9 May 2025
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
tatkala.co
No Result
View All Result

Jembatan Memori dalam Gadis Suci Melukis Tanda Suci di Tempat Suci

I Gede Gita Purnama A.PbyI Gede Gita Purnama A.P
September 30, 2019
inUlasan
Jembatan Memori dalam Gadis Suci Melukis Tanda Suci di Tempat Suci
61
SHARES
  • Judul: Gadis Suci Melukis Tanda Suci di Tempat Suci (kumpulan cerpen
  • Pengarang: Made Adnyana Ole
  • Penerbit: Mahima Institute Indonesia
  • Terbit: Cetakan kedua 2019
  • ISBN : 9-786026-106360

___

Membaca buku karya Made Adnyana Ole adalah sebuah perjalanan membaca memori, kenangan, ingatan masa silam yang disulam-anyam oleh Ole dalam kemasan narasi yang asik. Asik disini artinya ringkas, bahasa yang ringan, namun dalam penuh perenungan, serta ada kompleksitas pada baian-bagian tertentu. Keasikan kian menjadi ketika pembaca dengan sedikit khusuk membaca lalu mencoba menghadirkan kesamaan frekuansi pada memori-memori masa lalu yang pernah dialami, maka akan hadir pertemuan kenyataan antara fakta karya dan fakta kejadian masa silam.

Siapa yang akan menemukan persamaan frekuensi tersebut? Bagi pembaca yang kelahirannya kurang lebih sejaman dengan atau lebih tua lagi, dengan mudah akan menemukan persamaan frekuansi masa lalu dengan sebagian kisah dalam cerpen ini. Lalu pembaca yang lebih muda bagaimana? Yang mereka dapatkan adalah perihal kesadaran atas memori-memori masa lalu pula, tapi tidak secara tepat pada peristiwa-peristiwa cerpen, namun pada plot-plot dan konflik-konflik yang dihadirkan pengarang.

Dalam catatan pengantar yang ditulis oleh Sugi Lanus pengarang dianggap sebagai petani yang fasih pada dunia agrikulturnya dan penari yang katham pada lekuk tubuh dan teknik tari yang paling rumit. Namun dalam pandangan saya, pengarang adalah seorang Bidan, yap,,,bidan yang ahli dalam membantu proses kelahiran organisme memori masa silam. Sebetulnya dari kata yang ditulis pengarang, kita bisa lihat bahwa pengarang mengungkapkan bahwa hidupnya penuh dengan cerita ketika masa kanak-kanak.

Cerita-cerita didapatkan dari keluarga terutama kakeknya, yang ini akhirnya meninggalkan banyak kegelisahan dalam pikiran pengarang, lalu dituangkan dalam cerpen. Pada media cerpen inilah pengarang menuliskan ingatan masa lalunya yang diperoleh lewat cerita-cerita. Ketika lahir cerpen, jadilah ia cerpen yang menghadirkan kisahan masa lalu. Namun jika pengarang menganggap ini adalah sebuah pelampiasan memori masa lalunya, saya justru melihat ini tidak semata memori masa silam yang bersifat personal, namun memori yang dihadirkan juga bersifat komunal. Menjadi komunal karena tak hanya pengarang sendiri yang merasakannya pada masa lalu. Itulah salah satu alasan saya sebut pengarang sebagai bidan yang membantu proses kelahiran memori masa lalu orang-orang dan komunitasnya.

Kemudian, pengarang karya sastra, dimanapun, siapapun, punya hasrat yang sama, menghadirkan yang terbaik kehadapan pembacanya. Sama seperti bidan, berusaha membantu kelahiran individu dengan baik. Namun tak banyak bidan yang mau ambil resiko belakangan ini, jika tak memiliki jiwa bidan sejati, maka iklaskan saja proses kelahiran pada dokter dengan operasi caesar.

