18 May 2025
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
tatkala.co
No Result
View All Result

Naga Gombang & Gejer Bali

Made Adnyana OlebyMade Adnyana Ole
July 18, 2019
inEsai
Naga Gombang & Gejer Bali

Ilustrasi diolah daru sumber gambar di Google

20
SHARES

BEBERAPA saat setelah terjadi gempa bumi dengan kekuatan 7.0 SR yang berpusat di kawasan Pulau Lombok, Minggu 5 Agustus 2018, malam, seorang teman ahli kegempaan yang sedang menempuh pendidikan di Jerman, Made Kris Adi Arta, menulis status di laman facebook-nya:

Tentang gempabumi Lombok dan potensi yang dibangkitkan dari zona “patahan belakang busur kepulauan/back arc thrust” telah kita diskusikan bersama 22 November 2015 lalu di Puri Kanginan Buleleng. Pun catatan itu ada dalam sebuah lembaran yang tersimpan di Puri dengan aksara Bali dan latin.

Saya membaca status Kris di facebook bukan karena saya di-tag (karena saya termasuk ikut hadir dalam diskusi 22 November 2015), melainkan karena saya memang sedang stay tune pada laman facebook yang bernama Made Kris AAstra itu.

Untuk urusan pengetahuan tentang gempa, saya paling percaya pada dia, tentu bukan karena ia paling tahu soal gempa, melainkan karena penjelasannya paling bisa saya pahami. Mungkin karena tergolong teman (meski tak seakrab teman lain), maka saya tak malu bertanya, dan Kris tak segan memberitahu.

Saya memantau status facebook Made Kris AAstra lebih karena cemas dan takut. Rumah saya di Singaraja berada di pesisir pantai utara Bali, berdekatan dengan laut. Begitu ada gempa, saya langsung terpikir soal tsunami. Maka, saya selalu membuka laman facebook Kris, selain tentu saja membuka laman-laman resmi dari BMKG.

Pada Minggu malam itu, usai gempa Lombok, saya baru merasa tenang setelah Kris mengunggah pengumuman dari BMKG bahwa: “Peringatan dini TSUNAMI yang disebabkan oleh gempa mag:7.0 SR, tanggal: 05-Aug-18 18:46:35 WIB, dinyatakan telah berakhir::BMKG”

 “Naga Gombang”

Penyebab gempa Lombok adalah patahan belakang busur kepulauan/back arc thrust. Jika tak salah tangkap dari sejumlah informasi di dunia online, patahan belakang busur kepulauan/back arc thrust itu terdiri dari lempeng bekas gunung purba dan material lain, yang kemudian rapuh atau lapuk, lalu bergeser.   

Mungkin Naga Gombang dalam mitologi Bali merupakan analogi dari patahan belakang busur kepulauan back arc thrust itu. Jika patahan itu bergeser, maka kita bisa membayangkan seekor naga yang sangat besar dan panjang sedang menggeliat sehingga menyebabkan bumi bergoyang.

“Kak patahan itu ada melewati bali ga?” tanya seseorang di kolom komentar pada status facebook Kris. 

“melewati di laut utara bali,” sahut Kris.

“Omg.. buleleng,”

Jadi, saya punya alasan untuk takut. Karena di laut utara Bali bersemayam “Naga Gombang”, yang panjangnya mungkin dari utara Jawa hingga Lombok. Di Lombok beliau sudah menggeliat, bergeser, menyebabkan goyangan 7.0 SR. 

200 Tahun Gejer Bali

Tentang potensi yang dibangkitkan dari zona “patahan belakang busur kepulauan/back arc thrust” memang pernah didiskusikan bersama 22 November 2015 di Puri Kanginan Buleleng. Diskusi dengan tema ”200 tahun Gejer Bali”itu menghadirkan pembicara Made Kris Adi Astra dan penglingsir Puri Kanginan Singaraja Anak Agung Ngurah Sentanu.

Saya sendiri ikut diskusi itu, tapi terlalu ingat. Untung ada Made Nurbawa, penulis dari Tabanan yang juga kerap menulis di tatkala.co, mencatat diskusi itu dalam blognya madenurbawa.com.

