7 June 2025
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
tatkala.co
No Result
View All Result

Teater, Megalitikum dan Diri – Renungan dari Sebuah Candi Batu di Tejakula

Agus Noval RivaldibyAgus Noval Rivaldi
July 11, 2019
inEsai
Teater, Megalitikum dan Diri – Renungan dari Sebuah Candi Batu di Tejakula

Repertoar Hari Megalitikum di Tejakula

61
SHARES

Hari menjelang sore, matahari tepat berada setara dengan mata saat memandang lurus. Saya sedang duduk di pinggir pantai, suara deburan ombak saling kejar-kejaran. Angin sepoi-sepoi, bau amis air laut menyengat ke hidung.

Di belakang saya tepat ada candi berbentuk kubus kira-kira tingginya 10 meter, dan ada beberapa anak tangga di tengahnya. Tepat di depan candi ada tugu penyu, dan di sekitarnya ada batu-batu besar berukuran genggaman tangan sampai sebesar kepala.

Saat itu, Jumat 5 Juli 2019, saya sedang berada di desa sebelah timur kota Singaraja, yaitu Desa Tejakula. Dari kota Singaraja menuju Desa Tejakula kurang lebih 45 menit perjalanan menggunakan motor.

Ada acara yang sangat kecil sedang berlangsung di sana, acara memperingati peradaban megalitikum sedunia, saya tidak tau pasti apa arti peradaban megalitikum tersebut. Tapi sempat dijelaskan sedikit oleh Ibed Surgana Yuga atau yang sering saya akrab memanggilnya Bli Ibed, dia menjelaskan bahwa memperingati peradaban megalitikum tersebut adalah seperti menghormati sebuah fenomena alam berbentuk batu besar.

Hari itu adalah perayaan peradaban megalitikum sedunia, yang tentunya tidak hanya diperingati di Indonesia saja.


Repertoar kecil dalam peringatan Hari Megalitikum Sedunia di Tejakula

Tapi saat berangkat ke Tejakula saya malah tidak mengetahui hal tentang tersebut, karena awalnya saya mendatangi acara itu berawal dari ajakan teman teater saya. Katanya sih hanya sekedar pentas repertoar kecil saja. Saat sampai di sana baru saya mengetahui hal tersebut.

Saat acara berlangsung kebetulan juga kedatangan salah satu maestro tari Bali bernama Ibu Putu Menek, kebetulan juga beliau sedang menjadi salah satu maestro yang dipilih dalam program Kemendikbud bernama BBM (Belajar Bareng Maestro). Para pesertanya adalah siswa SMA-SMK sederajat yang kebetulan menggulati kesenian. Dan mereka juga berasal dari berbagai daerah di Indonesia seperti Lampung, Aceh, Maluku dan berbagai propinsi lainya.

Acara berlangsung sangat sederhana, hanya mementaskan repertoar kecil atau bisa dikatakan seperti hasil persentasi belajar. Dan itupun dilakukan karena kemauan sendiri saja, tanpa ada paksaan.

Karena kalau kita lihat juga pada era kesenian saat ini. Jarang sekali ada ruang yang seperti ini, sangat sederhana apalagi di daerah terpencil. Tak ada undangan pasti, tak ada lebel penonton pasti. Banyak juga latar belakang berbeda pada acara kali ini, ada penari, aktor bahkan pemusik sekalipun bergabung secara suka-suka disini.

Sepertinya misalnya saya, yang datang ke acara ini menggunakan kaca mata saya sebagai aktor. Banyak sekali pengalaman yang saya dapatkan di ruang seperti ini, ketika saya disadarkan oleh perkataan dari Bli Ibed.

“Pada biasanya ketika menjadi seorang perform pasti langsung belajar atau mencari contoh bentuk tarian atau apapun di internet seperti youtube, Instagram, atau facebook. Coba sesekali sekarang kita mencari contoh dari alam sekitar. Karena orang-orang tradisi dulu belajarnya langsung dari alam”.

Setelah mendengar perkataan seperti itu, saya membayangkan diri saya seperti orang yang sangat patut diprihatinkan. Jauh dari kota yang serba cepat, tak ada bising suara motor dan klakson. Tak ada bau polusi kendaraan, tak ada lagu disko, tak ada internet. Dan hanya mendengarkan suara deburan ombak, dan angin yang sepoi-sepoi berhembus dari laut ke daratan.

Saya seperti menjadi aktor yang sangat kedap suara, jauh dari label penonton jauh dari interpretasi sutradara hanya sendiri dalam keramaian yang mencoba mencari sebuah maksud dan contoh dari alam.