Namun rupanya Made Adnyana Ole adalah bidan sejati, dia mengambil resiko dengan membantu proses kelahiran memori masa lalu komunal. Resikonya dimana? yap,,yang dihadirkan pengarang adalah memori masa lalu yang tidak semua orang senang untuk mengingatnya kembali, memori masa lalu yang menghadirkan traumatik secar individu maupun komunal, memori masa lalu yang sejatinya hendak dilupakan, menghadirkan luka yang tak semuanya suka. Bagaimana tidak, pengarang menghadirkan kecacatan prilaku gerakan-gerakan politik, geliat-geliat picik adat yang selama ini dianggap absolut, kepongahan-kepongahan individu pulau yang dinobatkan surga terakhir, paradoks dihadirkan pengarang. Ini jalan beresiko kawan!

Lima dari sembilan cerpen dalam antologi ini menyinggung peristiwa th 65, G 30 S PKI, serta trauma-trauma yang melekat pada peristiwa tersebut. Soal politik dan penguasaan penguasa atas masyarakat lemah muncul nyata pada cerpen-cerpen tersebut. Hal ini tentu saja beresiko tinggi bagi pengarang dan karyanya.

Resiko berikutnya adalah kesadaran pengarang menggabungkan memori masa lalu dengan kenyataan yang didapati pengarang saat ini. Pengarang sadar ini beresiko namun tetap dijalani dan apakah usahanya berhasil? Saya menduga ini berhasil sebab saya adalah salah satu orang yang sangat percaya bahwa sebuah karya yang telah lahir, punya otoritas yang sangat kuat untuk menemukan siapa yang berhak membaca tubuhnya. Yapp,,,beberapa yang sempat baca buku ini saya tanya bagaimana kesadaran mereka pasca membaca buku ini?

Rerata mereka sadar betul akan memori masa lalu yang dihadirkan pengarang, perihal gerakan politik, perihal carut sengkarut adat, soal kepercayaan dan kesadaran manusia Bali, mereka terkoneksi dengan cukup baik pada buku karya Ole ini. Kenapa bisa ya? Entahlah,,,tapi semua yang saya tahu pembaca buku ini adalah orang-orang yang paham betul mengisi diri dengan memori-memori komunal masa lalu pulau Bali ini. Mengisi diri baik melalui diskusi, bacaan dan ceramaah di kampus, atau mereka adalah bagian dari masa lalu yang dihadirkan pengarang. Pada sisi ini, keyakinan saya bahwa karya sastra akan memilih pembacanya makin kuat.


BACA JUGA:

  • Menelisik Sisi Atavisme pada “Gadis Suci Melukis Tanda Suci di Tempat Suci”

Ketika cerpen-cerpen Ole bermain dengan memori masa silam, bagaimana pengarang menempatkannya dalam bagian narasi? Pengarang menggunakan teknik plot flashbcak yang hadir pada semua cerpen-cerpen dalam buku ini. Teknik flash back ini dihadirkan dalam narasi secara langsung atau melalui renungan dan kesadaran para tokohnya. Pada cerita yang plot flashback melekat pada narasi seperti pada cerpen Darah Pembasuh Luka, Men Suka, Gede Juta, Gadis Suci Melukis Tanda Suci di Tempat Suci, Darah Pembasuh Luka. Flash back yang lahir dalam personal tokoh diantaranya adalah cepren Terumbu Tulang Istri, Siat Wengi, Kerapu Macan, Lelaki Garam, dan 4 dari 100 Lelucon Politik. Perbedaan penggunaan teknik ini entah disadari atau tidak oleh pengarang, akhirnya menghasilkan kesadaran memori yang bercitarasa berbeda tentunya, satunya terasa sangat personal, satunya lagi terasa personal namun tersampaikan melalui tokoh dalam cerpen tidak langsung oleh narator.

Kekuatan cerpen-cerpen Ole selain keberhasilannya menghadirkan memori masa lalu secara personal maupun komunal, adalah narasi dengan bahasa yang ringan namun berkekuatan dorong sangat tinggi. Ringan karena tak muncul kalimat yang rumit dalam cerpen. Pengarang membuat narasi dengan bahasa yang tidak terlampau “lebay” sehingga mudah dipahami, tidak pula pengarang mengumbar kata-kata arkais yang meski sejatinya kata-kata arkais melekat sekali pada masa lampau, tapi pengarang memilih menghindari penggunaan kata-kata arkais.