Untuk mudahnya saya kutip sejumlah bagian dari tulisan Made Nurbawa dalam blognya itu. Atau blog Made Nurbawa bisa dibuka di http://madenurbawa.com/article/166085/eling-hidup-di-tanah-gempa-peringatan-200-tahun-gejer-bali.html

 “Peringatan 200 tahun Gejer Bali” adalah momentum penting untuk mengenang kembali jejak sejarah Pulau Dewata. Tonggak 200 tahun diambil dari kisah turun temurun masyarakat dan catatan penting dalam Babab Buleleng atas peristiwa pilu gempa bumi dan banjir hebat yang melanda Singaraja pada tahun 1815 Kini tidak banyak yang mengetahui dan hirau, bahwa sesungguhnya penduduk Bali hidup di tanah gempa.

Dalam diskusi itu, Anak Agung Ngurah Sentanu menceritakan, tanggal 10-12 april 1815 Gunung Tambora di Sumbawa meletus hebat, menelan ribuan korban jiwa. Dampaknya mengglobal, dunia mengalami perubahan iklim ekstrim berbulan-bulan.  Bagaimana dengan di Bali?

Tujuh bulan setelah letusan Tambora, anomali cuaca masih terasa di Bali. Malam Budha Umanis Kulantir, Rabu 22 Nopember 1815, di kawasan Bali utara dan tengah turun hujan lebat selama tiga hari tak henti-henti. Pada hari yang sama gempa bumi  besar mengguncang bali utara selam 45 detik. Tanah pengunungan di sekitar Danau Buyan dan Tamblingan longsor, tanah dan pohon membendung laju air di alur sungai di pegunungan, lalu membentuk kantong-kantong air dan pecah menjadi banjir bandang.  

Banjir kemudian menyapu Ibu kota Buleleng Singaraja disertai lumpur, batu dan pepohonan.  Bencana ini mengakibatkan 10.523 korban jiwa. Pejabat penting kerajaan turut menjadi korban. Peta sejarah Bali utara pun berubah. Peristiwa gempabumi di Bali utara tesebut dicatat dalam babad buleleng dengan sebutan “Gejer Bali”. Peritiwa itu pun dicatat oleh orang Belanda Wichmann pada tahun 1819.

Dari pemaparan pembicara I Made Kris Adi Astra, banyak peserta diskusi baru memahami kalau di bawah kota Singaraja terdapat “Patahan belakang busur kepulauan yang merupakan pembangkit gempa bumi di laut bali”. Ini menjadikan Buleleleng beresiko terhadap gempa bumi dan tsunami.

Sejarah  kegempaan Bali mencatat pernah terjadi gempa bumi mematikan pada tahun 1817, 1917, 1976 dan 1979. Dijelaskan gempa bumi tersebut juga berpengaruh dengan tekanan magma pada gunung-gunung di jalur ini. Bali dan Nusa Tenggara adalah gugusan pulau yang berada dalam jalur cincin api.

Secara turun temurun gempa bumi memberi pelajaran bagi warga, sebagian mempercayai semua itu sudah kehendak Yang Maha Kuasa. Warga secara turun temurun terus mengakrabi bencana, beradaptasi dan merekamnya dalam budaya. Salah satunya melalui arsitektur bagunan dan keyakinan, tersirat dalam tonggak-tonggak etika dan ragam upacara.

Ada kisah menarik tentang Kaisar Prancis Napoleon Bonaparte. Karena cuaca buruk akibat letusan Tambora ia kalah perang di Waterloo, Eropa (Juni 1815). Juga sebuah buku berjudul Krakatoa yang ditulis Simon Winchester, ditulis tentang dasyatnya letusan gunung Krakatau (27 Agustus 1883) membuat peta politik dunia berubah.

