18 January 2021
  • Beranda
  • Peristiwa
    • Kilas
    • Khas
    • Perjalanan
    • Persona
    • Acara
  • Esai
    • Opini
    • Ulasan
    • Kiat
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Hard News
  • Penulis
  • Login
  • Register
No Result
View All Result
tatkala.co
tatkala.co
  • Beranda
  • Peristiwa
    • Kilas
    • Khas
    • Perjalanan
    • Persona
    • Acara
  • Esai
    • Opini
    • Ulasan
    • Kiat
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Hard News
  • Penulis
No Result
View All Result
tatkala.co
No Result
View All Result
Home Esai

Mengapa Bahasa Buleleng “Kasar”?

Suka Ardiyasa by Suka Ardiyasa
July 21, 2019
in Esai
111
SHARES

Buleleng dalam perjalanan sejarah pernah menjadi pusat  Ibu Kota Sunda Kecil yang meliputi Bali, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, dan Maluku. Bisa dibayangkan betapa ramainya Pelabuhan Buleleng yang terletak sekitar 2,5 km ke utara Singaraja itu karena menjadi Pusat Ibu Kota.

Di masa penjajahan Belanda, Pelabuhan Buleleng menjadi lokasi bongkar muat kapal barang dan tempat kapal pesiar asing lempar sauh. Posisi Buleleng yang sangat strategis merupakan alasan utama dijadikannya Buleleng sebagai Ibu kota Sunda Kecil sebab kapal-kapal yang akan mengarungi nusantara pasti melawati pantai utara Bali.

Belum lagi  Buleleng memiliki beberapa pelabuhan-pelabuhan kecil disepanjang pesisir pantai utara sehingga kapal-kapal dari berbagai daerah bahkan dari luar Indonesia ramai bersandar untuk mencari makanan, ada pula yang berjualan.

Dengan ramianya orang datang dari berbagai daerah maka dalam pergaulan, Buleleng lebih awal mengenal dunia luar dibandingan daerah-daerah lain di Bali, hal ini secara otomatis juga turut mempengaruhi karakter dan budaya orang Buleleng.

Salah satu karakter yang dikenal sebagai orang Buleleng adalah karakter egaliter yaitu semua orang dipandang sama/setara tidak ada kelas atau kasta,  hal ini terlihat dalam penggunaan Bahasa yang cenderung kasar (kadang bercampur Bahasa Indonesia) dibandingkan tata bahasa Bali halus terlepas dari siapapun lawan bicaranya.

Cai. awake. nani. Ake. kola, siga. cicing. pirate. ndaskleng dst, adalah sebutan “kamu” dan ‘aku” yang lumrah digunakan sehari-hari. Bagi orang Buleleng Bahasa itu tidaklah kasar melainkan menunjukan keakraban dengan orang yang diajak berbicara.

Bukti lain akibat pergaulan yang terbuka adalah penggunaan sebutan kata ‘ana” (saya) dan ‘ente” (anda) dan sebutan bagi temannya adalah dengan kata anjing (cicing nani, pirate kleng) menunjukan bahwa karakter egaliter dan hangat orang Buleleng sangat kuat.

Namun penggunaan kata-kata kasar itu hanya ditunjukan kepada temannya atau orang yang sudah sangat dekat atau dalam istilah Balinya (suba ajak medem bangun), begitu sebaliknya  jika orang yang diajak berbicara belum begitu dikenal atau bahkan tidak dikenal maka penggunaan kata kata kasar tidak akan digunakan melainkan tetap menggunakan bahasa Bali alus saat berbicara sebagai wujud saling menghormati.

Dalam sejarah perkembangan Bahasa Bali, Sor Singgih tumbuh dan berkembang di tataran Tri Wangsa seperti Puri, Griya dan kerajaan. Penggunaan Sor Singgih Bahasa ditempat tersebut disebabkan karena adanya perbedaan kasta antara orang satu dengan yang lainnya sehingga dalam percakapan ada proses”ngadap ngasor “(ada posisi yang lebih tinggi dan lebih rendah).

Secara singkat pergaulan yang terbuka inilah yang mempengaruhi penggunaan Bahasa-bahasa kasar dalam pergaulan orang Buleleng, namun walaupun kasar bukan berarti orang Buleleng berprilaku kasar, sesunggunya meraka sangat hangat dan dekat dalam pergaulan. [T]

Tags: BahasaBahasa Balibalibuleleng
Suka Ardiyasa

Suka Ardiyasa

Ketua Aliansi Peduli Bahasa Bali, dosen, pecinta lingkungan. Tinggal di Singaraja

MEDIA SOSIAL

  • 3.4k Fans
  • 41 Followers
  • 1.5k Followers

ADVERTISEMENT

ENGLISH COLUMN

  • All
  • Essay
  • Features
  • Fiction
  • Poetry
9 perempuan book launch
Essay

