11 May 2025
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
tatkala.co
No Result
View All Result

Desa Pengotan, Tak Ada Dagang Aksesoris, Tak Ada Loloh Cem-cem

Dian SuryantinibyDian Suryantini
August 11, 2019
inTualang
Desa Pengotan, Tak Ada Dagang Aksesoris, Tak Ada Loloh Cem-cem

Suasana di Desa Pengotan yang mirip dengan Desa Penglipuran, Bangli

77
SHARES

Ini cerita saya ketika pertama kali datang ke Desa Pengotan, Bangli. Awalnya saya berniat tidak ikut karena pekerjaan yang tidak bisa ditinggalkan. Tapi rencana ya tinggal rencana. Takdir berkata lain. Pekerjaan bisa saya tuntaskan. Diluar ekspektasi. Dan saya bisa ikut pergi.

Sebelum berangkat saya bertanya dulu apakah Bangli itu dingin? Jawabannya “Banget”. Mendengar kata itu saya segera mencari sweeter saya yang notabene jarang saya pakai dan hanya dipakai saat musim hujan. Jam 3 sore berangkatlah saya dari Singaraja.

Sepanjang perjalanan saya ditemani tiga orang lelaki. Tapi aman kok, karena salah satunya adalah pacar sekaligus sopir handal saya. Hehehe. Dari Singaraja kurang lebih tiga jam (bawa mobilnya selow dan berhenti makan bakso). Sepanjang perjalanan kami berbincang. Membicarakan hal-hal yang sebenarnya tidak penting. Sama halnya dengan tulisan ini yang (mungkin) tidak penting.

Oh ya, hampir lupa tujuan kami ke Desa Pengotan, Bangli, adalah untuk memutar film program Indonesia Raja 2019. Tempatnya di Wantilan Desa Pengotan yang juga menjadi posko KKN dari mahasiswa STKIP Suar Bangli. Jadwalnya pukul 19.30 wita. Tapi kami sampai lebih awal yakni pukul 17.45 wita.

Sambil menunggu waktu, saya berjalan-jalan disekitar tempat tersebut. Saat melihat-lihat, tempat itu mirip sekali dengan Desa Wisata Penglipuran. Bangunannya masih bangunan tua tapi rumah-rumahnya sudah banyak yang direnovasi, namun tidak mengubah konsep bangunan. Angkul-angkul (gerbang) khas Bali yang ada di sana juga mirip dengan yang ada di Penglipuran.


Rumah-rumah penduduk di Desa Pengotan, Bangli

Rumah-rumah tinggal di kawasan itu dibangun dengan model yang sama. Pendek dan kecil. Dalam satu bidang tanah, bisa dibanguni hingga 7 rumah. Tanpa sekat. Hanya saja lingkungan di Desa Pengotan itu lebih kecil. Tak ada dagang aksesoris dan loloh cem-cem. Berbeda dengan di Penglipuran yang arealnya lebih luas dan ada dagangnya.

Suasana Desa Pengotan sangat sepi dan sangat dingin. Rumah-rumah yang berjejer rapi itu tak ada penghuninya. Saat itu hari masih sore. Langit masih terang. Masih bagus untuk selfie.

Ketika saya berjalan-jalan dan berniat untuk kembali ke posko KKN, saya bertemu dengan seorang ibu yang hendak memberi pakan babi. Saya sempat ngobrol sebentar dan bertanya, apakah bangunan rumah di desa itu semuanya mungil dan pendek-pendek. Si ibu bilang memang begitu dari dulu.

Di desa itu tidak boleh membuat bangunan tinggi-tinggi atau rumah bertingkat. Itu tidak boleh. Menurut kepercayaan masyarakat disana, leluhur mereka tidak menghendaki untuk membuat bangunan yang tinggi melebihi tempat ibadah (sanggah). Saya tak tau kenapa. Sempat pula saya bertanya, jika ada yang membuat bangunan bertingkat, akan bagaimana, atau akan trejadi apa. Tapi si ibu tidak memberikan jawaban.