Bahkan letusan gunung Krakatau konon menginspirasi terjadinya gerak perjuangan bangsa Indonesia untuk merebut kemerdekaan dari cengkraman bangsa asing/penjajah, beberapa tahun berikutnya. [T]

Tags: baligempagempa bumimitologimitos
Previous Post

Bukan Tubuh Super, Namun Seimbang

Next Post

Etos Kerja Orang Bali, “Jengah” & “De Ngadén Awak Bisa”

Made Adnyana Ole

Made Adnyana Ole

Suka menonton, suka menulis, suka ngobrol. Tinggal di Singaraja

Next Post
Etos Kerja Orang Bali, “Jengah” & “De Ngadén Awak Bisa”

Etos Kerja Orang Bali, “Jengah” & “De Ngadén Awak Bisa”

Please login to join discussion

ADVERTISEMENT

POPULER

  • Refleksi Semangat Juang Bung Tomo dan Kepemimpinan Masa Kini

    Apakah Menulis Masih Relevan di Era Kecerdasan Buatan?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Tulak Tunggul Kembali ke Jantung Imajinasi

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Ulun Pangkung Menjadi Favorit: Penilaian Sensorik, Afektif, atau Intelektual?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • “Muruk” dan “Nutur”, Belajar dan Diskusi ala Anak Muda Desa Munduk-Buleleng

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Galungan di Desa Tembok: Ketika Taksi Parkir di Rumah-rumah Warga

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

KRITIK & OPINI

  • All
  • Kritik & Opini
  • Esai
  • Opini
  • Ulas Buku
  • Ulas Film
  • Ulas Rupa
  • Ulas Pentas
  • Kritik Sastra
  • Kritik Seni
  • Bahasa
  • Ulas Musik

Rasa yang Tidak Pernah Usai

by Pranita Dewi
May 17, 2025
0
Rasa yang Tidak Pernah Usai

TIDAK ada yang benar-benar selesai dari sebuah suapan terakhir. Kadang, bukan rasa yang tinggal—tapi seseorang. Malam itu, 14 Mei 2025,...

Read more

Mencari Bali Menemukan Diri — Ulasan Buku “Dari Sudut Bali” Karya Abdul Karim Abraham

by Gading Ganesha
May 17, 2025
0
Mencari Bali Menemukan Diri — Ulasan Buku “Dari Sudut Bali” Karya Abdul Karim Abraham

PULAU Bali milik siapa? Apa syarat disebut orang Bali? Semakin saya pikirkan, semakin ragu. Di tengah era yang begitu terbuka,...

Read more

‘Narasi Naïve Visual’ Ni Komang Atmi Kristia Dewi

by Hartanto
May 16, 2025
0
‘Narasi Naïve Visual’ Ni Komang Atmi Kristia Dewi

KARYA instalasi Ni Komang Atmi Kristia Dewi yang bertajuk ; ‘Neomesolitikum’.  menggunakan beberapa bahan, seperti  gerabah, cermin, batu pantai, dan...

Read more
Selengkapnya

BERITA

  • All
  • Berita
  • Ekonomi
  • Pariwisata
  • Pemerintahan
  • Budaya
  • Hiburan
  • Politik
  • Hukum
  • Kesehatan
  • Olahraga
  • Pendidikan
  • Pertanian
  • Lingkungan
  • Liputan Khusus
Inilah Daftar Panjang Kusala Sastra Khatulistiwa 2025

Inilah Daftar Panjang Kusala Sastra Khatulistiwa 2025

May 17, 2025
Meningkat, Antusiasme Warga Muslim Bali Membuka Tabungan Haji di BSI Kantor Cabang Buleleng

Meningkat, Antusiasme Warga Muslim Bali Membuka Tabungan Haji di BSI Kantor Cabang Buleleng

May 16, 2025
Anniversary Puri Gangga Resort ke-11, Pertahankan Konsep Tri Hita Karana

Anniversary Puri Gangga Resort ke-11, Pertahankan Konsep Tri Hita Karana

May 13, 2025
“Bali Stroke Care”: Golden Period, Membangun Sistem di Tengah Detik yang Maut

“Bali Stroke Care”: Golden Period, Membangun Sistem di Tengah Detik yang Maut

May 8, 2025
Mosphit Skena Segera Tiba, yang Ngaku-Ngaku Anak Skena Wajib Hadir!

Mosphit Skena Segera Tiba, yang Ngaku-Ngaku Anak Skena Wajib Hadir!

