28 January 2021
  • Beranda
  • Peristiwa
    • Kilas
    • Khas
    • Perjalanan
    • Persona
    • Acara
  • Esai
    • Opini
    • Ulasan
    • Kiat
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Hard News
  • Penulis
  • Login
  • Register
No Result
View All Result
tatkala.co
tatkala.co
  • Beranda
  • Peristiwa
    • Kilas
    • Khas
    • Perjalanan
    • Persona
    • Acara
  • Esai
    • Opini
    • Ulasan
    • Kiat
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Hard News
  • Penulis
No Result
View All Result
tatkala.co
No Result
View All Result
Home Esai

BALAH

Oka Rusmini by Oka Rusmini
September 2, 2019
in Esai
33
SHARES

Edisi 2/9/2019

KOPLAK tidak suka jika hidupnya terlalu banyak diatur, hal inilah yang saat ini jadi masalah yang membuatnya selalu berbalah dengan Kemitir — Si Gadis cantik yang makin  hari terasa “nyinyir” dan merepotkan bagi Koplak. Tidakah Kemitir memiliki pemikiran yang bagi Koplak sangat sederhana; semua mahluk di bumi ini memiliki gaya hidup masing-masing. Yang berbeda satu sama lain. Cara memandang hidup yang tentu saja dijamin berbeda satu sama lainnya. Tetapi itu tidak berlalu bagi Kemitir,

Kemitir merasa saat ini adalah tanggungjawabnya sebagai satu-satunya anak yang dibesarkan Koplak dengan terbata-bata dan sesak nafas sudah mandiri— bahkan teramat mapan. Bahkan menurut Koplak, Kemitir itu sudah sangat kaya. Barang-barangnya juga semua yang melekat di tubuhnya bermerk, tidak ada yang murah. Bahkan dari foto-foto yang disodorkan kepada Koplak,

Kemitir sering berbelanja untuk komsumsi tubuhnya di luar negeri. Koplak sih senang saja dengan kemajuan anak perempuan semata wayangnya — perempuan kecil yang dulu selalu merengek-rengek jika mengingankan sesuatu, atau akan menangis sambil menjerit-jerit sekeras-kerasnya jika kulitnya tergores. Sampai para tetangga akan berdatangan disangka Koplak memukul, atau melakukan kekerasaan pada anaknya.

Begitulah cara Kemitir kecil mencuri perhatian Koplak, luka tergores saja terasa seperti luka bacok yang parah, karena jika Kemitir menangis dan meraung seolah sedang memanggil seluruh warga desa. Begitulah Kemitir mencuri perhatian dari orang-orang. Sejak kecil Kemitir memiliki kulit yang bersih, mata yang bulat tajam,  terlihat bercahaya jika orang memandangnya.

Makin lama dipandang, Kemitir akan semakin tampak menggemaskan dan membuat orang-orang ingin mencubit pipinya yang gembul dan membelai rambut yang sedikit kecoklatan jika ditimpa matahari. Kemitir kecil dan Balita adalah Kemitir yang menggemaskan. Kemitir saat ini adalah ….

Koplak menarik nafas, kadang ada perasaan terkikis, tersiksa, nelangsa dan perasaan tidak berdaya. Apakah jika lelaki berumur menjelang 50 tahun akan merasa harus mendapat perhatian khusus? Harus dijaga layaknya seorang anak kecil? Apakah kekhawatiran Kemitir terhadap diri Koplak tidak berlebihan? Koplak terdiam sambil menggaruk-garuk kepalanya yang tidak gatal.

“Itu fungsinya punya anak perempuan. Kau harusnya bersyukur, Koplak. Anakku semua lelaki tujuh orang. Dulu sebagai laki-laki Bali aku bangga sekali ketika anak pertamaku lelaki. Aku sampai menghaturkan dua babi guling di Merajan, tempat ibadah keluarga. Bersyukur karena bagi lelaki tidak memiliki keturan lelaki bukan lelaki namanya. Hidupnya akan sengsara jika hanya memiliki anak perempuan. Pikiran itu benar juga, bagaimana jika anak perempuan semuanya diambil orang dan hidup dengan aturan-aturan keluarga suaminya. Aturan yang berbeda dengan aturan kita.

