Edisi 30/9/19
KOPLAK terdiam. Matanya cekung dan dingin. Kopi yang biasanya terasa nikmat dinikmati di sore hari, kali ini terasa hambar dan tidak membuatnya merasa nyaman. Padahal dengan minum kopi sambil melinting rokok, adalah ritual yang paling disukai Koplak. Bahkan ketika terjadi di pagi hari, Koplak pun merasa selalu riang dan girang, seolah ada yang menunggunya.
Rutinitas kata orang-orang tidak mengasikkan. Rutinitas membuat jenuh. Rutinitas membosankan. Rutinitas itu ibarat hidangan yang disajikan istri di rumah dengan menu itu-itu saja. Bagi Koplak rutinitas itu asyik, membuatnya semangat. Bayangkan ketika terjaga dan bangun pagi Koplak selalu menuju ke dapur menjerang air, sambil menyeduh kopi, aroma kopi itu membuatnya terlena. Koplak tidak merasa rutinitas adalah kutukan.
Yang membuat Koplak merasa rutinitas itu jadi paksaan adalah alat olah raga yang disediakan Kemitir di dekat dapur.
Ini namanya treadmill alat yang umumnya dipakai untuk berjalan, berlari atau mendaki namun tetap bertahan pada tempat yang sama. Jadi Bape tidak perlu keliling desa untuk menjaga kebugaran tubuh, Bape paham?” tanya Kemitir dengan sorot mata yang selalu tidak bisa ditentang. Koplak terdiam .
Treadmill? Alat itu bagi Koplak justru membuat paginya terasa tidak indah, masak Koplak disuruh berjalan-jalan dengan alat yang membuat Koplak merasa jenuh. Lihat alatnya saja Koplak sudah tidak suka, si Treadmill itu justru terasa menghambat Koplak.
Kalau mau olah raga, apa salahnya berolah raga di sekitar rumah saja. Mencabut pohon singkong. Menanam bunga-bunga untuk mebakti di Pelinggih. Mencabuti rumput, mengepel… Banyak sekali hal-hal yang bisa dilakukan Koplak untuk berkeringat. Ada-ada saja alat-alat yang dibawa Kemitir untuk mengubah hidup Koplak. Koplak kadang berpikir, bagaimana harus menjelaskan pada Kemitir, bahwa dirinya memiliki kehidupan sendiri. Memiliki keinginan-keinginan sendiri. Juga memiliki selera yang berbeda. Selera Koplak bak langit dan bumi dengan selera Kemitir.
Kemitir, Kemitir! Anak semata wayangnya yang cantik jelita. Harta karun Koplak. Koplak sering berpikir kok tidak ada selera Koplak di dalam tubuh Kemitir? Kenapa selera Kemitir begitu berbeda, padahal Kemitir itu darah dagingnya. Dia ada karena Koplak ada. Kenapa Kemitir kok bisa menjelma jadi mahluk berbeda. Bahkan, kadang-kadang, sangat tidak dipahami Koplak.
Treadmill itu dipandang Koplak dengan diam, sambil berkali-kali menarik nafas. Apa asiknya berjalan-jalan di atas alat itu sambil memandang ke depan dengan pemandangan hanya itu-itu saja. Berkebun kan asik, atau kerja bakti. Dari mana Kemitir mendapatkan ide bahwa si Treadmill itu pasti bisa menjadi teman. Si Treadmill itu bisa membuatnya bahagia?
Anak muda dan kita itu memang selalu berbeda. Apalagi anak-anak sekarang.Hidup mereka akan sepi kalau tidak bawa telepon genggam. Aku pernah foto kopi di depan balai desa, ada anak muda duduk di samping sibuk dengan teleponnya, dia tidak tahu bahwa gilirannya sudah lewat empat orang, anak itu masih asik dengan teleponnya.
Kata tukang foto kopi, anak itu lebih ingt membawa telepon genggam dibanding tas sekolahnya. Sering sekali anak-anak meninggalkan tas sekolahnya hanya membawa telepon genggam. Itu generasi sekarang, Koplak. Kebutuhannya berbeda, impian mereka juga beda. Kita-kita ini hanya menunggu panggilanNya. Menunggu giliran, mungkin terasa seperti menunggu arisan ibu-ibu PKK,” suatu hari seorang teman menggambarkan kehidupan anak-anak masa kini dengan kehidupan masa-masa Koplak.
Koplak kembali memandang si Treadmill dengan pandangan ngelanyut. Koplak tahu diusia menjelang lima puluh ini Koplak memang memerlukan asupan khusus, setelsh seorang dokter internis dan pakar diabetes mendiagnosa Koplak bahwa dirinya saat ini terserang diabetes dan kolesterol.
Koplak terdiam, teringat ketika dia sampai terkencing-kencing merasa seluruh dadanya sakit dan dia kesulitan bernafas.
Koplak merasa disaat kritis seperti itulah memerlukan sentuhan Kemitir. Kata anak semata wayangnya itu Koplak terlalu banyak duduk. Kemitir itu ganasnya melebihi pecalang sepuluh orang.
“Kemitir sudah belikan Bape telepon bagus. Bape harus rajin bangun pagi, lalu jangan lupa minum air putih satu gelas. Lalu tarik nafas pelan-pelan. Buka jendela dan pintu lebar-lebar agar paru-paru bisa memiliki nafas yang lebih bebas. Lalu mulai berdiri di treadmill. Atur sesuai dengan keperlukan, Bape. Bape tidak boleh bohong, aku akan mengecek setiap hari. Harus pakai video call, kalau Bape tidak tertib olah raga dan minum air putih yang banyak penyakit Bape tidak akan sembuh. Bape mengerti?”
Koplak terdiam. Suara Kemitir dan bunyi si Treadmill itu benar-benar menganggu Koplak. Kata Kemitir jalan-jalan di sekitar desa berbahaya.
Bagaimana kalau Bape dikejar anjing liar? Lalu digigit?” Kemitir ngotot Koplak harus mulai terlatih dengan teman baru si Treadmill.
Mulai hari ini berarti pagi Koplak tidak akan terasa nikmat lagi. Mana ada lah raga kok dipaksa? Kayak pemerintah saja buat undang-undang ini-itu semaunya, tidak minta pendapat main ketuk palu saja. Hasilnya, demo mahasiswa yang sedikit rusuh. Tapi nyatanya kalau pemerintah di demo, agak turun juga tensi ngototnya.
Koplak merengut, bagaimana caranya ya, mendemo Kemitir?! [T]