Di tanggal 18 September 2019, di sore menjelang malam yang sepi sama seperti biasanya, tanpa cinta, tanpa pacar, juga tanpa calon pacar, seorang teman jauh mengirim sebuah tautan detik.com berisikan berita tentang KPK yang menetapkan Menteri Pemuda dan Olahraga (Menpora) RI Imam Nahrawi sebagai tersangka baru dalam kasus dugaan suap terkait dana hibah KONI dari Kemenpora. Di sana, dikatakan bahwa Pak Imam dijerat dalam pengembangan kasus dari operasi tangkap tangan (OTT) yang dilakukan KPK. Sungguh, saya kaget bukan main.
Membaca berita tentang Pak Imam, seketika itu juga saya teringat dengan Permohonan dan curahan hati itu pun saya tujukan kepada beliau lewat tulisan berjudul “Pak Menteri, Mohon Pertahankan Program Kapal Pemuda Nusantara!” yang dipublikasikan tatkala.co pada tanggal 29 November 2018. Tulisan tersebut saya buat karena galau bukan main saat mengetahui rapat pimpinan yang dilakukan Kementerian Pemuda dan Olahraga RI meninjau kembali program-program yang harus dan tidak harus ada di tahun 2019. Risaulah hati jika kemudian program Kapal Pemuda Nusantara yang pernah saya ikuti di tahun 2018 tidak lagi diadakan di tahun-tahun selanjutnya.
Namun, pada akhirnya, saya sadar saya harus membuat tulisan yang baru. Karena ternyata program Kapal Pemuda Nusantara (KPN) masih tetap diadakan di tahun 2019 ini, bahkan sudah terlaksana dengan sukses. Luar biasa. Jika tahun lalu tulisan saya tentang permohonan dan curahan hati, maka kali ini tulisan saya berisikan ucapan terima kasih sebesar-besarnya kepada Pak Imam. Matur nuwun Bapak.
Sekilas tentang program Kapal Pemuda Nusantara Tahun 2019 ini, masih sama seperti program-program Kapal Pemuda Nusantara di tahun-tahun sebelumnya, masing-masing provinsi di Indonesia mengirim 3 delegasi terbaik mereka, hanya saja dengan formasi yang berbeda. Formasi di tahun-tahun sebelumnya adalah 2 putra, 1 putri. Jadi jika di tahun-tahun sebelumnya jumlah peserta putra lebih banyak dari peserta putri, maka tahun ini peserta putrilah yang mendominasi. Ini bisa menjadi momen terbaik bagi para peserta putra dalam hidupnya. Kapan lagi coba mereka menjelajah Indonesia sambil dikelilingi oleh indahnya pesona wanita-wanita Indonesia? Hhmm saya juga mau.
Nah, terlaksananya program Kapal Pemuda Nusantara tahun ini pun rasanya tak luput dari kordinasi, sinergi, dan kerjasama yang baik dari seluruh pihak yang tentu saja patut diapreasiasi. Pasalnya, program KPN dari Kementrian Pemuda dan Olahraga tahun ini digabung juga dengan kegiatan Bela Negara dari Kementerian Pertahanan, dan kegiatan kepramukaan binaan Dispotmar Angkatan Laut, serta mendapat dukungan penuh dari Kapal Perang Komando Lintas Laut Militer (Kolinlamil) KRI Teluk Kambani 971.
Seluruh peserta dari masing-masing kegiatan bersama-sama berlayar dalam Pelayaran Lingkar Nusantara (Pelantara) IX dengan menyinggahi pulau-pulau terdepan wilayah Indonesia guna menumbuhkan rasa cinta tanah air dan semangat cinta bahari dalam menyukseskan program pemerintah dalam Sail Nias tahun 2019. Total keseluruhan peserta adalah 770 orang yang terdiri dari 443 Pramuka Saka Bahari, 130 Pemuda Nusantara, 135 bela negara, 12 narasumber, dan 50 panitia, serta 80 pengawak KRI Tanjung Kambani 971.
