8 June 2025
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
tatkala.co
No Result
View All Result

Naga Gombang & Gejer Bali

Made Adnyana OlebyMade Adnyana Ole
July 18, 2019
inEsai
Naga Gombang & Gejer Bali

Ilustrasi diolah daru sumber gambar di Google

20
SHARES

BEBERAPA saat setelah terjadi gempa bumi dengan kekuatan 7.0 SR yang berpusat di kawasan Pulau Lombok, Minggu 5 Agustus 2018, malam, seorang teman ahli kegempaan yang sedang menempuh pendidikan di Jerman, Made Kris Adi Arta, menulis status di laman facebook-nya:

Tentang gempabumi Lombok dan potensi yang dibangkitkan dari zona “patahan belakang busur kepulauan/back arc thrust” telah kita diskusikan bersama 22 November 2015 lalu di Puri Kanginan Buleleng. Pun catatan itu ada dalam sebuah lembaran yang tersimpan di Puri dengan aksara Bali dan latin.

Saya membaca status Kris di facebook bukan karena saya di-tag (karena saya termasuk ikut hadir dalam diskusi 22 November 2015), melainkan karena saya memang sedang stay tune pada laman facebook yang bernama Made Kris AAstra itu.

Untuk urusan pengetahuan tentang gempa, saya paling percaya pada dia, tentu bukan karena ia paling tahu soal gempa, melainkan karena penjelasannya paling bisa saya pahami. Mungkin karena tergolong teman (meski tak seakrab teman lain), maka saya tak malu bertanya, dan Kris tak segan memberitahu.

Saya memantau status facebook Made Kris AAstra lebih karena cemas dan takut. Rumah saya di Singaraja berada di pesisir pantai utara Bali, berdekatan dengan laut. Begitu ada gempa, saya langsung terpikir soal tsunami. Maka, saya selalu membuka laman facebook Kris, selain tentu saja membuka laman-laman resmi dari BMKG.

Pada Minggu malam itu, usai gempa Lombok, saya baru merasa tenang setelah Kris mengunggah pengumuman dari BMKG bahwa: “Peringatan dini TSUNAMI yang disebabkan oleh gempa mag:7.0 SR, tanggal: 05-Aug-18 18:46:35 WIB, dinyatakan telah berakhir::BMKG”

 “Naga Gombang”

Penyebab gempa Lombok adalah patahan belakang busur kepulauan/back arc thrust. Jika tak salah tangkap dari sejumlah informasi di dunia online, patahan belakang busur kepulauan/back arc thrust itu terdiri dari lempeng bekas gunung purba dan material lain, yang kemudian rapuh atau lapuk, lalu bergeser.   

Mungkin Naga Gombang dalam mitologi Bali merupakan analogi dari patahan belakang busur kepulauan back arc thrust itu. Jika patahan itu bergeser, maka kita bisa membayangkan seekor naga yang sangat besar dan panjang sedang menggeliat sehingga menyebabkan bumi bergoyang.

“Kak patahan itu ada melewati bali ga?” tanya seseorang di kolom komentar pada status facebook Kris. 

“melewati di laut utara bali,” sahut Kris.

“Omg.. buleleng,”

Jadi, saya punya alasan untuk takut. Karena di laut utara Bali bersemayam “Naga Gombang”, yang panjangnya mungkin dari utara Jawa hingga Lombok. Di Lombok beliau sudah menggeliat, bergeser, menyebabkan goyangan 7.0 SR. 

200 Tahun Gejer Bali

Tentang potensi yang dibangkitkan dari zona “patahan belakang busur kepulauan/back arc thrust” memang pernah didiskusikan bersama 22 November 2015 di Puri Kanginan Buleleng. Diskusi dengan tema ”200 tahun Gejer Bali”itu menghadirkan pembicara Made Kris Adi Astra dan penglingsir Puri Kanginan Singaraja Anak Agung Ngurah Sentanu.

Saya sendiri ikut diskusi itu, tapi terlalu ingat. Untung ada Made Nurbawa, penulis dari Tabanan yang juga kerap menulis di tatkala.co, mencatat diskusi itu dalam blognya madenurbawa.com.