Still We Rise | Balinese Women Movements: 2 Empowering Projects, 21 Inspiring Women

2021 - A New Year for More Female Voices “Still I rise”. Lecturer, writer, and feminist activist Sonia Kadek Piscayanti...

by Irina Savu-Cristea
December 24, 2020

FIKSI

  • All
  • Fiksi
  • Cerpen
  • Puisi
  • Dongeng
Digital Drawing ✍️:
Rayni N. Massardi
Puisi

Noorca M. Massardi | 7 Puisi Sapta dan 5 Puisi Panca

by Noorca M. Massardi
January 16, 2021
Pentas Komunitas Senja suatu kali
Esai

Rehabilitasi Ekspresi dari Tubuh yang Mati –Catatan Sebelum Pentas Sang Guru

Ini adalah catatan aktor sebelum pementasan Komunitas Senja dengan judul  “SANG GURU” adaptasi naskah monolog “Pidato 7 Menit” karya Hendra ...

May 18, 2019
Anak-anak Papua. /Foto: Dok. Sekolah Bunga Papua
Esai

Cerita Ngurah dari Papua# Saya, Bunga Papua, dan Kita (3)

  “Yang sekolah kan bukan seragamnya tapi anaknya loh” (Danarti Wulandari, pendiri Sekolah Bunga Papua kepada redaksi aldp-papua.com) BAGIAN kedua ...

February 2, 2018
Ulasan

Membongkar Produk Budaya yang Menjadi Landasan Kekerasan

Judul              : Kekerasan Budaya Pasca 1965Penulis            : Wijaya HerlambangPenerbit          : Marjin KiriCetakan          : Ketiga, Februari 2019ISBN               : 978-979-1260-43-5Halaman         : viii ...

November 20, 2019
Salah Satu Klip Nanang Mekaplar Berlatar Alam NP. Screenshot Video Klip Lagu “Babar Mekaplar”
Opini

Nyanyi Menggunakan Basa Nosa, Dapat Apa?

Bernyanyi menggunakan bahasa nasional? Ah, biasa aja kali! Atau bernyanyi menggunakan bahasa daerah, misalnya bahasa Bali? Itu pun mungkin dirasakan ...

June 20, 2020
Esai

Swastyastu, Nama Saya Cangak

Perkenalkan, nama saya Cangak. Entah siapa yang menamakan begitu. Mungkin bapak, mungkin ibu, atau mungkin orang-orang desa dan kota. Siapa ...

January 29, 2019

PERISTIWA

  • All
  • Peristiwa
  • Kilas
  • Khas
  • Perjalanan
  • Persona
  • Acara
Jukut paku di rumah Pan Rista di Desa Manikyang, Selemadeg, Tabanan
Khas

Jukut Paku, Dari Tepi Sungai ke Pasar Kota | Kisah Tengkulak Budiman dari Manikyang

by Made Nurbawa
January 16, 2021

ESAI

  • All
  • Esai
  • Opini
  • Kiat
  • Ulasan
Gus Bass [Foto dokumentasi penulis]
Esai

Gus Bass, Bumbu Sate dan Tempe | Catatan Orang Tua tentang Menu untuk Anak

by Gus Surya Bharata
January 17, 2021

POPULER

Foto: koleksi penulis

Kisah “Semaya Pati” dari Payangan Gianyar: Cinta Setia hingga Maut Menjemput

February 2, 2018
Istimewa

Tradisi Eka Brata (Amati Lelungan) Akan Melindungi Bali dari Covid-19 – [Petunjuk Pustaka Lontar Warisan Majapahit]

March 26, 2020

tatkala.co mengembangkan jurnalisme warga dan jurnalisme sastra. Berbagi informasi, cerita dan pemikiran dengan sukacita.

KATEGORI

Acara (65) Cerpen (149) Dongeng (10) Esai (1349) Essay (6) Features (5) Fiction (3) Fiksi (2) Hard News (2) Khas (308) Kiat (19) Kilas (192) Opini (471) Peristiwa (83) Perjalanan (53) Persona (6) Poetry (5) Puisi (96) Ulasan (327)

MEDIA SOSIAL

  • Penulis
  • Tentang & Redaksi
  • Kirim Naskah
  • Pedoman Media Siber

Copyright © 2018,BalikuCreative - Premium WordPress.

No Result
View All Result
  • Beranda
  • Peristiwa
    • Kilas
    • Khas
    • Perjalanan
    • Persona
    • Acara
  • Esai
    • Opini
    • Ulasan
    • Kiat
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Hard News
  • Penulis
  • Login
  • Sign Up

Copyright © 2018,BalikuCreative - Premium WordPress.

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms below to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In