Sudah baca tulisan tentang destinasi wisata Lahangan Sweet di kawasan di Banjar Dinas Gulinten, Desa Bunutan, Kecamatan Abang, Karangasem, Bali? Tulisan itu baru beberapa hari dimuat di tatkala.co. Jika mau baca dulu, klik Lahangan Sweet, atau coba scroll halaman ini ke bawah…
Sudah baca? Nah, Lahangan Sweet ternyata tak bisa dipisahkan dengan kisah Ketut Marianta.
Bagaimana kisah Ketut Marianta?
Ketut Marianta adalah bocah warga Gulinten. Saat bersekolah di SDN 6 Bunutan, saban hari ia harus berjalan kaki sejauh 20 kilometer pulang pergi, dari rumah ke sekolah, bolak-balik. Perjalanan itu menghabiskan waktu 6 jam.
Untuk itu, ia harus bangun tidur setidaknya jam 4 pagi, lalu berangkat ke sekolah jam 5, agar bisa sampai di sekolah sekitar jam 8. Itu dilakukan setiap jam sekolah, Senin hingga Sabtu, berjalan melwati bukit-bukit, kadang di antara kabut yang pekat.
Bagi yang belum pernah mendengar kisah Ketut Marianta, ada baiknya mencoba searching di youtube dan google. Kisah dia sempat viral di media sosial hingga masuk siaran TV awal April 2019 lalu.
Kisahnya yang paling mengharukan adalah saat ia hendak ujian. Marianta terpaksa harus menginap di rumah temannya di dekat sekolah agar bisa mengikuti ujian pemantapan waktu itu. Untuk tidak merepotkan tuan rumah tempatnya menginap, jagung dibawa sebagai bekal selama menginap.
Sangat beruntung, ada mata kamera HP yang meliput dan akhirnya kisah itu mengantarkan banyak hal, bukan saja bagi dirinya, tapi juga bagi masyarakat tempat tinggalnya. Kisah anak dusun di ujung timur pulau Bali itu terbang ke Jakarta untuk mengisi acara di salah satu stasiun TV swasta nasional.
Kisah itu bukan mengantarkan banyak hal bagi dirinya sendiri, namun juga bagi masyarakat di sekitarnya, terutama di wilayah Gulinten. Berbagai bantuan setelah itu mengalir ke banjar tempat tinggal Marianta dan bahkan masih berlangsung sampai saat ini.
Munculnya Lahangan Sweet sebagai destinasi wisata baru yang sedang dibangun di Banjar Dinas Gulinten saat ini, tidak bisa dilepaskan dari kisah Ketut Marianta.
Adahal Andy Karyasa Wayan, dan “mata tajam” seorang Agus Windha (anggota Relawan Bali yang “menemukan”, membimbing, dan membantu terwujudnya destinasi wisata ini yang indah di daerah itu. Destinasi wisata itu ditemukan saat banyak orang kemudian melakukan napak tilas terhadap perjalanan Ketut Marianta dari rumah ke sekolah dengan melewati bukit-bukit indah.
Salah satu dari dua bukit yang dilintasi oleh Marianta selama 6 tahun pulang pergi ke sekolah selama enam jam tersebut, oleh relawan, diberi nama Bukit Marianta. Bersebelahan dengan Lahangan Sweet sekarang.
BACA JUGA:
Jika dari Bukit Marianta, pemandangan laut dan gugusan enam bukit di bawahnya merupakan pemandangan yang menarik, namun dari Lahangan Sweet, pemandangan yang menajubkan tersebut dilengkapi dengan pemandangan hamparan sawah di Berina dan Kangkahang, Gunung Agung, dan Gunung Rinjani di seberang laut timur memberikan pesona eksotis matahari terbit dan tenggelam dari satu tempat itu.
Adalah Andy Karyasa Wayan, founder Yayasan Relawan Bali, yang kemudian tak henti-hentinya menghimpun dana untuk bisa disalurkan bagi masyarakat kurang mampu di tempat Katut Marianta tinggal. Tapi, kegiatan dia bukan hanya di sana, melainkan juga di seluruh Bali ia mampu menghimpun dana milyaran rupiah tiap tahunnya untuk disalurkan kepada masyarakat yang membutuhkan. Marianta adalah bagian kecil dari cerita perjuangan beliau.