Faktanya, saat ini seluruh anak lelakiku merantau, bahkan odalan, upacara penting di desa juga tidak bisa hadir. Jika aku dan istriku sakit juga kami berobat sendiri. Walaupun sudah ada BPJS kami berdua kesepian. Serius ini! Bahkan yang hadir di rumah kami adalah uang yang ditransfer masing-masing anak dengan rutin. Kami sudah tua, aku dan istriku juga punya pensiun sendiri-sendiri sebagai guru di desa. Cukuplah untuk hidup kami sehari-hari.

Kami tidak butuh uang, kami ingin tujuh anak lelaki itu salah satunya ada yang pulang, tinggal bersama kami. Menemani kami mengisi hari tua bersama-sama. Tidak ada satu pun yang berkenan mengikuti saran kami. Kata mereka, mereka tidak bisa hidup di desa, jika hidup di desa mau kerja apa? Bagaimana sekolah anak-anak? Dan banyak lagi pertanyaan-pertanyaan mereka yang justru jadi beban kami sebagai orang tua. Kemitir itu baik, masih hormat padamu. Bersyukurlah kau memiliki dia. Untuk apa punya seribu anak lelaki jika tidak bisa disentuh.”

Begitu kata-kata Pan Balang pensiunan guru SD, yang saat ini justru terlihat mencoba bahagia dengan realitas yang mereka hadapi. Untungnya Pan Balang tinggal di desa, jika terjadi sesuatu orang-orang desa dengan ringan tangan akan datang dan bersedia merawat pasangan sepuh itu, tanpa pamrih, tidak juga menggerutu.

Koplak menarik nafas sambil merenung kembali. Apa mungkin dia harus mencari istri?

Fakta demi fakta kasus pembunuhan istri muda sewa empat pembunuh bayaran, untuk bakar suami dan anak tiri terus terungkap setelah otak pelaku berinisial AK (45) dan anaknya KV (25) dan dua pembunuh bayaran yang disewanya, yakni AG dan SG berhasil tertangkap polisi di Lampung, karena sang istri muda memiliki hutang 10 miliar.

Suara TV terdengar keras, Koplak terbelalak. Keluar keringat dingin deras membasuh tubuhnya. Tiba-tiba saja wajahnya terasa kaku, lehernya tersedak seolah Koplak lah yang diracun dan hendak dibakar. Koplak menepuk-nepuk kepalanya. Tidak. Tidak. Kenapa aku memiliki pikiran mau kawin lagi? Bagaimana kalau aku diracun istri mudaku? Bagaimana kalau Kemitir dibakar hidup-hidup. Koplak menggigil terkencing-kencing menuju kamar mandi. Celana kolornya basah. Rona ketakutan melabur wajahnya. [T]

Tags: desagaya hidupPerempuan
Oka Rusmini

Oka Rusmini

Ibu dari seorang anak lelaki. Yang mencoba memotret beragam kondisi sosial, budaya, dan politik di Indonesia dengan cara karikatural. Ala orang "Bali".

MEDIA SOSIAL

  • 3.4k Fans
  • 41 Followers
  • 1.5k Followers

ADVERTISEMENT

ENGLISH COLUMN

  • All
  • Essay
  • Features
  • Fiction
  • Poetry
Essay

Towards Success: Re-evaluating the Ecological Development in Indonesia in the Era of Anthropocene

Indonesia has long been an active participant of the environmental policy formation and promotion. Ever since 1970, as Dr Emil...

by Etheldreda E.L.T Wongkar
January 18, 2021

FIKSI

  • All
  • Fiksi
  • Cerpen
  • Puisi
  • Dongeng
Sketsa Nyoman Wirata
Puisi

Puisi-puisi Alit S Rini | Aku dan Pertiwi, Percakapan di Depan Api

by Alit S Rini
January 23, 2021
Ulasan

Putu Wijaya Menyambung Lidah Rendra

Catatan ini ditulis ketika Putu Wijaya mementaskan monolog Burung Merak di Open Stage Lovina, Buleleng, Bali, Rabu 25 November 2009, ...