Untuk mudahnya saya kutip sejumlah bagian dari tulisan Made Nurbawa dalam blognya itu. Atau blog Made Nurbawa bisa dibuka di http://madenurbawa.com/article/166085/eling-hidup-di-tanah-gempa-peringatan-200-tahun-gejer-bali.html

 “Peringatan 200 tahun Gejer Bali” adalah momentum penting untuk mengenang kembali jejak sejarah Pulau Dewata. Tonggak 200 tahun diambil dari kisah turun temurun masyarakat dan catatan penting dalam Babab Buleleng atas peristiwa pilu gempa bumi dan banjir hebat yang melanda Singaraja pada tahun 1815 Kini tidak banyak yang mengetahui dan hirau, bahwa sesungguhnya penduduk Bali hidup di tanah gempa.

Dalam diskusi itu, Anak Agung Ngurah Sentanu menceritakan, tanggal 10-12 april 1815 Gunung Tambora di Sumbawa meletus hebat, menelan ribuan korban jiwa. Dampaknya mengglobal, dunia mengalami perubahan iklim ekstrim berbulan-bulan.  Bagaimana dengan di Bali?

Tujuh bulan setelah letusan Tambora, anomali cuaca masih terasa di Bali. Malam Budha Umanis Kulantir, Rabu 22 Nopember 1815, di kawasan Bali utara dan tengah turun hujan lebat selama tiga hari tak henti-henti. Pada hari yang sama gempa bumi  besar mengguncang bali utara selam 45 detik. Tanah pengunungan di sekitar Danau Buyan dan Tamblingan longsor, tanah dan pohon membendung laju air di alur sungai di pegunungan, lalu membentuk kantong-kantong air dan pecah menjadi banjir bandang.  

Banjir kemudian menyapu Ibu kota Buleleng Singaraja disertai lumpur, batu dan pepohonan.  Bencana ini mengakibatkan 10.523 korban jiwa. Pejabat penting kerajaan turut menjadi korban. Peta sejarah Bali utara pun berubah. Peristiwa gempabumi di Bali utara tesebut dicatat dalam babad buleleng dengan sebutan “Gejer Bali”. Peritiwa itu pun dicatat oleh orang Belanda Wichmann pada tahun 1819.

Dari pemaparan pembicara I Made Kris Adi Astra, banyak peserta diskusi baru memahami kalau di bawah kota Singaraja terdapat “Patahan belakang busur kepulauan yang merupakan pembangkit gempa bumi di laut bali”. Ini menjadikan Buleleleng beresiko terhadap gempa bumi dan tsunami.

Sejarah  kegempaan Bali mencatat pernah terjadi gempa bumi mematikan pada tahun 1817, 1917, 1976 dan 1979. Dijelaskan gempa bumi tersebut juga berpengaruh dengan tekanan magma pada gunung-gunung di jalur ini. Bali dan Nusa Tenggara adalah gugusan pulau yang berada dalam jalur cincin api.

Secara turun temurun gempa bumi memberi pelajaran bagi warga, sebagian mempercayai semua itu sudah kehendak Yang Maha Kuasa. Warga secara turun temurun terus mengakrabi bencana, beradaptasi dan merekamnya dalam budaya. Salah satunya melalui arsitektur bagunan dan keyakinan, tersirat dalam tonggak-tonggak etika dan ragam upacara.

Ada kisah menarik tentang Kaisar Prancis Napoleon Bonaparte. Karena cuaca buruk akibat letusan Tambora ia kalah perang di Waterloo, Eropa (Juni 1815). Juga sebuah buku berjudul Krakatoa yang ditulis Simon Winchester, ditulis tentang dasyatnya letusan gunung Krakatau (27 Agustus 1883) membuat peta politik dunia berubah.

Bahkan letusan gunung Krakatau konon menginspirasi terjadinya gerak perjuangan bangsa Indonesia untuk merebut kemerdekaan dari cengkraman bangsa asing/penjajah, beberapa tahun berikutnya. [T]

Tags: baligempagempa bumimitologimitos
Previous Post

Bukan Tubuh Super, Namun Seimbang

Next Post

Etos Kerja Orang Bali, “Jengah” & “De Ngadén Awak Bisa”

Made Adnyana Ole

Made Adnyana Ole

Suka menonton, suka menulis, suka ngobrol. Tinggal di Singaraja

Next Post
Etos Kerja Orang Bali, “Jengah” & “De Ngadén Awak Bisa”