Beliau malah bercerita. Dulu salah satu SMP di sana bangunannya roboh karena bertingkat. Ketika saya tanya kenapa, dengan nada yang sedikit naik si ibu menjawab, “Nika sampun dugas linuhe, bangunane roboh. Nak metingkat nika. Untung dugas nto ten wenten murid. Wengi nika kejadiane,Gek”. (Itu waktu ada gempa. Bangunannya roboh. Karena bertingkat. Beruntung saat itu tak ada siswa. Kejadiannya malam, Dik).

Mendengar itu saya hanya manggut-manggut. Sambil berpikir sebab musabab dari kerobohannya sekolah itu. Apakah karena gempa atau karena hal lain. Tapi ya sudahlah. Itu cerita.


Pura keluarga (sanggah) di Desa Pengotan, Bangli

Semakin malam semakin sepi. Sepinya lingkungan disana saya pikir karena masih sore orang-orang disana masih belum pulang dari bekerja. Atau masih belum menyelesaikan pekerjaannya di kebun. Bangli kan banyak jeruk. Paling hanya ada tiga atau empat rumah yang masih tinggal disana. Ternyata saya salah. Orang-orang tak kembali.

Tak ada lampu yang menyala dari rumah-rumah itu. Hanya sedikit. Tempat yang paling terang adalah tempat yang kami kunjungi saja, posko KKN, dan pura Penataran Agung yang ada di sana. Jalanan pun sepi. Gelap.

Usut punya usut, ternyata warga di sana memang jarang pulang. Karena kesibukannya di tempat bekerja membuat mereka menetap di kota atau wilayah tempat mereka mengais rejeki. Mereka baru akan pulang saat hari raya saja. Setelah itu kembali ditinggalkan. Kembali sepi. Tapi ketika ada rapat desa, warga di desa itu seluruhnya hadir untuk mengikuti rapat desa. Yang jauh maupun yang dekat, semuanya menyempatkan diri untuk melaksanakan kewajibannya sebagai krama desa.

Potensi Desa Pengotan ini sangat bagus bila ditata dengan baik. Mungkin bisa menjadi Penglipuran kedua, karena kawasannya sangat mirip dengan desa wisata yang ngetop itu. Dan belakangan saya mengetahui Kawasan Desa Pengotan tenyata sudah masuk dalan kawasan KSPN (Kawasan Strategis Pariwisata Nasional) sejak lama.

Desa Pengotan merupakan salah satu Desa Tua atau Desa Bali Aga. Desa dengan hawa dingin ini sangat memperhatikan dan mempertahankan keaslian budaya yang mereka miliki. Salah satunya bahasa. Ketika bertemu dengan saya mereka berkomunikasi dengan bahasa mereka yang saya pikir mirip dengan bahasa Desa Pedawa, Kecamatan Banjar Kabupaten Buleleng. Jika tak paham, mereka akan menggunakan bahasa Bali Alus untuk menjelaskan. (jika yang diajak berbicara adalah orang Bali). Sangat sopan.

Mereka begitu memperhatikan bahasa yang mereka keluarkan. Saya sangat terkesan. Anak-anak di sana pun sangat sopan. Saat bertemu dengan saya dengan tidak sengaja ketika bermain-main, mereka langsung menyapa saya dengan “Om Swastyastu, Mbok”.

Dengan spontan saya langsung membalas dengan ucapan yang sama sambil mencakupkan tangan saya. Saat itu saya merasa kalah dari mereka. Saya merasa malu dengan anak-anak itu. [T]

Tags: baliBangliDesa Pengotandesa wisata
Previous Post

Jalan Mulus Dedek-Tiwi, Dari Jegeg Bagus Udayana hingga Jegeg Bagus Bali

Next Post

Pre-Event Ubud Village Jazz Festival di Rumah Luwih Beach Resort & Spa

Dian Suryantini

Dian Suryantini

Kuliah sambil kerja di Singaraja

Next Post
Pre-Event Ubud Village Jazz Festival di Rumah Luwih Beach Resort & Spa

Pre-Event Ubud Village Jazz Festival di Rumah Luwih Beach Resort & Spa

Please login to join discussion

ADVERTISEMENT

POPULER

  • Refleksi Semangat Juang Bung Tomo dan Kepemimpinan Masa Kini

    Apakah Menulis Masih Relevan di Era Kecerdasan Buatan?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Tulak Tunggul Kembali ke Jantung Imajinasi