Saya seperti menemukan suatu perasaan yang sangat nyaman, benar-benar merasa sangat mencari sesuatu dan diberikan ruang untuk melepas penat. Apalagi setelah acara bergerak bebas ada acara sharing atau sedikit berbagi cerita dari Bu Menek, dia bilang bahwa belajar tari itu tidak mudah dan perlu intensitas dan keinginan yang besar di manapun dan kapanpun. Tidak hanya saat latihan tari saja, tapi seberusaha mungkin untuk memliki kesadaran sebagai penari.


Maestro Tari Ni Luh Menek bersama peserta Belajar Bersama Maestro (BBM)

Saya menarik obrolan tersebut ke dalam persepektif keaktoran saya. Bahwa benar bagi saya, perasaan-perasaan yang diperlukan saat mempersiapkan pentas atau memainkan suatu peran harus ada perasaan yang kita perlihatkan untuk memainkan peran. Dan itu saya rasa tidak bisa di dapatkan hanya sekedar menonoton pentas teater di Youtube saja.

Seperti contoh yang diberikan Bu Menek teknis kecil saat menjadi penari Bali, ada istilah nyeledep mata. Kalau kita melihat contoh tersebut di youtube bentuk hanya memelototkan mata tanpa tau dari mana asal dan motivasinya. Tapi kalau dari kata Bu Menek dia malah memperumpamakan nyeledet-kan mata itu ibarat kita memarahi anak kecil berumur 5 tahun yang sedang bermain api. Memang ada perasaan yang hebat ketika saya membayangkan.

Saya jadi mencoba menafsirkan sendiri apa yang dicontohkan tersebut, bahwa semisal saya kebutuhanya menajadi aktor teater, semisal semacam merekam semua perasaan yang sewaktu-waktu dibutuhkan untuk naskah. Atau mencari perasaan ketika kita berhadapan dengan naskah.

Saya menemukan perumpamaan itu ketika di jalan menuju pulang dari Desa Tejakula menuju Denpasar. Saya melewati wilayah Kintamani, saat tepat di Desa Batur angin sangat kencang saat malam hari ditambah berkabut, dingin sekali saya rasakan bahkan rasanya jaket itu tidak mempan untuk membendung perasaan dingin tersebut.

Kaki gemetar, seperti pemain Drumers band Metal. Jari-jari seperti semutan, jika di gesek-gesekan antar jari seperti sudah tidak terasa apa. Gigi beradu secara otomatis, seperti pisau seorang koki handal yang sedang memotong sebuah bawang atau cabe.

Di pikiran saya hanya ada perasaan dan membayangkan perasaan hangat, sampai saya lupa bagaimana bentuk perasaan hangat tersebut. Di tambah mata berair, sepertinya akibat kabut yang tebal. Ketika saya mencoba mengecek suhu derajat desa Batur, ternyata suhunya 17 derajat celcius.

Kemudian saya memutuskan untuk istirahat di depan Pura Ulun Danu Batur, untuk sekedar menikmati semangkuk bakso dan segelas kopi. Di saat sudah istirahat baru saya berpikir dan mencoba mengingat perasaan dan apa yang terjadi pada tubuh saya saat kedinginan, untuk sekiranya nanti ketika dihadapkan oleh adegan teater yang kebetulan ada adegan kedinginan sekiranya saya sudah punya bayangan dan kamus tentang perasaan kedinginan.

Semenjak dari Desa Tejakula tersebut dan mengikuti sharing oleh beberapa teman-teman di sana saya mencoba untuk menjaga intensitas dan kesadaran saya sebagai aktor. Karena mungkin kesadaran seperti itu memnag perlu untuk sebuah observasi dan interpretasi seorang aktor saat berhadapan dengan naskah. Karena saya sangat merasa sangat susah akan hal itu dan selalu mencari-cari bagaimana caranya untuk menyampaikan teks tersebut agar benar tersampaikan maksudnya yang jelas.

Akhirnya setelah sampai di Denpasar saya masih teringat apa saja yang saya coba rasakan dijalan, dan igin cepat-cepat menulisnya. Mungkin menjadi sebuah sharing juga untuk teman-teman yang lain, tapi saya sendiri juga belum berani mencetuskan diri bahwa sudah menjadi aktor yang menjadi. Saya juga masih berada yang sangat dasar. Mari kita sama-sama belajar dari hal sekitar dan jangan hanya meniru saja tanpa mempertimbangan hal kemungkinan lainya.

Sepertinya saya sudahi dulu tulisan sharing kali ini, karena saya sepertinya kelelahan setelah perjalanan. Dan ingin istirahat dan tidur sepertinya, dan mencoba meremkam perasaan apa yang di perlukan menjelang tidur dan saat tidur. Memang bisa? Sepertinya saya sudah mulai sedikit gila teman-teman. Salam. [T]

Tags: megalitikumNi Luh MenekrenunganTeaterTejakula
Previous Post

Tenganan Pegringsingan dan Dunia yang Terikat Adat – Dari Kunjungan Industri FE Unipas Singaraja

Next Post

Perlukah Menjadi Hindu Untuk Disebut “Bali” ?

Agus Noval Rivaldi

Agus Noval Rivaldi

Adalah penulis yang suka menulis budaya dan musik dari tahun 2018. Tulisannya bisa dibaca di media seperti: Pop Hari Ini, Jurnal Musik, Tatkala dan Sudut Kantin Project. Beberapa tulisannya juga dimuat dalam bentuk zine dan dipublish oleh beberapa kolektif lokal di Bali.

Next Post
Perlukah Menjadi Hindu Untuk Disebut “Bali” ?

Perlukah Menjadi Hindu Untuk Disebut “Bali” ?

Please login to join discussion

ADVERTISEMENT

POPULER

  • Covid-19 dalam Alam Pikir Religi Nusantara – Catatan Harian Sugi Lanus

    Sang Hyang Eta-Eto: Memahami Kalender Hindu Bali & Baik-Buruk Hari dengan Rumusan ‘Lanus’

    23 shares
    Share 23 Tweet 0
  • Sederhana, Haru dan Bahagia di SMPN 2 Sawan: Pelepasan Siswa, Guru Purnabakti dan Pindah Tugas

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Hari Lahir dan Pantangan Makanannya dalam Lontar Pawetuan Jadma Ala Ayu

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Kabut Membawa Kenikmatan | Cerpen Ni Made Royani

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Ini Sumbangan Ketut Bimbo pada Bahasa Bali | Ada 19 Paribasa Bali dalam Album “Mebalih Wayang”

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

KRITIK & OPINI

  • All
  • Kritik & Opini
  • Esai
  • Opini
  • Ulas Buku
  • Ulas Film
  • Ulas Rupa
  • Ulas Pentas
  • Kritik Sastra
  • Kritik Seni
  • Bahasa
  • Ulas Musik

Wayang Kulit Style Bebadungan, Dari Gaya Hingga Gema

by I Gusti Made Darma Putra
June 7, 2025
0
Ketiadaan Wayang Legendaris di Pesta Kesenian Bali: Sebuah Kekosongan dalam Pelestarian Budaya

JIKA kita hendak menelusuri jejak wayang kulit style Bebadungan, maka langkah pertama yang perlu ditempuh bukanlah dengan menanyakan kapan pertama...

Read more

Efek Peran Ganda Pemimpin Adat di Baduy

by Asep Kurnia
June 7, 2025
0
Tugas Etnis Baduy: “Ngasuh Ratu Ngayak Menak”

PENJELASAN serta uraian yang penulis paparkan di beberapa tulisan terdahulu cukup untuk menarik beberapa kesimpulan bahwa sebenarnya di kesukuan Baduy...

Read more

Menguatkan Spiritualitas dan Kesadaran Budaya melalui Tumpek Krulut

by I Wayan Yudana
June 7, 2025
0
Tumpek Landep dan Ketajaman Pikiran

TUMPEK Klurut, sebagai salah satu rahina suci dalam ajaran agama Hindu di Bali, memiliki makna yang sangat mendalam dalam memperkuat...

Read more
Selengkapnya

BERITA

  • All
  • Berita
  • Ekonomi
  • Pariwisata
  • Pemerintahan
  • Budaya
  • Hiburan
  • Politik
  • Hukum
  • Kesehatan
  • Olahraga
  • Pendidikan
  • Pertanian
  • Lingkungan
  • Liputan Khusus
Gede Anta Wakili Indonesia dalam “International Visitor Leadership Program” di AS

Gede Anta Wakili Indonesia dalam “International Visitor Leadership Program” di AS

June 5, 2025
Perpres 61 Tahun 2025 Keluar, STAHN Mpu Kuturan Sah Naik Status jadi Institut

Perpres 61 Tahun 2025 Keluar, STAHN Mpu Kuturan Sah Naik Status jadi Institut

May 29, 2025
 Haul Buya Syafii Maarif : Kelas Reading Buya Syafii Gelar Malam Puisi dan Diskusi Publik

Haul Buya Syafii Maarif : Kelas Reading Buya Syafii Gelar Malam Puisi dan Diskusi Publik

May 27, 2025
911—Nomor Cantik, Semoga Nomor Keberuntungan Buleleng di Porprov Bali 2025