Etos Kerja Orang Bali, “Jengah” & “De Ngadén Awak Bisa”

Please login to join discussion

ADVERTISEMENT

POPULER

  • Covid-19 dalam Alam Pikir Religi Nusantara – Catatan Harian Sugi Lanus

    Sang Hyang Eta-Eto: Memahami Kalender Hindu Bali & Baik-Buruk Hari dengan Rumusan ‘Lanus’

    23 shares
    Share 23 Tweet 0
  • Sederhana, Haru dan Bahagia di SMPN 2 Sawan: Pelepasan Siswa, Guru Purnabakti dan Pindah Tugas

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Hari Lahir dan Pantangan Makanannya dalam Lontar Pawetuan Jadma Ala Ayu

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Kabut Membawa Kenikmatan | Cerpen Ni Made Royani

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Ini Sumbangan Ketut Bimbo pada Bahasa Bali | Ada 19 Paribasa Bali dalam Album “Mebalih Wayang”

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

KRITIK & OPINI

  • All
  • Kritik & Opini
  • Esai
  • Opini
  • Ulas Buku
  • Ulas Film
  • Ulas Rupa
  • Ulas Pentas
  • Kritik Sastra
  • Kritik Seni
  • Bahasa
  • Ulas Musik

Sastrawan Harus Miskin: Panduan Praktis Menyalahkan Negara (dan Sedikit Menyindir Masyarakat)

by Pry S.
June 8, 2025
0
Sastrawan Harus Miskin: Panduan Praktis Menyalahkan Negara (dan Sedikit Menyindir Masyarakat)

AKHIR Mei kemarin, Kompas menerbitkan sebuah feature bertajuk ‘Sastrawan Tak Bisa Menggantungkan Hidup pada Sastra.’ Liputan ini dibuka dengan narasi...

Read more

Wayang Kulit Style Bebadungan, Dari Gaya Hingga Gema

by I Gusti Made Darma Putra
June 7, 2025
0
Ketiadaan Wayang Legendaris di Pesta Kesenian Bali: Sebuah Kekosongan dalam Pelestarian Budaya

JIKA kita hendak menelusuri jejak wayang kulit style Bebadungan, maka langkah pertama yang perlu ditempuh bukanlah dengan menanyakan kapan pertama...

Read more

Efek Peran Ganda Pemimpin Adat di Baduy

by Asep Kurnia
June 7, 2025
0
Tugas Etnis Baduy: “Ngasuh Ratu Ngayak Menak”

PENJELASAN serta uraian yang penulis paparkan di beberapa tulisan terdahulu cukup untuk menarik beberapa kesimpulan bahwa sebenarnya di kesukuan Baduy...

Read more
Selengkapnya

BERITA

  • All
  • Berita
  • Ekonomi
  • Pariwisata
  • Pemerintahan
  • Budaya
  • Hiburan
  • Politik
  • Hukum
  • Kesehatan
  • Olahraga
  • Pendidikan
  • Pertanian
  • Lingkungan
  • Liputan Khusus
Gede Anta Wakili Indonesia dalam “International Visitor Leadership Program” di AS

Gede Anta Wakili Indonesia dalam “International Visitor Leadership Program” di AS

June 5, 2025
Perpres 61 Tahun 2025 Keluar, STAHN Mpu Kuturan Sah Naik Status jadi Institut

Perpres 61 Tahun 2025 Keluar, STAHN Mpu Kuturan Sah Naik Status jadi Institut

May 29, 2025
 Haul Buya Syafii Maarif : Kelas Reading Buya Syafii Gelar Malam Puisi dan Diskusi Publik

Haul Buya Syafii Maarif : Kelas Reading Buya Syafii Gelar Malam Puisi dan Diskusi Publik

May 27, 2025
911—Nomor Cantik, Semoga Nomor Keberuntungan Buleleng di Porprov Bali 2025

911—Nomor Cantik, Semoga Nomor Keberuntungan Buleleng di Porprov Bali 2025

May 21, 2025
Inilah Daftar Panjang Kusala Sastra Khatulistiwa 2025

Inilah Daftar Panjang Kusala Sastra Khatulistiwa 2025

May 17, 2025
Selengkapnya

FEATURE

  • All
  • Feature
  • Khas
  • Tualang
  • Persona
  • Historia
  • Milenial
  • Kuliner
  • Pop
  • Gaya
  • Pameran
  • Panggung
I Wayan Suardika dan Sastra: Rumah yang Menghidupi, Bukan Sekadar Puisi
Persona