Atas ringannya bahasa yang digunakan pengarang, daya dorongnya justru pada hal ini, dengan bahasa ringan pengarang mudah mengantarkan pembaca untuk mencoba mengerti cerpen-cerpennya pada awal pembacaan, sehingga pembaca membangun asumsi-asumsi atas kisah dalam cerpen, namun justru tegangan hadir pada bagian akhir cerpen yang langsung menghentak pembaca yang sedari awal telah membangun asumsi. Runtuhnya horison harapan pembaca, itu kekuatan utama antologi ini. Cerpen Terumbu Tulang Istri, Siat Wengi, dan Lelaki Garam adalah cerpen-cerpen yang menurut saya memiliki kekuatan itu. Ketiga cerpen ini adalah cerpen yang saya anggap paling berhasil dalam antologi ini membangun tegangan pembaca.

Selain cerpen berhasil, tentu saja ada cerpen yang tak terlampau kuat dalam sekumpulan cerpen dalam buku ini. Sebagai pembaca, cerpen Men Suka adalah cerpen yang kekuatannya tak mampu mengimbangi cerpen-cerpen lainnya. Cerpen ini lemah pada konflik, juga pemplotan yang tak terlampau sukses pula. Tegangan yang hendak dihadirkan pengarang pada akhir cerita, bagi saya tak terlampau kuat. Meski pengarang sebetulnya mencoba menghadirkan kisah yang barangkali nyata dan lazim terjadi pada keluarga korban “perang politik”, dihilangkan atau sengaja menghilang.

Satu hal menarik yang saya lihat dari antologi ini adalah kesadaran pengarang untuk menjadi pencerita. Pada kata pengantar, pengarang melihat bahwa anak-anak sekarang sulit terhubung dengan cerita masa lalu, hal ini barangkali salah satu faktornya adalah kealpaan orang tua anak-anak menyiapkan waktu untuk bercerita langsung pada anak-anak mereka, sehingga transfer memori masa silam tidak tersampaikan dengan baik. Maka untuk memutus mata rantai kealpaan itu, pengarang mencoba menjadi pencerita kepada anaknya dengan menarasikan dalam cerpen terakhir.

Tentu saja cerita-cerita yang diberikan adalah cerita seputar yang dialami oleh pencerita, ditambah hasil pengamatan dan penyelidikannya selama menjadi wartawan. Pada paragrap kelima kata pengantar, Ole menulis “Kakek tidak pernah tahu jika cerita-cerita itu membekas dalam ingatan saya”, ada terselip rasa senang, rasa jengah, pedih juga dari ungkapan kalimat tersebut. Kutipan kalimat di atas, tentunya turut pula akan menjadi bagian dari karya Putik Padi kelak jika ia menjadi penulis. Cerita dari kakek ayahnya diwariskan padanya, guna menghilangkan kesenjangan memori masa lalu pada generasi muda. Mulia betul cita-cita bli Ole,,,,salam.[T]

*Tulisan ini disajikan dalam acara Diskusi Buku “Gadis Suci Melukis Tanda Suci di Tempat Suci” di Museum Pustaka Lontar Dukuh Penaban, Karangasem, Minggu 22 September 2019.

Tags: Cerpenkumpulan cerpenMade Adnyana Oleresensiresensi buku
Previous Post

Minikino Film Week 5: Bali International Short Film Festival, Memperkuat Jaringan Nusantara dan Internasional

Next Post

“Mejunjungan”, Tradisi Unik Guyup Bugis Melayu Pesisir Pengambengan yang Masih Tersisa

I Gede Gita Purnama A.P

I Gede Gita Purnama A.P

Terkenal dengan panggilan Bayu. Hobi membaca dan minum kopi. Sehari-hari mondar-mandir di Fakultas Ilmu Budaya Unud.

