: “Ya, Biarkan”

MENYOAL asmara atau soal kehidupan. Ada banyak manusia tidak tertolong jiwanya-sakit akibat berharap pada sesuatu berujung kekecewaan. Tentu. Tidak sedikit...

by Sonhaji Abdullah
May 29, 2025
Selengkapnya

FIKSI

  • All
  • Fiksi
  • Cerpen
  • Puisi
  • Dongeng
Lengkingan Gagak Hitam | Cerpen Mas Ruscitadewi

Lengkingan Gagak Hitam | Cerpen Mas Ruscitadewi

May 31, 2025
Puisi-puisi Eddy Pranata PNP | Stasiun, Lorong, Diam

Puisi-puisi Eddy Pranata PNP | Stasiun, Lorong, Diam

May 31, 2025
Kampusku Sarang Hantu [1]: Ruang Kuliah 13 yang Mencekam

Kampusku Sarang Hantu [17]: Wanita Tua dari Jalur Kereta

May 29, 2025
Menunggu Istri | Cerpen IBW Widiasa Keniten

Menunggu Istri | Cerpen IBW Widiasa Keniten

May 25, 2025
Kampusku Sarang Hantu [1]: Ruang Kuliah 13 yang Mencekam

Kampusku Sarang Hantu [16]: Genderuwo di Pohon Besar Kampus

May 22, 2025
Selengkapnya

LIPUTAN KHUSUS

  • All
  • Liputan Khusus
Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan
Liputan Khusus

Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan

SEBAGAIMANA Banyuwangi di Pulau Jawa, secara geografis, letak Pulau Lombok juga cukup dekat dengan Pulau Bali, sehingga memungkinkan penduduk kedua...

by Jaswanto
February 28, 2025
Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan
Liputan Khusus

Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan

SUNGGUH kasihan. Sekelompok remaja putri dari Desa Baturiti, Kecamatan Kerambitan, Tabanan—yang tergabung dalam  Sekaa Gong Kebyar Wanita Tri Yowana Sandhi—harus...

by Made Adnyana Ole
February 13, 2025
Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti
Liputan Khusus

Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti

BULELENG-BANYUWANGI, sebagaimana umum diketahui, memiliki hubungan yang dekat-erat meski sepertinya lebih banyak terjadi secara alami, begitu saja, dinamis, tak tertulis,...

by Jaswanto
February 10, 2025
Selengkapnya

ENGLISH COLUMN

  • All
  • Essay
  • Fiction
  • Poetry
  • Features
Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

March 8, 2025
Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

November 30, 2024
The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

September 10, 2024
The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

July 21, 2024
Bali, the Island of the Gods

Bali, the Island of the Gods

May 19, 2024

TATKALA.CO adalah media umum yang dengan segala upaya memberi perhatian lebih besar kepada seni, budaya, dan kreativitas manusia dalam mengelola kehidupan di tengah-tengah alam yang begitu raya

  • Penulis
  • Tentang & Redaksi
  • Kirim Naskah
  • Pedoman Media Siber
  • Kebijakan Privasi
  • Desclaimer

Copyright © 2016-2024, tatkala.co

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis

Copyright © 2016-2024, tatkala.co