[Singaraja, Senin 16 September 2019]
Kau bumi yang sedang berputar, suara ombak yang menghampiri pantai, hembusan angin yang membawa udara dingin merasuk sampai ke tulang.
Kau mentari yang telah pamit akan selesainya tugasmu hari ini menyinari kota panji sakti dan terganti oleh warna kejinggaan di sore ini mengiringi suara adzan yang berkumandang.
Di sore ini jemariku meraba meluahkan kata hati. Aku tak bisa mendefinisikan apa yang kurasa saat ini, yang jelas rasa duka dan suara tangis itu masih mengiang di telinga mengiringi jenazah di atas tandu itu, sejak pagi tadi. Engkau telah pulang ke keabadian mendahului kami, setelah sekian saat kau tahan rasa perih dan sakitnya pendarahan itu.
Kejadian itu bermula saat proses persalinan di puskesmas kecamatan, kau dinyatakan harus rujuk ke rumah sakit yang bisa mengatasi apa yang kauhadapi. Kau mengalami pendarahan yang begitu serius hingga keputusan puskesmas kecamatan merujukkanmu ke rumah sakit Parama Sidhi di Singaraja.
Aku tak akan banyak bicara akan sakit dan perih yang kau alami, karena keadaan itu tak cukup aku tafsirkan hanya dalam bentuk suara lisan.
Untukmu para pembaca yang budiman, aku tidaklah lebih dari anak muda yang berasal dari kampung terpesisir yang sedang menempuh pendidikan di kampung orang, di Singaraja tepatnya. Asalku dari pesisir Kepulauan Madura, tepatnya Pulau Sepanjang, Kecamatan Sapeken yang terletak di Kepulauan Kangean.
Di sore ini hati kembali miris melihat saudara sekampung kembali menghembuskan napas terahirnya di kampung orang, di Singaraja. Keluarga yang mengharap kesembuhan membawa sang ibu ke kampung orang untuk berobat, namun harus menerima dengan lapang hati karena dia telah mendahului menuju sang ilahi.
Suara hati ini aku harapkan sampai kepada wakil kami yang mempunyai kewenangan, dengan penuh rasa hormat kami sampaikan rasa yang selama ini tiada selesai dalam hati, kami mohon dengan sangat jenguklah kami yang sedang hidup di pesisir ini.
Kami hanya butuh fasilitas kesehatan yang memadai dan transportasi yang layak ditumpangi. Hari ini saudara kami kembali menghembuskan napasnya di tanah Bali, beliau adalah seorang ibu yang sedang berjuang melahirkan seorang bayi, namun dengan alat dan transportasi yang tidak memadai saudara kami harus menanggung rasa sakit yang cukup bertubi-tubi.
Saudara kami itu dibawa dari kampung menuju Bali dengan menggunakan perahu kayu yang biasa membawa ikan ke Singaraja. Dengan keadaan yang tidak kuat lagi beliau harus sabar menunggu selama 10 jam perjalanan laut menumpangi perahu yang bukan untuk ditumpangi orang.
Tak bisa kubayangkan seorang ibu itu menahan perih dan sakit di atas sebuah perahu motor, diombang-ambing ombak dan badai di lautan selama 10 jam lamanya untuk akhirnya bisa sampai di rumah sakit di Bali. Dan sampainya di rumah sakit bukan kesembuhan yang didapati namun panggilan Tuhan yang menginginkannya kembali menuju alam yang abadi.
Dia harus pergi bersama anak yang baru dilahirkan dengan cara dioperasi. Seandainya perjalanan lewat laut ke rumah sakit di Bali tidak memakan waktu yang lama, mungkin sang ibu dan sang bayi masih bisa hidup di dunia ini.
Bukan maksud kami mengeluh dan merengek meminta dikasihani, tetapi kami masih merasa mempunyai hak untuk bisa menikmati fasilitas yang layak, karena bagaimanapun juga kami masih merupakan bagian dari pangkuan ibu pertiwi.
Haruskah hal ini harus terus menerus terjadi kembali, haruskah penderitaan ini akan berlanjut sampai memakan korban kami punya saudara dan saudari?
Teruntukmu wakil-wakil kami, apakah kami ini bagian dari saudara dan saudari? Apakah kita masih sesaudara dan senegeri? Jika memang iya, mohonlah perhatikan apa yang menjadi kebutuhan kami, ini bukanlah hanya sekedar giringan opini maupun lantunan sebuah puisi. melainkan suara hati yang kami sampaikan atas rasa peduli dan terpanggilnya kami sebagai pemuda dan pemudi pesisir yang punya rasa manusiawi.
Terahir, kami ucapkan selamat jalan untuk sang ibu dan sang bayi. Semoga amal ibadahmu diterima, syahid disisi yang ilahi.
Kepada keluarga semoga diberi kuat dan ketabahan atas meninggalnya sang ibu dan bayi, semoga selamat sampai tujuan mengarungi laut malam ini sebelum akhirnya jenazah di kebumikan. semoga kejadian ini takkan terulang kembali kepada saudara yang lain. Aamiinn. [T]