Tema yang diusung dalam Pelayaran Lingkar Nusantara (Pelantara) IX tahun ini adalah “Sinergi Membangun Generasi Kreatif dan Berkarakter” dan dilaksanakan tanggal 2 sampai dengan 21 September 2019 kemarin dengan rute Jakarta – Sibolga – Nias Selatan – Lampung – Jakarta. Hhmmmm, saya jadi iri, bahkan lebih iri melihat program tahun ini ketimbang melihat mantan pacar sedang asik nonton film berdua di bioskop sambil berpegangan tangan atau curi-curi sedikit jika ada kesempatan. Okelah, lupakan mantan tidak penting. Kita kembali ke tema kegiatan, nah, konon katanya, tema tersebut diusung dengan harapan pemuda-pemudi dari seluruh penjuru Nusantara dapat menjadi generasi yang kreatif dan berkarakter sehingga dapat menjadi garda terdepan bangsa Indonesia dalam memajukan bangsa dan negara.
“Dengan diselenggarakannya kegiatan Pelantara IX ini saya harapkan terbentuk sikap dan perilaku generasi muda bangsa yang lebih baik, semakin cinta Tanah Air, cinta laut sebagai bangsa bahari serta semakin erat hubungan sosial antarpeserta yang berasal dari seluruh penjuru Tanah Air,” ujar Dansatgas Pelantara IX Sail Nias 2019, Kolonel Marinir I Dewa Gede Wirawan.
Sejatinya, apa yang diharapkan dalam tema Pelantara IX tahun ini tidak jauh berbeda dengan tujuan dibentuknya program Kapal Pemuda Nusantara yang salah satunya adalah membentuk jaring kerja nasional pemuda, memperkuat, dan meningkatkan jiwa dan semangat NKRI sekaligus memperdayakan pemuda sebagai kader bangsa. Itu pula yang diharapkan oleh Pak Imam saat memberikan sambutan dan pembekalan kepada seluruh peserta Pelantara IX pada Minggu, 1 September 2019 di JICT, Tanjung Priok, Jakarta Utara. “Semoga program ini dapat meningkatkan wawasan dan kesadaran pemuda Indonesia tentang kebaharian dan kemaritiman, meningkatkan nasionalisme dan patriotisme pemuda Indonesia, serta meningkatkan daya saing pemuda Indonesia di kancah persaingan global yang kian kompetitif” ujarnya. Terima kasih, Pak Imam.
Nah, kebaharian ini merupakan salah satu unsur penting dalam program Kapal Pemuda Nusantara. Seperti yang sudah kita ketahui bersama gais, Indonesia merupakan negara kepulauan yang wilayah lautnya lebih luas daripada wilayah daratannya. Sekitar 5,8 juta Km2 (75%) luas wilayah Indonesia adalah perairan, dan sisanya 1,9 juta Km2 (25%) merupakan daratan. Tak heran jika kemudian laut Indonesia memiliki potensi yang luar biasa bermanfaat, dan program Kapal Pemuda Nusantara itulah yang menjadi salah satu cara untuk memajukan, mengembangkan, dan memanfaatkan potensi laut Indonesia melalui perantara pemuda.
Hal senada juga dituturkan Kolonel Arh. Luhkito Hadi Iswanto, ST., M.Si.,. Menurutnya, program ini dirancang untuk menanamkan rasa nasionalisme dalam diri para generasi muda yang merupakan aset masa depan bangsa Indonesia. “Kami berharap setelah mereka kembali ke daerahnya akan menjadi agen Bela Negara di wilayahnya masing-masing, demi tegaknya NKRI dan UUD 1945,” imbuh Kolonel yang menjabat sebagai Kepala Bidang Kebijakan Madya, Bidang Doktrin dan Strategi Dit Bela Negara di Kementerian Pertahanan RI.
Meski tidak ikut secara langsung, sudah cukup rasanya bagi saya melihat perkembangannya dari media sosial dan portal junalisme warga yang meliput kegiatan tersebut, pun lewat beberapa akun Instagram peserta yang sengaja saya ikuti (meski tidak difolback oleh mereka) hanya untuk mengetahui rangkaian kegiatan Pelantara IX, di samping untuk memperhatikan adik-adik saya di program. Takutnya mereka kenapa-kenapa gitu lho, sebagai pendahulu mereka wajar saya merasa khawatir. Ya nggak? Ya dong.
