11 April 2021
  • Beranda
  • Peristiwa
    • Kilas
    • Khas
    • Perjalanan
    • Persona
    • Acara
  • Esai
    • Opini
    • Ulasan
    • Kiat
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Hard News
  • Penulis
  • Login
  • Register
No Result
View All Result
tatkala.co
tatkala.co
  • Beranda
  • Peristiwa
    • Kilas
    • Khas
    • Perjalanan
    • Persona
    • Acara
  • Esai
    • Opini
    • Ulasan
    • Kiat
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Hard News
  • Penulis
No Result
View All Result
tatkala.co
No Result
View All Result
Home Khas
Pak Nur sedang memberi workshop pembuatan tempe di stand Buleleng Kreatif Hub di Bulfest 2019

Pak Nur sedang memberi workshop pembuatan tempe di stand Buleleng Kreatif Hub di Bulfest 2019

Cinta dalam Sebungkus Tempe – [Ngobrol Kreatif Bersama Pak Nur di Bulfest 2019]

Jaswanto by Jaswanto
August 9, 2019
in Khas
24
SHARES

Buleleng Festival (Bulfest) 2019 masih berlangsung. Maka berkunjunglah ke stand bernama “Buleleng Creative Hub” dan bahagiakan diri Anda dengan nuansa legendaris, kolosal (masa lalu), seni tutur para penjaganya, kemewahan arsitektur tradisinya. Siapa pun yang datang, akan dibuat terheran-heran dengan konsepnya yang, out of the box.

Lihatlah sini, agak mendekat. Jangan jauh-jauh. Ya, di situ saja, cukup. Silakan duduk, atau berdiri juga boleh. Bagaimana, sudah lihat? Nah, perhatikan sekarang, bangunan terop yang terbuat dari bambu dan atapnya terbuat dari daun kelapa—dan ada apa saja di atas keranjang yang berdiameter sekitar satu meter itu. Ya, tersaji sejumlah produk kerajinan tradisional perabotan rumah tangga yang kian langka ditemui saat ini. Perhatikan lagi, bahan yang digunakan untuk membuat kerajinan itu masih alami, bukan. Dari bambu? Ya, Anda benar, sebagian besar terbuat dari bambu. Yang jelas bebas dari plastik.

Sampai di sini biar saya jelaskan. Yang berduri itu nama kikian (Bali)—atau dalam bahasa Jawa namanya parutan—kalau tidak salah. Benda ini memang berfungsi untuk memarut kelapa. Sedangkan duri-durinya itu diambil dari pohon yang, saya belum tahu namanya. Nanti saya tanyakan, tak usah risau.

Selain itu, ada pula ganjreng, gayung, kile, kerombokan, tas keranjang yang terbuat dari anyaman bambu, dll. Dengar-dengar kabar angin, kerajinan tradisional perabotan ini, sebagian besar, diproduksi oleh pengrajin Desa Pedawa. Saya jamin, produk ini sangat ramah lingkungan. Cocok bagi Anda yang mempunyai idealisme perihal lingkungan.

Hanya itu? Tenang. Lihat apa yang ada di atas keranjang sebelah, buku-buku sastra terbitan Mahima-Tatkala, penerbit pilih tanding di Kota Singaraja. Lihat keranjang sebelahnya lagi: tas-tas berkualitas tergantung di tempatnya, tempe bungkus daun pisang, dan itu, kain-kain Bali berkualitas dengan motif yang beragam, sangat indah dipandang. Sekarang edarkan pandangan Anda ke barat.

Lihat apa yang tercantel di bedeg (bahasa Bali) (atau gedek, dalam bahasa Jawa), dinding yang terbuat dari bambu itu. Ya, lukisan itu semua terbuat dari olahan sampah. Sampah plastik warna-warni yang sulit terurai itu, disulap menjadi lukisan wajah, peta, hingga karakter hewan, dan masih banyak lagi, tentu saja. Ah, capek saya menjelaskan, mendingan Anda berkunjung ke sini saja.

