Saya sengaja mengosongkan ingatan mengenai isi buku Bumi Manusia, yang terus terang saya baca saat kuliah semester satu, itupun terpaksa. Sampai hari ini, hanya sedikit sekali yang terngiang di kepala.
Ketika menonton filmnya, baru sedikit demi sedikit memori itu hadir, walau tak segamblang itu. Saya lebih menikmati bagaimana cerita ini disuguhkan dari perspektif visual.
Dan rasanya? Saya lebih bisa enjoy menikmatinya tanpa embel-embel membandingkannya dengan tulisannya.
Bagi saya, cara menikmati film adaptasi adalah menyadari bahwa kita sedang melihat bagaimana orang lain mengintepretasi sebuah karya dari sudut pandangnya.
Tidak bisa kita benturkan ekspektasi kita mengenai cerita, dan ekspektasi sang pencerita lewat visualnya. Yang jelas pasti akan membuat kecewa.
Dulu, saya sering sekali patah hati. Menonton film adaptasi yang berbeda sekali dengan intepretasi saya mengenai cerita yang diangkat. Saya akan kecewa mengapa aktornya si Ini dan si itu, saya akan kecewa mengapa ceritanya seperti ini, pasti akan banyak kecewanya.
Akhirnya, hal ini yang membuat banyak sekali film adaptasi kurang diapresiasi dengan baik oleh pemirsanya. Film adaptasi game misalnya, sampai hari ini, masih banyak sekali film adaptasi game yang dianggap “gagal” oleh penggemarnya. Karena apa? Karena membenturkan perspektif pemirsa terhadap cerita, dan perspektif sutradara dan penulis dalam memvisualkan cerita.
Tapi, jika didasari bahwa ini (Film Bumi Manusia) adalah cara Hanung Bramantyo dan Salman Aristo menceritakan perspektifnya dalam mengintepretasi karya seorang Pramoedya Ananta Toer. Maka, kita akan lebih tenang dalam menikmati film ini. Dengan mengesampingkan ekspektasi-ekspektasi yang muncul di kepala.
Sama halnya seperti seorang teman yang menceritakan kembali sebuah kejadian, yang akan berbeda penggambarannya dengan teman yang lain.
Maka buat saya, Film Bumi Manusia ini adalah film adaptasi terbaik yang sampai saat ini saya tonton. Bisa membuat 3 jam lebih bisa duduk tenang menikmati jalannya cerita yang cukup “berat” adalah hal hebat.
Bagi teman-teman yang akan nonton, mari coba nikmati cara Hanung dan Salman menceritakan karya Pram, bukan mengadu ekspektasi. Cheers… [T]
BACA JUGA: