2 June 2025
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
tatkala.co
No Result
View All Result

“Pamboekaning Toeas”, Lembar Kerja Siswa (LKS) Pertama dalam Pelajaran Bahasa Bali

I Gede Gita Purnama A.PbyI Gede Gita Purnama A.P
July 12, 2019
inEsai
“Pamboekaning Toeas”, Lembar Kerja Siswa (LKS) Pertama dalam Pelajaran Bahasa Bali

I Made Pasek dan buku Pamboekaning Toeas, Woordvorming en Balineesche-Taaloefeningen

343
SHARES

Siapa yang tidak kenal Lembar Kerja Siswa atau jamak disingkat LKS? Rasanya setiap siswa yang tengah menjalani pendidikan atau pernah melewati pendidikan formal di Indonesia akan akrab dengan kata Lembar Kerja Siswa.

Hal ini karena Lembar Kerja Siswa selalu hadir dalam setiap bagian kegiatan belajar mengajar di kelas, bahkan kata “LKS” sering kali jadi penentu nasib siswa di sekolah. Misalnya guru mata pelajaran tidak dapat hadir mengisi kelas, maka biasanya ada tugas mengerjakan LKS. Murid rajin akan duduk tekun mengerjakan LKS, yang agak malas akan bermain sembari menunggu teman menyelesaikan soal LKS dan menyalin jawaban pada LKS miliknya, yang sangat malas akan ke kantin tidak mengerjakan LKS.

Lembar Kerja Siswa juga jadi senjata paling ampuh bagi guru-guru yang (kadang) malas mengajar, “Anak-anak buka LKS-nya, kerjakan soal nomor 25 sampai 80.” Nah tipe guru seperti ini ada di dunia nyata dan seringkali jadi idaman anak-anak malas di sekolah.

LKS juga seringkali jadi alat hukum yang digunakan guru untuk “memaksa” anak-anak belajar. Ketika anak-anak nakal melakukan pelanggaran/kesalahan, maka mengerjakan LKS di ruang guru menjadi salah satu alternatif hukuman yang menyakitkan, keringat dingin bercucuran karena ditonton puluhan pasang mata guru-guru, ini sakit banget tapi tak berdarah.

Demikian sedikit hiruk pikuk peristiwa yang barangkali sering muncul dalam pikiran kita ketika mendengar kata Lembar Kerja Siswa (LKS). Tapi selama menuntut pendidikan formal kita tidak pernah mengenal betul apa itu LKS, kita hanya mengisi dan mengerjakannya. Baiklah kita sedikit ulas apa itu LKS.

Lembar Kerja Siswa (LKS) adalah lembaran yang berisi tugas yang harus dikerjakan oleh peserta didik. LKS biasanya berupa petunjuk, langkah untuk menyelesaikan suatu tugas, suatu tugas yang diperintahkan dalam lembar kegiatan harus jelas kompetensi dasar yang akan dicapainya (Depdiknas; 2004). Trianto (2008) mendefinisikan bahwa Lembar Kerja Siswa adalah panduan siswa yang digunakan untuk melakukan kegiatan penyelidikan dan pemecahan masalah.

Berdasarkan dua pengertian di atas maka LKS berwujud lembaran berisi tugas-tugas guru kepada siswa yang disesuaikan dengan kompetensi dasar dan dengan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai. Dapat pula disebutkan bahwa LKS adalah panduan kerja siswa untuk mempermudah siswa dalam pelaksanaan kegiatan pembelajaran. Hadirnya LKS tentu saja atas dasar niat mulia menyukseskan kegiatan belajar mengajar di kelas dengan guru sebagai pemandu/penuntun/pengajar/pengayom para siswa.

Lalu sejak kapan ada LKS di Bali? Tepatnya sejak sekolah formal mulai didirikan pemerintah kolonial, dan sistem pendidikan formal diberlakukan di lingkungan masyarakat Bumiputra sebagai salah satu bentuk “pertanggung jawaban” pemerintah Hindia-Belanda kepada masyarakat pribumi. Sebagai salah satu bagian dari politik etis mereka juga sih,,,

LKS pertama di Bali hadir dengan bahasa dan aksara Bali, penuh dalam aksara dan bahasa Bali tanpa sisipan bahasa Melayu atau bahasa Belanda. Bahasa Belanda sebagai keterangan buku LKS hanya muncul pada bagian sampul luar dan sampul dalam buku LKS ini. Judul buku LKS-nya Pamboekaning Toeas, Woordvorming en Balineesche-Taaloefeningen, artinya kurang lebih Pamboekaning Toeas, Pembentukan Kata dan Latihan Bahasa.

Buku ini terdiri atas dua seri, seri pertama terbit tahun 1915/1916, untuk edisi ini sampul depan dicetak dengan aksara Belanda (Latin), namun isinya tetap penuh dengan aksara Bali dan bahasa Bali. Buku edisi pertama ini mengalami cetak ulang pada tahun 1922, namun pada edisi cetakan ulang ini, sampul depan buku telah dicetak dengan aksara Bali. Buku seri kedua terbit di tahun yang sama namun berbeda dengan seri pertama, buku seri kedua ini sampul depannya telah menggunakan aksara Bali.

Secara visual dan tata letak, memang LKS pertama bahasa Bali ini sangat sederhana dan tanpa gambar ilustrasi. Desain sampul sangat sederhana, hanya ada tulisan dengan variasi 2 sampai 3 font berbeda juga dengan ukuran yang berbeda. Pada seri pertama cetakan pertama, sampul depan terdapat iluminasi yang sangat sederhana, pada seri selanjutnya iluminasi ini dihilangkan.


Buku Pamboekaning Toeas, Woordvorming en Balineesche-Taaloefeningen

Barangkali percetakan tidak mau bersusah-suah menambahkan gambar pada sampul, juga barangkali sampul bergambar bukan hal yang lazim untuk buku-buku “resmi” yang dikeluarkan percetakan pemerintah kolonial. Buku ini dicetak oleh salah satu percetakan terbesar milik pemerintah kolonial, Landsdrukkkerij yang berkedudukan di Batavia. Percetakan ini pula yang banyak mencetak buku-buku keluaran pemerintah kolonial. 

Penulis buku ini adalah I Made Pasek, seorang mantri guru yang bertugas di Singaraja tepatnya di sekolah tingkat II Singaraja dan sekarang berubah menjadi SD 2 Singaraja. I Made Pasek terbilang sebagai salah satu orang Bali yang punya kesempatan bersekolah di sekolah pelatihan guru (Kweekschool) yang didirikan oleh pemerintah kolonial di Surakarta, Yogyakarta, Padang, Makassar, Ambon dan Bandung.

Namun belum diketahui di sekolah pendidikan guru manakah I Made Pasek menempuh pendidikan. Kemungkinannya adalah di Yogyakarta, sebab lokasi ini paling dekat dengan Bali, juga materi ajar bahasa Bali dan Bahasa Jawa relatif dekat dari sisi kultural dan sosial.

Melihat judul dari judul buku, buku ini bukanlah buku materi belajar bagi siswa namun buku yang berisi latihan-latihan berupa soal. Kumpulan soal-soal yang terangkum dalam buku ini terdiri dari berbagai tipe soal.  Yang dominan muncul adalah tipe soal menyebutkan jenis benda dengan menghadirkan kata kunci yang berkaitan dengan ciri-ciri, sesuatu yang dihasilkan, atau sesuatu yang umum melekat/digunakan pada objek yang ditanyakan. Contoh soal yang muncul di dalam buku diantaranya;

Indayang sambat apa-apa pada malelima, ané gobané:

Barak, selem, kuning, putih, gadang, klawu, poléng, plung, tangi, dadu, nasak gedang, blang, rangréng, gulaklapa, kuning nguda, gadang nguda.

Upami; ané magoba barak: gtih, kincu,…..

Contoh soal di atas meminta siswa untuk menyebutkan benda berdasarkan ciri fisik warna. Soal-soal pada buku ini disertai dengan contoh cara menjawab namun hanya pada contoh soal pertama saja, selanjutnya tidak disertai contoh menjawab. Beberapa kata yang berkaitan dengan warna di atas barangkali hari ini tidak dapat dipahami lagi oleh sebagian besar orang Bali terlebih anak mudanya.

Tipe soal lain yang muncul dalam buku ini adalah tipe soal melengkapi kalimat. Penulis menyiapkan kalimat yang tidak lengkap, dan peserta didik diharapkan mengisi titik-titik kosong guna melengkapi kalimat. Contoh tipe soal ini diantanya adalah:

Pragatang lengkaranéné:

Putih mletak buka…..

Ngrempayak buka…..

Sngitné amunan…..

Basangné kréyak kréyok buka….

I Cening dkah tur makohkohan, simbuha baan……

Tipe soal lain yang muncul adalah soal mencari sinonim atau nama lain sebuh objek, misalnya adalah:

Alih patunggalan kruna arané ané betén ténénan:

Pulo patunggalan…..

Kadutan patunggalan…

Tlabah soroh…..

Bubu soroh…..

Semua contoh soal-soal di atas sejatinya ditulis dengan aksara Bali, namun saya coba alih aksara menjadi aksara Belanda (Latin). Sehingga terbaca dengan mudah oleh pembaca tatkala yang budiman..


Lembar soal dalam buku LKS berjudul Pamboekaning Toeas, Woordvorming en Balineesche-Taaloefeningen

Buku LKS setebal 32 halaman untuk seri pertama, dan 34 halaman untuk seri kedua, memberikan gambaran yang cukup terang tentang pola pengajaran bahasa Bali pada masa kolonial.  LKS ini tentu saja membantu mengaktifkan siswa dalam proses kegiatan pembelajaran serta membantu siswa mengembang konsep-konsep yang sangat dekat dengan kesehariannya.

Hal lain adalah melatih siswa untuk menemukan dan mengembangkan ketrampilan melalui proses pembelajaran. Terpenting adalah, siswa menemukan dan belajar tentang sesuatu/konsep yang sangat dekat dengan keseharian mereka, bukan konsep yang jauh atau sama sekali tidak terjamah oleh keseharian mereka, yah,,,,seperti kebanyakan LKS bahasa Bali hari ini. Informasi tentang konsep yang dipelajari oleh siswa melalui LKS bahasa Bali hari ini begitu jauh dari keseharian peserta didik.

Tipe soal yang ditampilkan dalam buku LKS Pamboekaning Toeas ini juga sangat sederhana dan mudah dimengerti. Petunjuk serta soal dibuat dengan singkat dan jelas, namun dengan pola seperti ini siswa akan lebih mudah menangkap maksud soal serta mudah menemukan dan mengembangkan konsep.

Penyusunan LKS ini barangkali mengikuti pola-pola penulisan buku yang telah menjadi standar pada sekolah-sekolah formal milik kolonial, istilah sekarang adalah kompetensi inti, indikator, atau standar proses. Sebab apapun itu, kebutuhan pemerintah kolonial adalah menjaga daerah koloninya tetap berada dalam standar yang mereka miliki. Mendidik masyarakat Bumiputra dengan pendidikan formal semata untuk kebutuhan mereka sendiri dan sangat bersifat pragmatis, hal ini disampaikan J. A Wilkens, seorang pegawai pemerintah kolonial yang ahli di bidang pendidikan bahasa Jawa.

“Pendidikan untuk penduduk Bumiputra semata-mata harus bertujuan praktis. Tujuannya bukan untuk melatih penduduk Bumiputra memperoleh pengetahuan yang dalam mengenai bahasa mereka. Tujuannya tidak lebih mengajarkan mereka membaca dan menulis dalam bahasa mereka sendiri dan bahasa Melayu, sehingga cukup dapat digunakan untuk tugas-tugas kepegawaian”

Penjajah tetaplah penjajah, kebutuhan mereka adalah mempertahankan jajahan dan dominasi atas wilayah jajahan mereka. Pendidikan untuk tujuan pragmatis semata, memenuhi kebutuhan penguasa dan pengusaha, dan ini berlanjut hingga hari ini [T]

Tags: aksaraBahasa BaliBukuPendidikan
Previous Post

Parade Lagu Daerah Bali di PKB, Sebatas Panggung dan Properti?

Next Post

Luh Menek, Made Sidia dan Ayu Laksmi, Gelar Karya di Bentara Budaya Bali

I Gede Gita Purnama A.P

I Gede Gita Purnama A.P

Terkenal dengan panggilan Bayu. Hobi membaca dan minum kopi. Sehari-hari mondar-mandir di Fakultas Ilmu Budaya Unud.

Next Post
Luh Menek, Made Sidia dan Ayu Laksmi, Gelar Karya di Bentara Budaya Bali

Luh Menek, Made Sidia dan Ayu Laksmi, Gelar Karya di Bentara Budaya Bali

Please login to join discussion

ADVERTISEMENT

POPULER

  • “Muruk” dan “Nutur”, Belajar dan Diskusi ala Anak Muda Desa Munduk-Buleleng

    “Muruk” dan “Nutur”, Belajar dan Diskusi ala Anak Muda Desa Munduk-Buleleng

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Sang Hyang Eta-Eto: Memahami Kalender Hindu Bali & Baik-Buruk Hari dengan Rumusan ‘Lanus’

    23 shares
    Share 23 Tweet 0
  • Hari Lahir dan Pantangan Makanannya dalam Lontar Pawetuan Jadma Ala Ayu

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Film “Mungkin Kita Perlu Waktu” Tayang 15 Mei 2025 di Bioskop

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Lonte!

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

KRITIK & OPINI

  • All
  • Kritik & Opini
  • Esai
  • Opini
  • Ulas Buku
  • Ulas Film
  • Ulas Rupa
  • Ulas Pentas
  • Kritik Sastra
  • Kritik Seni
  • Bahasa
  • Ulas Musik

Screen Time vs Quality Time: Pilihan Berkata Iya atau Tidak dari Rayuan Dunia Digital

by dr. Putu Sukedana, S.Ked.
June 1, 2025
0
Screen Time vs Quality Time: Pilihan Berkata Iya atau Tidak dari Rayuan Dunia Digital

LELAH dan keringat di badan terasa hilang setelah mendengar suaranya memanggilku sepulang kerja. Itu suara anakku yang pertama dan kedua....

Read more

Google Launching Veo: Antropologi Trust Issue Manusia dalam Postmodernitas dan Sunyi dalam Jaringan

by Dr. Geofakta Razali
June 1, 2025
0
Tat Twam Asi: Pelajaran Empati untuk Memahami Fenomenologi Depresi Manusia

“Mungkin, yang paling menyakitkan dari kemajuan bukanlah kecepatan dunia yang berubah—tapi kesadaran bahwa kita mulai kehilangan kemampuan untuk saling percaya...

Read more

Study of Mechanical Reproduction: Melihat Kembali Peran Fotografi Sebagai Karya Seni yang Terbebas dari Konvensi Klasik

by Made Chandra
June 1, 2025
0
Study of Mechanical Reproduction: Melihat Kembali Peran Fotografi Sebagai Karya Seni yang Terbebas dari Konvensi Klasik

PERNAHKAH kita berpikir apa yang membuat sebuah foto begitu bermakna, jika hari ini kita bisa mereproduksi sebuah foto berulang kali...

Read more
Selengkapnya

BERITA

  • All
  • Berita
  • Ekonomi
  • Pariwisata
  • Pemerintahan
  • Budaya
  • Hiburan
  • Politik
  • Hukum
  • Kesehatan
  • Olahraga
  • Pendidikan
  • Pertanian
  • Lingkungan
  • Liputan Khusus
Perpres 61 Tahun 2025 Keluar, STAHN Mpu Kuturan Sah Naik Status jadi Institut

Perpres 61 Tahun 2025 Keluar, STAHN Mpu Kuturan Sah Naik Status jadi Institut

May 29, 2025
 Haul Buya Syafii Maarif : Kelas Reading Buya Syafii Gelar Malam Puisi dan Diskusi Publik

Haul Buya Syafii Maarif : Kelas Reading Buya Syafii Gelar Malam Puisi dan Diskusi Publik

May 27, 2025
911—Nomor Cantik, Semoga Nomor Keberuntungan Buleleng di Porprov Bali 2025

911—Nomor Cantik, Semoga Nomor Keberuntungan Buleleng di Porprov Bali 2025

May 21, 2025
Inilah Daftar Panjang Kusala Sastra Khatulistiwa 2025

Inilah Daftar Panjang Kusala Sastra Khatulistiwa 2025

May 17, 2025
Meningkat, Antusiasme Warga Muslim Bali Membuka Tabungan Haji di BSI Kantor Cabang Buleleng

Meningkat, Antusiasme Warga Muslim Bali Membuka Tabungan Haji di BSI Kantor Cabang Buleleng

May 16, 2025
Selengkapnya

FEATURE

  • All
  • Feature
  • Khas
  • Tualang
  • Persona
  • Historia
  • Milenial
  • Kuliner
  • Pop
  • Gaya
  • Pameran
  • Panggung
Pramana Experience Luncurkan Rasayatra Edisi Kedua: Manjakan Indera, Sentuh Kesadaran Historis — Koneksi Tamu, Tradisi, Waktu
Panggung

Pramana Experience Luncurkan Rasayatra Edisi Kedua: Manjakan Indera, Sentuh Kesadaran Historis — Koneksi Tamu, Tradisi, Waktu

HUJAN itu mulai reda. Meski ada gerimis kecil, acara tetap dimulai. Anak-anak muda lalu memainkan Gamelan Semar Pagulingan menyajikan Gending...

by Nyoman Budarsana
June 1, 2025
Perayaan Penuh Kelezatan di Ubud Food Festival 2025
Panggung

Perayaan Penuh Kelezatan di Ubud Food Festival 2025

MEMASUKI tahun ke-10 penyelenggaraannya, Ubud Food Festival (UFF) 2025 kembali hadir dengan semarak yang lebih kaya dari sebelumnya. Perayaan kuliner...

by Dede Putra Wiguna
May 31, 2025
ft. moreNarra di Acara “ASMARALOKA”—Album Launch Showcase dari Arkana: “Ya, Biarkan”
Panggung

ft. moreNarra di Acara “ASMARALOKA”—Album Launch Showcase dari Arkana: “Ya, Biarkan”

MENYOAL asmara atau soal kehidupan. Ada banyak manusia tidak tertolong jiwanya-sakit akibat berharap pada sesuatu berujung kekecewaan. Tentu. Tidak sedikit...

by Sonhaji Abdullah
May 29, 2025
Selengkapnya

FIKSI

  • All
  • Fiksi
  • Cerpen
  • Puisi
  • Dongeng
Lengkingan Gagak Hitam | Cerpen Mas Ruscitadewi

Lengkingan Gagak Hitam | Cerpen Mas Ruscitadewi

May 31, 2025
Puisi-puisi Eddy Pranata PNP | Stasiun, Lorong, Diam

Puisi-puisi Eddy Pranata PNP | Stasiun, Lorong, Diam

May 31, 2025
Kampusku Sarang Hantu [1]: Ruang Kuliah 13 yang Mencekam

Kampusku Sarang Hantu [17]: Wanita Tua dari Jalur Kereta

May 29, 2025
Menunggu Istri | Cerpen IBW Widiasa Keniten

Menunggu Istri | Cerpen IBW Widiasa Keniten

May 25, 2025
Kampusku Sarang Hantu [1]: Ruang Kuliah 13 yang Mencekam

Kampusku Sarang Hantu [16]: Genderuwo di Pohon Besar Kampus

May 22, 2025
Selengkapnya

LIPUTAN KHUSUS

  • All
  • Liputan Khusus
Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan
Liputan Khusus

Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan

SEBAGAIMANA Banyuwangi di Pulau Jawa, secara geografis, letak Pulau Lombok juga cukup dekat dengan Pulau Bali, sehingga memungkinkan penduduk kedua...

by Jaswanto
February 28, 2025
Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan
Liputan Khusus

Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan

SUNGGUH kasihan. Sekelompok remaja putri dari Desa Baturiti, Kecamatan Kerambitan, Tabanan—yang tergabung dalam  Sekaa Gong Kebyar Wanita Tri Yowana Sandhi—harus...

by Made Adnyana Ole
February 13, 2025
Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti
Liputan Khusus

Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti

BULELENG-BANYUWANGI, sebagaimana umum diketahui, memiliki hubungan yang dekat-erat meski sepertinya lebih banyak terjadi secara alami, begitu saja, dinamis, tak tertulis,...

by Jaswanto
February 10, 2025
Selengkapnya

ENGLISH COLUMN

  • All
  • Essay
  • Fiction
  • Poetry
  • Features
Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

March 8, 2025
Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

November 30, 2024
The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

September 10, 2024
The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

July 21, 2024
Bali, the Island of the Gods

Bali, the Island of the Gods

May 19, 2024

TATKALA.CO adalah media umum yang dengan segala upaya memberi perhatian lebih besar kepada seni, budaya, dan kreativitas manusia dalam mengelola kehidupan di tengah-tengah alam yang begitu raya

  • Penulis
  • Tentang & Redaksi
  • Kirim Naskah
  • Pedoman Media Siber
  • Kebijakan Privasi
  • Desclaimer

Copyright © 2016-2024, tatkala.co

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis

Copyright © 2016-2024, tatkala.co