91 tahun sudah sumpah pemuda pertama kali di ikrarkan di Indonesia. Sumpah Pemuda di tanggal 28 Oktober 1928 menjadi tonggak sejarah bagi pemuda Indonesia untuk bersatu dan berjuang untuk mencapai kemerdekaan Indonesia.
Kita tentu ingat bagaimana pemuda Indonesia yang pada saat itu awalnya berjuang di daerah masing-masing akhirnya berkumpul untuk menyatakan bertumpah darah satu, berbangsa satu dan berbahasa satu Indonesia.
Lalu bagaimana saat ini? Apakah pemuda Indonesia sudah berhasil mengisi kemerdekaan sebagai garda terdepan bangsa ini? Kita tentu paham dan tahu betul bagaimana pergerakan aktivisme pemuda Indonesia di penghujung tahun 2019 melalui gerakan demonstrasi seperti gerakan gejayan memanggil membangkitkan lagi gelora perjuangan pemuda khususnya mahasiswa untuk bangsa ini.
Ada beberapa tuntutan yang diutarakan saat itu seperti penolakan revisi UU KPK, RUU KUHP hingga penegasan hukuman terhadap pelaku perusak lingkungan.
Ada yang menarik dari tuntutan mahasiswa atau pemuda untuk kepentingan lingkungan terutama kebakaran hutan dan lahan (karhutla) di Indonesia dalam gerakan gajayan memanggil. Kita tentu tahu bagaimana karhutla merupakan permasalah tahunanan yang menimbulkan banyak kerugian bagi bangsa Indonesia.
Menurut data dari sistem monitoring karhutla milik KLHK, dari tahun 2014-2019 terjadi kebakaran hutan yang cukup besar terutama ditahun 2015 yang mencapai angka 2.611.411,44 ha. Data dari Wahana Riset Indonesia (WRI) menyebutkan kerugian ekonomi yang ditimbulkan karena karhutla mencapai US$ 16 Milyar belum lagi banyaknya kerugian seperti dibidang ekologi dan sosial-budaya yang harus ditanggung bangsa Indonesia akibat karhutla.
Analogi Bapak Pendiri Bangsa Ir. Soekarno yang mengatakan bahwa 10 pemuda cukup untuk mengguncang dunia menggambarkan bagaimana kekuatan pemuda untuk membuat perubahan. Ada semacam angin segar dan optimisme yang dihembuskan pemuda Indonesia terhadap advokasi lingkungan yang selama ini kurang populer di Indonesia melalui aksi Gejayan Memanggil. Tapi pertanyaaan besar muncul, bagaimana keberlanjutan dari aksi ini dan dampaknya bagi penanganan masalah karhulta di Indonesia?
Kita tentu tercengang melihat aktivis muda Greta Thunberg melalui aksi demonstrasinya yang mengajak para pemuda untuk memperjuangkan isu iklim di seluruh dunia secara berkelanjutan. Apa yang dilakukan aktivis belia ini harus menjadi contoh bagi pemuda Indonesia untuk berjuang dan memahami betapa pentingnya isu lingkungan terhadap masa depan bangsa secara terarah dan berkelanjutan.
Tentu akan tidak adil jika kita hanya mengkritisi hal baik yang telah coba dimulai oleh pemuda bangsa. Kedepannya para pemuda terutama mahasiswa Indonesia harus mulai berfikir ulang dan menyusun lagi puzzle advokasi lingkungan terutama karhutla yang telah dimulai secara berkelanjutan dan terarah untuk bisa di dengungkan di ruang publik nasional maupun internasional dan tentunya menghasilkan hasil untuk penyelesaian masalah lingkungan terutama karhutla di Indonesia. [T]