Namun, dari semua itu, yang paling menarik dari stand ini adalah workshop-workshop yang diberikan. Seperti workshop pengolahan tempe, misalnya. Workshop ini berlangsung dari pukul sepuluh siang, sampai hampir pukul dua belas siang, Kamis 8 Agustus 2019. Tampaknya, ini cukup menarik antusias ibu-ibu rumah tangga.

Sependek pengetahuan saya tentang stand-stand yang ada di Bulfest 2019, tak ada satu pun stand yang menggelar workshop kecuali stand Buleleng Creative Hub—atau mungkin saya tidak tahu, mohon dikoreksi jika ada.

Workshop pengolahan tempe yang digelar kemarin (Kamis, 8 Agustus 2019) ini, cukup unik. Sebab, cara peragiannya yang masih melibatkan daun waru, dan kemasannya yang masih menggunakan daun pisang, tidak menggunakan plastik.

Dengan dipandu langsung oleh ahlinya pertempean, Pak Nur Hakim (34), pengusaha tempe asal Taman Sari, Kelurahan Kampung Baru itu, workshop menjadi sangat cair. Seni bertutur Pak Nur yang lembut, menciptakan atmosfir yang sugestif.

Pada momen ini, yang terekspresi dari seorang Pak Nur, bukanlah status formalnya sebagai pengusaha tempe, melainkan kualitas performanya sebagai seorang penutur. Dengan kata lain, seorang Pak Nur menjelma menjadi seorang penutur kreatif yang tangguh untuk bisa menyajikan sebuah pertunjukan ritual yang memukau: membuat tempe. Memang dasar ahlinya ahli.

 Kelihaian tangan Pak Nur dalam mencampur aduk ragi yang sudah menempel di selembar daun waru, membuat peserta workshop tak berkedip. Pak Nur begitu lihai membuat tempe, menghasilkan metode yang tidak saya tahu, terkesan sesukanya, seenaknya, ugal-ugalan, tetapi emosional dan jenius! Ibu-ibu itu seperti tersihir, terhipnotis, mengikuti gerak tangan Sang Maestro.

Melihat perlakuan Pak Nur terhadap tempe-tempenya, saya melihat kasih sayang seorang ayah kepada anaknya. Perlakuannya lembut, penuh cinta, tulus, ikhlas. Keseriusannya bukan main-main. Saya pikir, dalam setiap bungkus yang dihasilkannya, terselip cinta di dalamnya.

Tetapi marilah kita ringkas saja. Pak Nur dengan bakatnya itu adalah mandat besar. Ia tak boleh dipahami hanya sebagai seseorang yang iseng. Pak Nur, dengan kemampuannya itu, adalah titipan mandat besar dari Tuhan.

Mandat yang harus dijalankannya dengan sepenuh hati—menaburkan cinta bersama ragi yang bercampur aduk dengan kedelai, menumbuhkan bakteri, membungkusnya, kemudian pasrah, menyerahkan nasib-nasib anaknya yang bernama tempe ini kepada para pembelinya. Begitulah, tampaknya, dalam sebungkus tempe yang dibuat oleh Pak Nur, terdapat cinta di dalamnya—cinta seorang ayah, kepada buah hatinya. [T]

Tags: bulelengbuleleng festivalBuleleng Festival 2019bulfestKoperasi Pangan Bali Utarakulinerpangan
Jaswanto

Jaswanto

Kader HMI Cabang Singaraja, penulis novel Munajat Hati.

MEDIA SOSIAL

  • 3.5k Fans
  • 41 Followers
  • 1.5k Followers

ADVERTISEMENT

ENGLISH COLUMN

  • All
  • Essay
  • Features
  • Fiction
  • Poetry
Essay

Towards Success: Re-evaluating the Ecological Development in Indonesia in the Era of Anthropocene

Indonesia has long been an active participant of the environmental policy formation and promotion. Ever since 1970, as Dr Emil...

by Etheldreda E.L.T Wongkar
January 18, 2021

FIKSI

  • All
  • Fiksi
  • Cerpen
  • Puisi
  • Dongeng
Ilustrasi tatkala.co | Satia Guna
Cerpen

Utang | Cerpen Rastiti Era

by Rastiti Era
April 10, 2021
Putu Fajar Arcana (ist)
Acara

Imajinasi Senja – Kolaborasi Puitik Penyair Fajar Arcana, Musisi Alien Child, dan Sutradara Happy Salma

Puisi berjudul “Imajinasi Senja” sengaja ditulis sebagai lirik sebuah lagu. Putu Fajar Arcana sebagai penulisnya, mencoba memberi tantangan kepada generasi ...

