“Jangan menggunakan media sosial untuk menekan masyarakat, gunakan media sosial untuk mempengaruhi masyarakat ke arah yang baik” —Dave Willis. Org-
____
Saat ini kita sedang hidup di jaman digital. Jaman informasi yang telah berkembang pesat dan cepat. Hal ini tentunya menghadirkan kondisi yang sangat berbeda sekali dengan jaman dulu pada saat era industri dan era agraris. Pada jaman informasi ini salah satunya ditandai oleh perkembangan teknologi yang sangat cepat dan canggih.
Perkembangan teknologi itu telah menciptakan berbagai produk-produk teknologi berupa elektronik terus tumbuh dan berkembang. Semakin canggihnya alat elektronik membuat semua media sosial yang sebagai salah satu hasil dari pengembangan teknologi tersebut semakin mudah diunduh di telepon genggam yang sering kita gunakan sehari-hari.
Semakin berkembangnya dunia teknologi, keberadaan media sosial rasanya sudah tak asing lagi bagi masyarakat modern masa kini. Mulai dari ibu-ibu, bapak-bapak, hingga kalangan pelajar, sebagian besar dari mereka sudah melek akan kehadiran media sosial tersebut. Semua media sosial itu merupakan media untuk berteman dalam lingkup yang lebih luas di dunia maya.
Semakin mudahnya informasi diakses, justru keberadaan sejumlah media sosial kini tampaknya semakin menyenangkan. Tak peduli tua dan muda, media sosial saat ini tampaknya sudah tidak asing lagi. Mulai dari Facebook, Twitter, Path, Line, WhatsApp, dan sejenisnya. Ini sah-sah saja digunakan seiring kemajuan teknologi jaman sekarang.
Dengan media sosial itu pula lah seseorang bisa berbagi kepada orang-orang tentang perasaan atau peristiwa penting di kehidupan mereka. Namun, di sisi lain tak jarang pula keberadaan media sosial bikin penggunanya jadi baper (bawa perasaan) atau sensitif terhadap satu sama lain. Ada hal-hal kecil dan sepele bahkan tidak penting yang beberapa orang buat jadi besar karena mereka terlalu membawa-bawa kehidupan nyata ke dunia maya. Begitu juga sebaliknya.
Banyak sekali kasus timbul akibat jejaring sosial yang sulit dikontrol. Seperti konten atau muatan video, gambar, cerita, hingga ajaran radikal yang wajib disensor dan dihapus (blocked). Banyak sekali masyarakat belum paham arti media sosial serta bagaimana pemanfaatannya. Menangkal berbagai pengaruh negatif media sosial, umumnya internet, perlu memberikan program pemberdayaan berupa internet sehat. Namun itu belum berjalan sesuai harapan.
Baru-baru ini juga telah terjadi tindakan-tindakan kurang etis dan melanggar hukum yaitu tersebarnya banyak meme (candaan atau sindiran) di akun sosial media mewakili keresahan dan kekesalan. Gambar yang dibuatpun tak tanggung-tanggung sampai foto Kepala Negara pun diedit. Gambar yang beredar kebanyakan mengecam. Bahkan ada juga gambar buatan pengguna Facebook yang beredar menggunakan foto Mark Zuckerberg yang benar-benar mencemarkan namanya. Dalam foto tersebut pendiri Facebook digambarkan sedang marah karena jejaring sosial miliknya dijadikan sebagai sebuah alat kampanye politik.
Kalau ditelusuri atau dipikirkan secara mental sehat. Apa sebenarnya keuntungan kita mencemooh orang-orang yang belum tentu bersalah? Apakah Anda tidak sadar kalau tindakan ini sama sekali tidak memberdayakan. Apakah Anda tidak tahu tindakan seperti ini sama sekali tidak membuat kita berkembang. Mental kita menjadi rusak oleh prilaku-prilaku negatif kita sendiri. Kita terlalu sibuk mendikte kehidupan orang lain bahkan kejadian-kejadian yang belum kita tahu pasti kebenarannya.