Nah, secara keseluruhan, bisa dikatakan rangkaian kegiatan yang mereka ikuti sudah sangat sesuai dengan tema yang diusung, kreatif dan berkarakter. Contohnya dapat dilihat dari berbagai pembekalan yang diberikan baik sebelum atau saat program sedang dilaksanakan, seperti pembekalan rohani dan mental juang, pembekalan wawasan kebangsaan, materi cinta tanah air, materi Indonesia negara kepulauan, materi bahaya narkoba, HIV/AIDS, P3K, dan pergaulan sehat, materi Indonesia poros maritime dunia, materi kebaharian, dan masih banyak lagi.
Peserta Pelantara IX juga berkunjung ke Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 1 Matauli Pandan, yang terletak di Jl. Ki Hajar Dewantara No. 1 Pandan, Kabupaten Tapanuli Tengah, Sumatera Utara. Mereka secara langsung memperkenalkan siswa-siswa SMAN 1 Matauli Pandan tentang berbagai potensi kelautan dan wisata bahari yang tersebar di 34 provinsi di Indonesia, mulai dari Merauke hingga Sabang, dari Pulau Rote hingga Miangas.
Tak hanya itu, pemuda-pemudi dari seluruh Indonesia tersebut juga dapat membentuk karakter karena dalam pelaksanaan kegiatannya yang menanamkan berbagai kedisiplinan pada diri masing-masing peserta Pelantara IX, tak terkecuali Kapal Pemuda Nusantara Mereka juga dapat mengenali keberagam dan kekayaan budaya daerah di Indonesia lewat pawai budaya di Kota Sibolga dan panggung di atas kapal KRI yang disiapkan bagi mereka untuk menampilkan kesenian dan kebudayaan yang mereka miliki, bahkan di antara mereka, ada yang diminta pentas seni sebanyak 2 kali, seperti para peserta dari Provinsi Bali yang dengan sangat memukau membawakan drama tari Jayapangus Kang Cing We yang menjadi asal mula adanya Barong Landung di Bali. Keren pokoknya. Nah, tentu masih banyak lagi kegiatan serangkaian Pelantara IX yang tak kalah jika dibandingkan dengan kagiatan-kegiatan di atas. Selebihnya, biarlah para peserta yang menceritakan sendiri dalam catatan perjalanan mereka masing-masing.
Entah tulisan saya tahun lalu dibaca atau tidak, namun saya yakin Pak Imam tetap mempertahankan program Kapal Pemuda Nusantara murni dari pemikirannya sendiri. Nah, karena itulah, sebagai seseorang yang mohon-mohon dan curhat colongan lewat tulisan tersebut, pun sebagai alumni program KPN di tahun 2018, saya harus memberi apresiasi sebesar-besarnya, sebanyak-banyaknya, setinggi-tingginya, setulus hati saya kepada Bapak Menteri Pemuda dan Olahraga RI Imam Nahrawi yang menaugi program Kapal Pemuda Nusantara.
Terima kasih Pak Imam, meski saat ini bapak sedang tersandung kasus, namun tetap saya ucapkan terima kasih karena sudah mengadakan program Kapal Pemuda Nusantara lagi tahun ini. Tetap saya ucapkan terima kasih meski ada yang mengatakan KPN bukanlah program kesayangan Menpora. Saya tidak peduli itu semua, Pak. Saya merasa tetap harus mengucapkan terima kasih kepada Bapak Menteri karena masih dan sudah menyelenggarakan program Kapal Pemuda Nusantara tahun ini, dan di tahun-tahun sebelumnya.
Mudah-mudahan juga begitu adanya di tahun-tahun selanjutnya, entah siapapun yang menjabat menjadi menteri nantinya. Masih sama dengan tulisan saya sebelumnya, jauh di lubuk hati saya yang paling dalam, saya tentu berharap program KPN masih tetap dijalankan. Saya ingin ada lebih banyak lagi pemuda yang mencintai laut Indonesia, yang secara tidak langsung juga mencintai negeri ini. Sekali lagi, terima kasih Pak Imam. Pemuda Maju, Indonesia Jaya.
“Di laut kita berlayar, di laut kita belajar, di laut kita bersama, kembali ke laut kita jaya” – JALESVEVA JAYAMAHE