911—Nomor Cantik, Semoga Nomor Keberuntungan Buleleng di Porprov Bali 2025

May 21, 2025
Inilah Daftar Panjang Kusala Sastra Khatulistiwa 2025

Inilah Daftar Panjang Kusala Sastra Khatulistiwa 2025

May 17, 2025
Selengkapnya

FEATURE

  • All
  • Feature
  • Khas
  • Tualang
  • Persona
  • Historia
  • Milenial
  • Kuliner
  • Pop
  • Gaya
  • Pameran
  • Panggung
Cerita Keberlanjutan dan Zero Waste dari Bali Sustainable Seafood dan Talasi di Ubud Food Festival 2025
Panggung

Cerita Keberlanjutan dan Zero Waste dari Bali Sustainable Seafood dan Talasi di Ubud Food Festival 2025

AWALNYA, niat saya datang ke Ubud Food Festival 2025 sederhana saja, yaitu bertemu teman-teman lama yangsaya tahu akan ada di...

by Julio Saputra
June 7, 2025
Abraham dan Cerita Sebotol Lion Brewery di Ubud Food Festival 2025
Panggung

Abraham dan Cerita Sebotol Lion Brewery di Ubud Food Festival 2025

IA bukan Abraham Lincoln, tapi Abraham dari Lionbrew. Bedanya, yang ini tak memberi pidato, tapi sloki bir. Dan panggungnya bukan...

by Dede Putra Wiguna
June 6, 2025
Buku “Identitas Lintas Budaya: Jejak Jepang dalam Teks Sastrawan Bali” Memperkaya Perspektif Kajian Sastra di Bali
Khas

Buku “Identitas Lintas Budaya: Jejak Jepang dalam Teks Sastrawan Bali” Memperkaya Perspektif Kajian Sastra di Bali

BUKU Identitas Lintas Budaya: Jejak Jepang dalam Teks Sastrawan Bali karya Prof. Dr. I Nyoman Darma Putra, M.Litt., memperkaya perspektif kajian sastra,...

by tatkala
June 5, 2025
Selengkapnya

FIKSI

  • All
  • Fiksi
  • Cerpen
  • Puisi
  • Dongeng
Gunung Laut dan Rindu yang Mengalir | Cerpen Lanang Taji

Gunung Laut dan Rindu yang Mengalir | Cerpen Lanang Taji

June 7, 2025
Puisi-puisi Emi Suy | Merdeka Sunyi

Puisi-puisi Emi Suy | Merdeka Sunyi

June 7, 2025
Kampusku Sarang Hantu [1]: Ruang Kuliah 13 yang Mencekam

Kampusku Sarang Hantu [18]: Bau Gosong di “Pantry” Fakultas

June 5, 2025
Lengkingan Gagak Hitam | Cerpen Mas Ruscitadewi

Lengkingan Gagak Hitam | Cerpen Mas Ruscitadewi

May 31, 2025
Puisi-puisi Eddy Pranata PNP | Stasiun, Lorong, Diam

Puisi-puisi Eddy Pranata PNP | Stasiun, Lorong, Diam

May 31, 2025
Selengkapnya

LIPUTAN KHUSUS

  • All
  • Liputan Khusus
Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan
Liputan Khusus

Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan

SEBAGAIMANA Banyuwangi di Pulau Jawa, secara geografis, letak Pulau Lombok juga cukup dekat dengan Pulau Bali, sehingga memungkinkan penduduk kedua...

by Jaswanto
February 28, 2025
Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan
Liputan Khusus

Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan

SUNGGUH kasihan. Sekelompok remaja putri dari Desa Baturiti, Kecamatan Kerambitan, Tabanan—yang tergabung dalam  Sekaa Gong Kebyar Wanita Tri Yowana Sandhi—harus...

by Made Adnyana Ole
February 13, 2025
Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti
Liputan Khusus

Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti

BULELENG-BANYUWANGI, sebagaimana umum diketahui, memiliki hubungan yang dekat-erat meski sepertinya lebih banyak terjadi secara alami, begitu saja, dinamis, tak tertulis,...

by Jaswanto
February 10, 2025
Selengkapnya

ENGLISH COLUMN

  • All
  • Essay
  • Fiction
  • Poetry
  • Features
Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

March 8, 2025
Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

November 30, 2024
The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

September 10, 2024
The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

July 21, 2024
Bali, the Island of the Gods

Bali, the Island of the Gods

May 19, 2024

TATKALA.CO adalah media umum yang dengan segala upaya memberi perhatian lebih besar kepada seni, budaya, dan kreativitas manusia dalam mengelola kehidupan di tengah-tengah alam yang begitu raya

  • Penulis
  • Tentang & Redaksi
  • Kirim Naskah
  • Pedoman Media Siber
  • Kebijakan Privasi
  • Desclaimer

Copyright © 2016-2024, tatkala.co

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis

Copyright © 2016-2024, tatkala.co