August 16, 2019
Pementasan Teater Ilalang di Bali Mandara Nawanatya, Taman Budaya Denpasar, Sabtu 13 Mei 2017
Kilas

Pentas Teater Ilalang dan Komunitas Mahima: Pertunjukan Bagus, Hanya Kurang Pengayaan

TIBA-TIBA ada seseorang yang masuk dalam kerumunan banyak orang. Seseorang itu mengaduh, terus mengaduh. Orang-orang yang berkerumun itu ragu-ragu apakah ...

February 2, 2018
Foto: Hendra Wirawan
Opini

Tentang Sanksi Bertingkat Anak Sekolah – Sedikit dari Debat Pilkada DKI

BUKAN maksud menceritakan jalannya debat pilgub DKI, tulisan saya ini mengulas satu topik spesifik yang muncul dalam debat semalam sembari ...

February 2, 2018
Zat Kimia in action. Foto: koleksi penulis
Ulasan

“Euforia Ku Hampa”, Penyempurna Kesedihan – “Nyen Sakit Ati, Ne Dingehin, Diolas!”

INTRONYA musik eletronik menyayat sendu seperti alunan biola. Imaji saya langsung digiring terbang menuju tempat beratmosfser kesunyian.  Perlahan ketukan drum ...

February 2, 2018
Acara

Gugusan Energi Alam Batin Wirantawan dalam Pameran Tunggal di Danes Art Veranda

Judul Pameran: Pameran Tunggal Putu Wirantawan "Gugusan Energi Alam Batin Wirantawan”Seniman: I Putu WirantawanPenulis I Made Bakti Wiyasa Pembukaan Pameran: ...

February 25, 2020

PERISTIWA

  • All
  • Peristiwa
  • Kilas
  • Khas
  • Perjalanan
  • Persona
  • Acara
Suasana upacara ngusaba kadasa di Desa Kedisan, kintamani, Bangli
Khas

“Ngusaba Kadasa” ala Desa Kedisan | Dimulai Yang Muda, Diselesaikan Yang Muda

by IG Mardi Yasa
April 10, 2021

ESAI

  • All
  • Esai
  • Opini
  • Kiat
  • Ulasan
Gde Suardana
Opini

Tatkala Pandemi, (Bali) Jangan Berhenti Menggelar Ritual Seni dan Budaya

by Gde Suardana
April 10, 2021

POPULER

Foto: koleksi penulis

Kisah “Semaya Pati” dari Payangan Gianyar: Cinta Setia hingga Maut Menjemput

February 2, 2018
Istimewa

Tradisi Eka Brata (Amati Lelungan) Akan Melindungi Bali dari Covid-19 – [Petunjuk Pustaka Lontar Warisan Majapahit]

March 26, 2020

tatkala.co mengembangkan jurnalisme warga dan jurnalisme sastra. Berbagi informasi, cerita dan pemikiran dengan sukacita.

KATEGORI

Acara (67) Cerpen (163) Dongeng (13) Esai (1455) Essay (7) Features (5) Fiction (3) Fiksi (2) Hard News (11) Khas (352) Kiat (20) Kilas (203) Opini (481) Peristiwa (83) Perjalanan (53) Persona (10) Poetry (5) Puisi (108) Ulasan (342)

MEDIA SOSIAL

  • Penulis
  • Tentang & Redaksi
  • Kirim Naskah
  • Pedoman Media Siber

Copyright © 2018,BalikuCreative - Premium WordPress.

No Result
View All Result
  • Beranda
  • Peristiwa
    • Kilas
    • Khas
    • Perjalanan
    • Persona
    • Acara
  • Esai
    • Opini
    • Ulasan
    • Kiat
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Hard News
  • Penulis
  • Login
  • Sign Up

Copyright © 2018,BalikuCreative - Premium WordPress.

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms below to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In