Next Post
“Mejunjungan”, Tradisi Unik Guyup Bugis Melayu Pesisir Pengambengan yang Masih Tersisa

"Mejunjungan", Tradisi Unik Guyup Bugis Melayu Pesisir Pengambengan yang Masih Tersisa

Please login to join discussion

ADVERTISEMENT

POPULER

  • Refleksi Semangat Juang Bung Tomo dan Kepemimpinan Masa Kini

    Apakah Menulis Masih Relevan di Era Kecerdasan Buatan?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Tulak Tunggul Kembali ke Jantung Imajinasi

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Ulun Pangkung Menjadi Favorit: Penilaian Sensorik, Afektif, atau Intelektual?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • ”Married by Accident” Bukan Pernikahan Manis Cinderella

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Duel Sengit Covid-19 vs COVID-19 – [Tentang Bahasa]

    11 shares
    Share 11 Tweet 0

KRITIK & OPINI

  • All
  • Kritik & Opini
  • Esai
  • Opini
  • Ulas Buku
  • Ulas Film
  • Ulas Rupa
  • Ulas Pentas
  • Kritik Sastra
  • Kritik Seni
  • Bahasa
  • Ulas Musik

ORANG BALI AKAN LAHIR KEMBALI DI BALI?

by Sugi Lanus
May 8, 2025
0
PANTANGAN MENGKONSUMSI ALKOHOL DALAM HINDU

— Catatan Harian Sugi Lanus, 8 Mei 2025 ORANG Bali percaya bahkan melakoni keyakinan bahwa nenek-kakek buyut moyang lahir kembali...

Read more

Di Balik Embun dan Senjakala Pertanian Bali: Dilema Generasi dan Jejak Penanam Terakhir

by Teguh Wahyu Pranata,
May 7, 2025
0
Di Balik Embun dan Senjakala Pertanian Bali: Dilema Generasi dan Jejak Penanam Terakhir

PAGI-pagi sekali, pada pertengahan April menjelang Hari Raya Galungan, saya bersama Bapak dan Paman melakukan sesuatu yang bagi saya sangat...

Read more

HINDU MEMBACA KALIMAT SYAHADAT

by Sugi Lanus
May 7, 2025
0
HINDU MEMBACA KALIMAT SYAHADAT

— Catatan Harian Sugi Lanus, 18-19 Juni 2011 SAYA mendapat kesempatan tak terduga membaca lontar koleksi keluarga warga Sasak Daya (Utara) di perbatasan...

Read more
Selengkapnya

BERITA

  • All
  • Berita
  • Ekonomi
  • Pariwisata
  • Pemerintahan
  • Budaya
  • Hiburan
  • Politik
  • Hukum
  • Kesehatan
  • Olahraga
  • Pendidikan
  • Pertanian
  • Lingkungan
  • Liputan Khusus
“Bali Stroke Care”: Golden Period, Membangun Sistem di Tengah Detik yang Maut

“Bali Stroke Care”: Golden Period, Membangun Sistem di Tengah Detik yang Maut

May 8, 2025
Mosphit Skena Segera Tiba, yang Ngaku-Ngaku Anak Skena Wajib Hadir!

Mosphit Skena Segera Tiba, yang Ngaku-Ngaku Anak Skena Wajib Hadir!

May 7, 2025
Bimo Seno dan Dolog Gelar Pertandingan Tenis Lapangan di Denpasar

Bimo Seno dan Dolog Gelar Pertandingan Tenis Lapangan di Denpasar

April 27, 2025
Kebersamaan di Desa Wanagiri dalam Aksi Sosial Multisektor Paras.IDN dalam PASSION Vol.2 Bali

Kebersamaan di Desa Wanagiri dalam Aksi Sosial Multisektor Paras.IDN dalam PASSION Vol.2 Bali

April 23, 2025
Menghidupkan Warisan Leluhur, I Gusti Anom Gumanti Pimpin Tradisi Ngelawar di Banjar Temacun Kuta

Menghidupkan Warisan Leluhur, I Gusti Anom Gumanti Pimpin Tradisi Ngelawar di Banjar Temacun Kuta

April 22, 2025
Selengkapnya

FEATURE

  • All
  • Feature
  • Khas
  • Tualang
  • Persona
  • Historia
  • Milenial
  • Kuliner
  • Pop
  • Gaya
  • Pameran
  • Panggung
“Jalan Suara”, Musikalisasi Puisi Yayasan Kesenian Sadewa Bali dan Komunitas Disabilitas Tunanetra
Panggung

“Jalan Suara”, Musikalisasi Puisi Yayasan Kesenian Sadewa Bali dan Komunitas Disabilitas Tunanetra