May 7, 2025
Selengkapnya

FEATURE

  • All
  • Feature
  • Khas
  • Tualang
  • Persona
  • Historia
  • Milenial
  • Kuliner
  • Pop
  • Gaya
  • Pameran
  • Panggung
Literasi Film untuk Keluarga: Anak-anak Menonton Sekaligus Belajar
Panggung

Literasi Film untuk Keluarga: Anak-anak Menonton Sekaligus Belajar

AMFLITEATER Mall Living World, Denpasar, ramai dipenuhi pengunjung. Sabtu, 10 Mei 2025 pukul 17.40, Tempat duduk amfliteater yang bertingkat itu...

by Hizkia Adi Wicaksnono
May 16, 2025
Sariasih dan Manisnya Jaja Sengait Gula Pedawa 
Kuliner

Sariasih dan Manisnya Jaja Sengait Gula Pedawa

ADA beberapa buah tangan yang bisa kalian bawa pulang untuk dijadikan oleh-oleh saat berkunjung ke Singaraja Bali. Salah satunya adalah...

by I Gede Teddy Setiadi
May 16, 2025
45 Tahun Rasa itu Tak Mati-mati: Ini Kisah Siobak Seririt Penakluk Hati
Kuliner

45 Tahun Rasa itu Tak Mati-mati: Ini Kisah Siobak Seririt Penakluk Hati

SIANG itu, langit Seririt menumpahkan rintik hujan tanpa henti. Tiba-tiba, ibu saya melontarkan keinginan yang tak terbantahkan. ”Mang, rasanya enak...

by Komang Puja Savitri
May 14, 2025
Selengkapnya

FIKSI

  • All
  • Fiksi
  • Cerpen
  • Puisi
  • Dongeng
Puisi-puisi Sonhaji Abdullah | Adiós

Puisi-puisi Sonhaji Abdullah | Adiós

May 17, 2025
Kampusku Sarang Hantu [1]: Ruang Kuliah 13 yang Mencekam

Kampusku Sarang Hantu [15]: Memeluk Mayat di Kamar Jenazah

May 15, 2025
Puisi-puisi Hidayatul Ulum | Selasar Sebelum Selasa

Puisi-puisi Hidayatul Ulum | Selasar Sebelum Selasa

May 11, 2025
Ambulan dan Obor Api | Cerpen Sonhaji Abdullah

Ambulan dan Obor Api | Cerpen Sonhaji Abdullah

May 11, 2025
Bob & Ciko | Dongeng Masa Kini

Bob & Ciko | Dongeng Masa Kini

May 11, 2025
Selengkapnya

LIPUTAN KHUSUS

  • All
  • Liputan Khusus
Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan
Liputan Khusus

Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan

SEBAGAIMANA Banyuwangi di Pulau Jawa, secara geografis, letak Pulau Lombok juga cukup dekat dengan Pulau Bali, sehingga memungkinkan penduduk kedua...

by Jaswanto
February 28, 2025
Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan
Liputan Khusus

Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan

SUNGGUH kasihan. Sekelompok remaja putri dari Desa Baturiti, Kecamatan Kerambitan, Tabanan—yang tergabung dalam  Sekaa Gong Kebyar Wanita Tri Yowana Sandhi—harus...

by Made Adnyana Ole
February 13, 2025
Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti
Liputan Khusus

Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti

BULELENG-BANYUWANGI, sebagaimana umum diketahui, memiliki hubungan yang dekat-erat meski sepertinya lebih banyak terjadi secara alami, begitu saja, dinamis, tak tertulis,...

by Jaswanto
February 10, 2025
Selengkapnya

ENGLISH COLUMN

  • All
  • Essay
  • Fiction
  • Poetry
  • Features
Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

March 8, 2025
Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

November 30, 2024
The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

September 10, 2024
The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

July 21, 2024
Bali, the Island of the Gods

Bali, the Island of the Gods

May 19, 2024

TATKALA.CO adalah media umum yang dengan segala upaya memberi perhatian lebih besar kepada seni, budaya, dan kreativitas manusia dalam mengelola kehidupan di tengah-tengah alam yang begitu raya

  • Penulis
  • Tentang & Redaksi
  • Kirim Naskah
  • Pedoman Media Siber
  • Kebijakan Privasi
  • Desclaimer

Copyright © 2016-2024, tatkala.co

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis

Copyright © 2016-2024, tatkala.co