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Ulun Pangkung Menjadi Favorit: Penilaian Sensorik, Afektif, atau Intelektual?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • ”Married by Accident” Bukan Pernikahan Manis Cinderella

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Duel Sengit Covid-19 vs COVID-19 – [Tentang Bahasa]

    11 shares
    Share 11 Tweet 0

KRITIK & OPINI

  • All
  • Kritik & Opini
  • Esai
  • Opini
  • Ulas Buku
  • Ulas Film
  • Ulas Rupa
  • Ulas Pentas
  • Kritik Sastra
  • Kritik Seni
  • Bahasa
  • Ulas Musik

“Pseudotourism”: Pepesan Kosong dalam Pariwisata

by Chusmeru
May 10, 2025
0
Efek “Frugal Living” dalam Pariwisata

KEBIJAKAN libur panjang (long weekend) yang diterapkan pemerintah selalu diprediksi dapat menggairahkan industri pariwisata Tanah Air. Hari-hari besar keagamaan dan...

Read more

Mendaki Bukit Tapak, Menemukan Makam Wali Pitu di Puncak

by Arix Wahyudhi Jana Putra
May 9, 2025
0
Mendaki Bukit Tapak, Menemukan Makam Wali Pitu di Puncak

GERIMIS pagi itu menyambut kami. Dari Kampus Undiksha Singaraja sebagai titik kumpul, saya dan sahabat saya, Prayoga, berangkat dengan semangat...

Read more

Kreativitas dan Imajinasi: Dua Modal Utama Seorang Seniman

by Pitrus Puspito
May 9, 2025
0
Kreativitas dan Imajinasi: Dua Modal Utama Seorang Seniman

DALAM sebuah seminar yang diadakan Komunitas Salihara (2013) yang bertema “Seni Sebagai Peristiwa” memberi saya pemahaman mengenai dunia seni secara...

Read more
Selengkapnya

BERITA

  • All
  • Berita
  • Ekonomi
  • Pariwisata
  • Pemerintahan
  • Budaya
  • Hiburan
  • Politik
  • Hukum
  • Kesehatan
  • Olahraga
  • Pendidikan
  • Pertanian
  • Lingkungan
  • Liputan Khusus
“Bali Stroke Care”: Golden Period, Membangun Sistem di Tengah Detik yang Maut

“Bali Stroke Care”: Golden Period, Membangun Sistem di Tengah Detik yang Maut

May 8, 2025
Mosphit Skena Segera Tiba, yang Ngaku-Ngaku Anak Skena Wajib Hadir!

Mosphit Skena Segera Tiba, yang Ngaku-Ngaku Anak Skena Wajib Hadir!

May 7, 2025
Bimo Seno dan Dolog Gelar Pertandingan Tenis Lapangan di Denpasar

Bimo Seno dan Dolog Gelar Pertandingan Tenis Lapangan di Denpasar

April 27, 2025
Kebersamaan di Desa Wanagiri dalam Aksi Sosial Multisektor Paras.IDN dalam PASSION Vol.2 Bali

Kebersamaan di Desa Wanagiri dalam Aksi Sosial Multisektor Paras.IDN dalam PASSION Vol.2 Bali

April 23, 2025
Menghidupkan Warisan Leluhur, I Gusti Anom Gumanti Pimpin Tradisi Ngelawar di Banjar Temacun Kuta

Menghidupkan Warisan Leluhur, I Gusti Anom Gumanti Pimpin Tradisi Ngelawar di Banjar Temacun Kuta

April 22, 2025
Selengkapnya

FEATURE

  • All
  • Feature
  • Khas
  • Tualang
  • Persona
  • Historia
  • Milenial
  • Kuliner
  • Pop
  • Gaya
  • Pameran
  • Panggung
Fenomena Alam dari 34 Karya Perupa Jago Tarung Yogyakarta di Santrian Art Gallery
Pameran

Fenomena Alam dari 34 Karya Perupa Jago Tarung Yogyakarta di Santrian Art Gallery