Walaupun hanya bagian kecil, bagi masyarakat di Gulinten, tempat tinggal Marianta, apa yang sudah disalurkan di sana merupakan kegiatan kerelawanan yang fantastis. Mengingat kisah Marianta yang berjalan kaki hingga 6 jam PP untuk menuju sekolah, sebuah mobil pickup disumbangkan untuk membantu mobilitas siswa yang berada jauh dari sekolahnya di SD Negeri 6 Bunutan.
Dengan total bantuan relawan yang diserahkan pada saat kenaikan kelas tahun ajaran 2018/2019 itu senilai Rp. 200.000.000. Selain berupa mobil bantuan tersebut meliputi: bantuan fasilitas belajar, tempat tidur dan sembako.
Munculnya Lahangan Sweet sebagai destinasi wisata baru yang sedang dibangun di Banjar Dinas Gulinten saat ini, tidak bisa dilepaskan dari kisah Ketut Marianta, Andy Karyasa Wayan, dan “mata tajam” seorang Agus Windha (anggota relawan Bali yang “menemukan”, membimbing, dan membantu terwujudnya destinasi wisata ini.
Salah satu dari dua bukit yang dilintasi oleh Marianta selama 6 tahun pulang pergi ke sekolah selama enam jam tersebut, oleh relawan, diberi nama Bukit Marianta. Bersebelahan dengan Lahangan Sweet sekarang.
Jika dari Bukit Marianta, pemandangan laut dan gugusan enam bukit di bawahnya merupakan pemandangan yang menarik, namun dari Lahangan Sweet, pemandangan yang menajubkan tersebut dilengkapi dengan pemandangan hamparan sawah di Berina dan Kangkahang, Gunung Agung, dan Gunung Rinjani di seberang laut timur memberikan pesona eksotis matahari terbit dan tenggelam dari satu tempat itu.
Tidak salah, walau belum mencapai 25% proses pembangunan di Lahangan Sweet, ratusan tamu terus berdatangan ke tempat itu dalam satu minggunya. Bahkan pada hari-hari tertentu seperti hari libur, Sabtu, dan Minggu, pengunjung mencapai jumlah ratusan dalam satu hari. Bukan hanya tamu-tamu lokal, tamu-tamu manca negara juga sudah banyak yang menikmati suasana sunrise dan sunset dari Lahangan Sweet.
Dalam sebulan dari mulai proses pembukaan, tidak kurang dari enam kali kemah terpasang di sana oleh pengunjung dari karangasem bahkan dari Denpasar. Hal ini sedikit mebuktikan bahwa tempat tersebut layak untuk dikunjungi.
Objek wisata baru yang dibangun dan dibiayai oleh desa Adat Gulinten tersebut belum menetapkan tarif masuk, hanya berupa kotak punia yang bisa diisi suka rela oleh pengunjung. Fasilitas penunjang berupa air sudah tersedia. Sebuah genset disiagakan untuk menerangi kegiatan perkemahan yang dilakukan malam hari. Sebuah kamar mandi masih dalam proses pengerjaan dan siap dioperasikan akhir minggu ini.
Dengan biaya seadanya dan sistem pengerjaan yang sedikit rumit (oleh prosedur; sebagai hal yang lumrah ada atau diada-adakan) perjalanan Lahangan Sweet tetap menapak. Menapak dan menjejakkan kakinya untuk menjawab masa depan sosok Ketut Marianta dan anak-anak Gulinten lainnya, juga menjawab tantangan kerelawanan seorang Andy Karyasa Wayan. Sosok yang menemukan Marianta dan menunjukkan arah ditemukannya Lahangan Sweet.
Matahari terbit indah di pagi hari dan tenggelam elegan di sore hari yang terlihat dari Lahangan Sweet menjanjikan masa depan yang menjanjikan bagi generasi Gulinten ke depan. Setidaknya, itulah doa tetua saat ini buat anak cucu mereka kedepan. Semoga menjadi kenyataan. [T]