SEPERTI biasa, Heri Windi Anggara, pemusik yang selama ini tekun mengembangkan seni musikalisasi puisi atau musik puisi, tak pernah ragu...

by Nyoman Budarsana
May 6, 2025
Mengenang Perupa I Gusti Made Peredi dan Karya-karyanya yang Membingkai Zaman
Khas

Mengenang Perupa I Gusti Made Peredi dan Karya-karyanya yang Membingkai Zaman

TAK salah jika Pemerintah Kota Denpasar dan Pemerintah Provinsi Bali menganugerahkan penghargaan kepada Almarhum I Gusti Made Peredi, salah satu...

by Nyoman Budarsana
May 6, 2025
“Muruk” dan “Nutur”, Belajar dan Diskusi ala Anak Muda Desa Munduk-Buleleng
Khas

“Muruk” dan “Nutur”, Belajar dan Diskusi ala Anak Muda Desa Munduk-Buleleng

DULU, pada setiap Manis Galungan (sehari setelah Hari Raya Galungan) atau Manis Kuningan (sehari setelah Hari Raya Kuningan) identik dengan...

by Komang Yudistia
May 6, 2025
Selengkapnya

FIKSI

  • All
  • Fiksi
  • Cerpen
  • Puisi
  • Dongeng
Kampusku Sarang Hantu [1]: Ruang Kuliah 13 yang Mencekam

Kampusku Sarang Hantu [14]: Ayam Kampus Bersimbah Darah

May 8, 2025
Perempuan di Mata Mak Kaeh | Cerpen Khairul A. El Maliky

Perempuan di Mata Mak Kaeh | Cerpen Khairul A. El Maliky

May 4, 2025
Puisi-puisi Gimien Artekjursi | Tentang Harimau Jawa

Puisi-puisi Gimien Artekjursi | Tentang Harimau Jawa

May 4, 2025
Poleng | Cerpen Sri Romdhoni Warta Kuncoro

Poleng | Cerpen Sri Romdhoni Warta Kuncoro

May 3, 2025
Puisi-puisi Muhammad Rafi’ Hanif | Kenang-Kenangan Seorang Mahasiswa

Puisi-puisi Muhammad Rafi’ Hanif | Kenang-Kenangan Seorang Mahasiswa

May 3, 2025
Selengkapnya

LIPUTAN KHUSUS

  • All
  • Liputan Khusus
Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan
Liputan Khusus

Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan

SEBAGAIMANA Banyuwangi di Pulau Jawa, secara geografis, letak Pulau Lombok juga cukup dekat dengan Pulau Bali, sehingga memungkinkan penduduk kedua...

by Jaswanto
February 28, 2025
Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan
Liputan Khusus

Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan

SUNGGUH kasihan. Sekelompok remaja putri dari Desa Baturiti, Kecamatan Kerambitan, Tabanan—yang tergabung dalam  Sekaa Gong Kebyar Wanita Tri Yowana Sandhi—harus...

by Made Adnyana Ole
February 13, 2025
Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti
Liputan Khusus

Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti

BULELENG-BANYUWANGI, sebagaimana umum diketahui, memiliki hubungan yang dekat-erat meski sepertinya lebih banyak terjadi secara alami, begitu saja, dinamis, tak tertulis,...

by Jaswanto
February 10, 2025
Selengkapnya

ENGLISH COLUMN

  • All
  • Essay
  • Fiction
  • Poetry
  • Features
Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

March 8, 2025
Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

November 30, 2024
The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

September 10, 2024
The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

July 21, 2024
Bali, the Island of the Gods

Bali, the Island of the Gods

May 19, 2024

TATKALA.CO adalah media umum yang dengan segala upaya memberi perhatian lebih besar kepada seni, budaya, dan kreativitas manusia dalam mengelola kehidupan di tengah-tengah alam yang begitu raya

  • Penulis
  • Tentang & Redaksi
  • Kirim Naskah
  • Pedoman Media Siber
  • Kebijakan Privasi
  • Desclaimer

Copyright © 2016-2024, tatkala.co

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis

Copyright © 2016-2024, tatkala.co