INI yang beda dari pameran-pemaran sebelumnya. Santrian Art Gallery memamerkan 34 karya seni rupa dan 2 karya tiga dimensi pada...

by Nyoman Budarsana
May 10, 2025
“Jalan Suara”, Musikalisasi Puisi Yayasan Kesenian Sadewa Bali dan Komunitas Disabilitas Tunanetra
Panggung

“Jalan Suara”, Musikalisasi Puisi Yayasan Kesenian Sadewa Bali dan Komunitas Disabilitas Tunanetra

SEPERTI biasa, Heri Windi Anggara, pemusik yang selama ini tekun mengembangkan seni musikalisasi puisi atau musik puisi, tak pernah ragu...

by Nyoman Budarsana
May 6, 2025
Mengenang Perupa I Gusti Made Peredi dan Karya-karyanya yang Membingkai Zaman
Khas

Mengenang Perupa I Gusti Made Peredi dan Karya-karyanya yang Membingkai Zaman

TAK salah jika Pemerintah Kota Denpasar dan Pemerintah Provinsi Bali menganugerahkan penghargaan kepada Almarhum I Gusti Made Peredi, salah satu...

by Nyoman Budarsana
May 6, 2025
Selengkapnya

FIKSI

  • All
  • Fiksi
  • Cerpen
  • Puisi
  • Dongeng
Selendang Putih Bertuliskan Mantra | Cerpen I Wayan Kuntara

Selendang Putih Bertuliskan Mantra | Cerpen I Wayan Kuntara

May 10, 2025
Puisi-puisi Pramita Shade | Peranjakan Dua Puluhan

Puisi-puisi Pramita Shade | Peranjakan Dua Puluhan

May 10, 2025
Kampusku Sarang Hantu [1]: Ruang Kuliah 13 yang Mencekam

Kampusku Sarang Hantu [14]: Ayam Kampus Bersimbah Darah

May 8, 2025
Perempuan di Mata Mak Kaeh | Cerpen Khairul A. El Maliky

Perempuan di Mata Mak Kaeh | Cerpen Khairul A. El Maliky

May 4, 2025
Puisi-puisi Gimien Artekjursi | Tentang Harimau Jawa

Puisi-puisi Gimien Artekjursi | Tentang Harimau Jawa

May 4, 2025
Selengkapnya

LIPUTAN KHUSUS

  • All
  • Liputan Khusus
Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan
Liputan Khusus

Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan

SEBAGAIMANA Banyuwangi di Pulau Jawa, secara geografis, letak Pulau Lombok juga cukup dekat dengan Pulau Bali, sehingga memungkinkan penduduk kedua...

by Jaswanto
February 28, 2025
Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan
Liputan Khusus

Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan

SUNGGUH kasihan. Sekelompok remaja putri dari Desa Baturiti, Kecamatan Kerambitan, Tabanan—yang tergabung dalam  Sekaa Gong Kebyar Wanita Tri Yowana Sandhi—harus...

by Made Adnyana Ole
February 13, 2025
Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti
Liputan Khusus

Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti

BULELENG-BANYUWANGI, sebagaimana umum diketahui, memiliki hubungan yang dekat-erat meski sepertinya lebih banyak terjadi secara alami, begitu saja, dinamis, tak tertulis,...

by Jaswanto
February 10, 2025
Selengkapnya

ENGLISH COLUMN

  • All
  • Essay
  • Fiction
  • Poetry
  • Features
Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

March 8, 2025
Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

November 30, 2024
The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

September 10, 2024
The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

July 21, 2024
Bali, the Island of the Gods

Bali, the Island of the Gods

May 19, 2024

TATKALA.CO adalah media umum yang dengan segala upaya memberi perhatian lebih besar kepada seni, budaya, dan kreativitas manusia dalam mengelola kehidupan di tengah-tengah alam yang begitu raya

  • Penulis
  • Tentang & Redaksi
  • Kirim Naskah
  • Pedoman Media Siber
  • Kebijakan Privasi
  • Desclaimer

Copyright © 2016-2024, tatkala.co

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis

Copyright © 2016-2024, tatkala.co