February 2, 2018
Ilutrasi dari Google
Esai

Penguatan Bahasa Nasional Indonesia di Era Disrupsi: Dominasi, Infiltrasi dan Dialogisasi

Menjadi salah satu mahasiswa yang mengambil program studi pendidikan sejarah merupakan sebuah labelitas yang cukup berat bagi saya. Karna untuk ...

March 16, 2020
Foto: Ari
Ulasan

Syahrini, Guru Kontrak dan Politik Goyang Pinggul

Semalam di tengah gempita dentuman suara sound sistem, saya mengkhayal dibayar 150 juta untuk mengajar 34 jam per minggu, wah ...

February 2, 2018
Kilas

Teater Limas SMAN 5 Denpasar: Biarkan Irama Musik Kami Mengalir

Biarkanlah kami hidup mengikuti aliran air. Dengan suara air ini, biarkan irama musik kami mengalir… ITULAH inti musikalisasi puisi ‘Irama ...

February 2, 2018
Foto ilustrasi: Dermaga-Banjar-Nyuh-Nusa-Penida. (Foto Google)
Opini

Orang Nusa Penida Sebut “Ke Bali”, Kekeliruan Geografis atau Merasa Tak Bagian dari Bali?

Apa respon Anda jika ditanya “Pidan lakar ke Bali (kapan akan pergi ke Bali)?” Padahal, Anda berada di wilayah Bali. ...

January 17, 2020

PERISTIWA

  • All
  • Peristiwa
  • Kilas
  • Khas
  • Perjalanan
  • Persona
  • Acara
Moch Satrio Welang dalam sebuah sesi pemotretan
Kilas

31 Seniman Lintas Generasi Baca Puisi dalam Video Garapan Teater Sastra Welang

by tatkala
January 27, 2021

ESAI

  • All
  • Esai
  • Opini
  • Kiat
  • Ulasan
Puji Retno Hardiningtyas saat menyampaikan ringkasan disertasi dalam ujian terbuka (promosi doktor) di Universitas Udayana, Selasa, 26 Januari 2021.
Opini

Antara Keindahan dan Kehancuran | Wacana Lingkungan Alam dalam Puisi Indonesia Modern Karya Penyair di Bali Periode 1970-an Hingga 2010-an

by Puji Retno Hardiningtyas
January 28, 2021

POPULER

Foto: koleksi penulis

Kisah “Semaya Pati” dari Payangan Gianyar: Cinta Setia hingga Maut Menjemput

February 2, 2018
Istimewa

Tradisi Eka Brata (Amati Lelungan) Akan Melindungi Bali dari Covid-19 – [Petunjuk Pustaka Lontar Warisan Majapahit]

March 26, 2020

tatkala.co mengembangkan jurnalisme warga dan jurnalisme sastra. Berbagi informasi, cerita dan pemikiran dengan sukacita.

KATEGORI

Acara (66) Cerpen (150) Dongeng (10) Esai (1363) Essay (7) Features (5) Fiction (3) Fiksi (2) Hard News (4) Khas (312) Kiat (19) Kilas (193) Opini (472) Peristiwa (83) Perjalanan (53) Persona (6) Poetry (5) Puisi (97) Ulasan (330)

MEDIA SOSIAL

  • Penulis
  • Tentang & Redaksi
  • Kirim Naskah
  • Pedoman Media Siber

Copyright © 2018,BalikuCreative - Premium WordPress.

No Result
View All Result
  • Beranda
  • Peristiwa
    • Kilas
    • Khas
    • Perjalanan
    • Persona
    • Acara
  • Esai
    • Opini
    • Ulasan
    • Kiat
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Hard News
  • Penulis
  • Login
  • Sign Up

Copyright © 2018,BalikuCreative - Premium WordPress.

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms below to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In