I Wayan Suardika dan Sastra: Rumah yang Menghidupi, Bukan Sekadar Puisi

ISU apakah sastrawan di Indonesia bisa hidup dari sastra belakangan ini hangat diperbincangkan. Bermula dari laporan sebuah media besar yang...

by Angga Wijaya
June 8, 2025
Cerita Keberlanjutan dan Zero Waste dari Bali Sustainable Seafood dan Talasi di Ubud Food Festival 2025
Panggung

Cerita Keberlanjutan dan Zero Waste dari Bali Sustainable Seafood dan Talasi di Ubud Food Festival 2025

AWALNYA, niat saya datang ke Ubud Food Festival 2025 sederhana saja, yaitu bertemu teman-teman lama yangsaya tahu akan ada di...

by Julio Saputra
June 7, 2025
Abraham dan Cerita Sebotol Lion Brewery di Ubud Food Festival 2025
Panggung

Abraham dan Cerita Sebotol Lion Brewery di Ubud Food Festival 2025

IA bukan Abraham Lincoln, tapi Abraham dari Lionbrew. Bedanya, yang ini tak memberi pidato, tapi sloki bir. Dan panggungnya bukan...

by Dede Putra Wiguna
June 6, 2025
Selengkapnya

FIKSI

  • All
  • Fiksi
  • Cerpen
  • Puisi
  • Dongeng
Gunung Laut dan Rindu yang Mengalir | Cerpen Lanang Taji

Gunung Laut dan Rindu yang Mengalir | Cerpen Lanang Taji

June 7, 2025
Puisi-puisi Emi Suy | Merdeka Sunyi

Puisi-puisi Emi Suy | Merdeka Sunyi

June 7, 2025
Kampusku Sarang Hantu [1]: Ruang Kuliah 13 yang Mencekam

Kampusku Sarang Hantu [18]: Bau Gosong di “Pantry” Fakultas

June 5, 2025
Lengkingan Gagak Hitam | Cerpen Mas Ruscitadewi

Lengkingan Gagak Hitam | Cerpen Mas Ruscitadewi

May 31, 2025
Puisi-puisi Eddy Pranata PNP | Stasiun, Lorong, Diam

Puisi-puisi Eddy Pranata PNP | Stasiun, Lorong, Diam

May 31, 2025
Selengkapnya

LIPUTAN KHUSUS

  • All
  • Liputan Khusus
Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan
Liputan Khusus

Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan

SEBAGAIMANA Banyuwangi di Pulau Jawa, secara geografis, letak Pulau Lombok juga cukup dekat dengan Pulau Bali, sehingga memungkinkan penduduk kedua...

by Jaswanto
February 28, 2025
Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan
Liputan Khusus

Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan

SUNGGUH kasihan. Sekelompok remaja putri dari Desa Baturiti, Kecamatan Kerambitan, Tabanan—yang tergabung dalam  Sekaa Gong Kebyar Wanita Tri Yowana Sandhi—harus...

by Made Adnyana Ole
February 13, 2025
Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti
Liputan Khusus

Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti

BULELENG-BANYUWANGI, sebagaimana umum diketahui, memiliki hubungan yang dekat-erat meski sepertinya lebih banyak terjadi secara alami, begitu saja, dinamis, tak tertulis,...

by Jaswanto
February 10, 2025
Selengkapnya

ENGLISH COLUMN

  • All
  • Essay
  • Fiction
  • Poetry
  • Features
Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

March 8, 2025
Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

November 30, 2024
The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

September 10, 2024
The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

July 21, 2024
Bali, the Island of the Gods

Bali, the Island of the Gods

May 19, 2024

TATKALA.CO adalah media umum yang dengan segala upaya memberi perhatian lebih besar kepada seni, budaya, dan kreativitas manusia dalam mengelola kehidupan di tengah-tengah alam yang begitu raya

  • Penulis
  • Tentang & Redaksi
  • Kirim Naskah
  • Pedoman Media Siber
  • Kebijakan Privasi
  • Desclaimer

Copyright © 2016-2024, tatkala.co

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis

Copyright © 2016-2024, tatkala.co