Kini di media sosial juga seolah-olah tampak orang-orang telah menjadi ahli. Namun keahlian yang muncul paling banyak ahli dalam menemukan kesalahan orang lain. Mereka ahli dalam menemukan dan menyebarkan kesalahan orang lain. Padahal secara obyektif jika permasalahan yang timbul itu dikaji secara kritis, permasalahan itu tidak demikian terjadi seperti hebatnya pemiliki akun media sosial yang telah menyebarkannya secara tidak bertanggung jawab.
Ini hanya ulah para pelaku kejahatan dunia dot.com yang ingin situsnya terkenal dan mendapat traffic(kunjungan) yang banyak. Anda tidak percaya? Coba sekarang lihat banyak portal-portal berita yang terkadang secara sengaja memberitakan informasi yang tidak masuk akal kepada kita, membuat judul berita yang terkadang jauh dari isinya. Dan sayangnya tanpa kita sadari setiap hari kita telah mengkonsumsi berita-berita yang kurang berkualitas, sehingga pikiran kitapun akan terpengaruh dan berdampak menjadi tidak berkualitas juga.
Bukan hanya itu saja, kini orang tua bahkan pejabat publik yang duduk di kursi birokrasi pun banyak yang mengabaikan esensi kebenaran dan pura-pura tidak tahu sesuatu yang harusnya dibaca sambil berpikir lalu buru-buru menyalahkan orang lain. Seakan-akan Ia itu orang yang paling benar. Sungguh sangat disesalkan. Kita semua baru hanya mampu sebatas pada menemukan kesalahan hasil kerja orang lain, tanpa sadar sesungguhnya kita telah menjadi korban kejahatan dunia dot.com.
Selain situasi yang tidak baik akibat media sosial tersebut. Namun di sisi lain kalau kita cerdas menggunakan media sosial. Media ini justru akan memberi manfaat yang positif pada orang yang bergerak di bidang pemanfaatan media sosial. Salah satu contohnya adalah dalam dunia bisnis. Para pebisnis banyak juga yang memperkenalkan produk ataupun layanan jasanya lewat media sosial. Selain itu, sosok figur publik juga banyak yang memanfaatkan media ini, misalnya seorang Politikus yang memproklamirkan visi misinya lewat laman facebook.
Media sosial ini tentunya benar-benar membantu sekali dalam mencapai target-target bagi para usernya. Hanya saja kembali seperti persoalan di awal, kita harus cerdas, bijak, dan bertanggung jawab dalam menggunakan media sosial yang telah ada.
Pertumbuhan internet jaman sekarang sudah sampai ke pelosok-pelosok daerah, untuk itu kita sebagai pengguna atau user sangat penting dibekali pemahaman mengenai internet termasuk media sosial di dalamnya.
Tujuan utama saya membahas perihal ini supaya masyarakat khususnya remaja, dan siswa benar-benar memahami aturan dan cara memanfaatkan internet dengan benar dan baik. Mereka menjadi lebih kritis dan lebih ilmiah lagi dalam meyikapi persoalan-persoalan yang terjadi. Kalau tidak suatu saat nanti kemungkinan media sosial akan membutakan wawasan Anda menjadi sempit.
Seperti data yang dipaparkan oleh Broadcasting Board of Governors (BBG)Gallup bertajuk Media Use inIndonesia 2012 menunjukkan, pengguna internet di Indonesia didominasi oleh mereka yang berusia 15 sampai 24 tahun. Angka ini termasuk akun anak berusia di bawah 13 tahun yang memalsukan umur demi memiliki Facebook. Sedangkan usia 25-34 tahun hanya mencapai 25 persen saja. Untuk usia di atasnya, 35-54 tahun hanya mencapai 11 persen dan sekitar 2 persen pengguna di atas usia 55 tahun (Viva.co.id).
Berdasarkan data itu, disinilah sangat penting bagi kita untuk memberdayakan remaja supaya bisa memanfaatkan internet atau media sosial dengan baik. Penyuluhan atau sosialisasi mengenai internet sehat sebenarnya ditujukan untuk umum, namun yang utama adalah para generasi penerus kita, sebab mereka sering menggunakan media sosial tapi tidak tahu yang boleh mereka posting atau tidak.
Jadilah orang yang bijak, yaitu orang yang menyampaikan fakta dengan data bukan kata yang subyektif (gunakan fakta dan data yang valid). Jangan sampai kita yang diperdayai oleh teknologi yang sebetulnya kita ciptakan sendiri. [T]