17 May 2025
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
tatkala.co
No Result
View All Result

Teater, Megalitikum dan Diri – Renungan dari Sebuah Candi Batu di Tejakula

Agus Noval RivaldibyAgus Noval Rivaldi
July 11, 2019
inEsai
Teater, Megalitikum dan Diri – Renungan dari Sebuah Candi Batu di Tejakula

Repertoar Hari Megalitikum di Tejakula

61
SHARES

Hari menjelang sore, matahari tepat berada setara dengan mata saat memandang lurus. Saya sedang duduk di pinggir pantai, suara deburan ombak saling kejar-kejaran. Angin sepoi-sepoi, bau amis air laut menyengat ke hidung.

Di belakang saya tepat ada candi berbentuk kubus kira-kira tingginya 10 meter, dan ada beberapa anak tangga di tengahnya. Tepat di depan candi ada tugu penyu, dan di sekitarnya ada batu-batu besar berukuran genggaman tangan sampai sebesar kepala.

Saat itu, Jumat 5 Juli 2019, saya sedang berada di desa sebelah timur kota Singaraja, yaitu Desa Tejakula. Dari kota Singaraja menuju Desa Tejakula kurang lebih 45 menit perjalanan menggunakan motor.

Ada acara yang sangat kecil sedang berlangsung di sana, acara memperingati peradaban megalitikum sedunia, saya tidak tau pasti apa arti peradaban megalitikum tersebut. Tapi sempat dijelaskan sedikit oleh Ibed Surgana Yuga atau yang sering saya akrab memanggilnya Bli Ibed, dia menjelaskan bahwa memperingati peradaban megalitikum tersebut adalah seperti menghormati sebuah fenomena alam berbentuk batu besar.

Hari itu adalah perayaan peradaban megalitikum sedunia, yang tentunya tidak hanya diperingati di Indonesia saja.


Repertoar kecil dalam peringatan Hari Megalitikum Sedunia di Tejakula

Tapi saat berangkat ke Tejakula saya malah tidak mengetahui hal tentang tersebut, karena awalnya saya mendatangi acara itu berawal dari ajakan teman teater saya. Katanya sih hanya sekedar pentas repertoar kecil saja. Saat sampai di sana baru saya mengetahui hal tersebut.

Saat acara berlangsung kebetulan juga kedatangan salah satu maestro tari Bali bernama Ibu Putu Menek, kebetulan juga beliau sedang menjadi salah satu maestro yang dipilih dalam program Kemendikbud bernama BBM (Belajar Bareng Maestro). Para pesertanya adalah siswa SMA-SMK sederajat yang kebetulan menggulati kesenian. Dan mereka juga berasal dari berbagai daerah di Indonesia seperti Lampung, Aceh, Maluku dan berbagai propinsi lainya.

Acara berlangsung sangat sederhana, hanya mementaskan repertoar kecil atau bisa dikatakan seperti hasil persentasi belajar. Dan itupun dilakukan karena kemauan sendiri saja, tanpa ada paksaan.

Karena kalau kita lihat juga pada era kesenian saat ini. Jarang sekali ada ruang yang seperti ini, sangat sederhana apalagi di daerah terpencil. Tak ada undangan pasti, tak ada lebel penonton pasti. Banyak juga latar belakang berbeda pada acara kali ini, ada penari, aktor bahkan pemusik sekalipun bergabung secara suka-suka disini.

Sepertinya misalnya saya, yang datang ke acara ini menggunakan kaca mata saya sebagai aktor. Banyak sekali pengalaman yang saya dapatkan di ruang seperti ini, ketika saya disadarkan oleh perkataan dari Bli Ibed.

“Pada biasanya ketika menjadi seorang perform pasti langsung belajar atau mencari contoh bentuk tarian atau apapun di internet seperti youtube, Instagram, atau facebook. Coba sesekali sekarang kita mencari contoh dari alam sekitar. Karena orang-orang tradisi dulu belajarnya langsung dari alam”.

Setelah mendengar perkataan seperti itu, saya membayangkan diri saya seperti orang yang sangat patut diprihatinkan. Jauh dari kota yang serba cepat, tak ada bising suara motor dan klakson. Tak ada bau polusi kendaraan, tak ada lagu disko, tak ada internet. Dan hanya mendengarkan suara deburan ombak, dan angin yang sepoi-sepoi berhembus dari laut ke daratan.

Saya seperti menjadi aktor yang sangat kedap suara, jauh dari label penonton jauh dari interpretasi sutradara hanya sendiri dalam keramaian yang mencoba mencari sebuah maksud dan contoh dari alam.

Saya seperti menemukan suatu perasaan yang sangat nyaman, benar-benar merasa sangat mencari sesuatu dan diberikan ruang untuk melepas penat. Apalagi setelah acara bergerak bebas ada acara sharing atau sedikit berbagi cerita dari Bu Menek, dia bilang bahwa belajar tari itu tidak mudah dan perlu intensitas dan keinginan yang besar di manapun dan kapanpun. Tidak hanya saat latihan tari saja, tapi seberusaha mungkin untuk memliki kesadaran sebagai penari.


Maestro Tari Ni Luh Menek bersama peserta Belajar Bersama Maestro (BBM)

Saya menarik obrolan tersebut ke dalam persepektif keaktoran saya. Bahwa benar bagi saya, perasaan-perasaan yang diperlukan saat mempersiapkan pentas atau memainkan suatu peran harus ada perasaan yang kita perlihatkan untuk memainkan peran. Dan itu saya rasa tidak bisa di dapatkan hanya sekedar menonoton pentas teater di Youtube saja.

Seperti contoh yang diberikan Bu Menek teknis kecil saat menjadi penari Bali, ada istilah nyeledep mata. Kalau kita melihat contoh tersebut di youtube bentuk hanya memelototkan mata tanpa tau dari mana asal dan motivasinya. Tapi kalau dari kata Bu Menek dia malah memperumpamakan nyeledet-kan mata itu ibarat kita memarahi anak kecil berumur 5 tahun yang sedang bermain api. Memang ada perasaan yang hebat ketika saya membayangkan.

Saya jadi mencoba menafsirkan sendiri apa yang dicontohkan tersebut, bahwa semisal saya kebutuhanya menajadi aktor teater, semisal semacam merekam semua perasaan yang sewaktu-waktu dibutuhkan untuk naskah. Atau mencari perasaan ketika kita berhadapan dengan naskah.

Saya menemukan perumpamaan itu ketika di jalan menuju pulang dari Desa Tejakula menuju Denpasar. Saya melewati wilayah Kintamani, saat tepat di Desa Batur angin sangat kencang saat malam hari ditambah berkabut, dingin sekali saya rasakan bahkan rasanya jaket itu tidak mempan untuk membendung perasaan dingin tersebut.

Kaki gemetar, seperti pemain Drumers band Metal. Jari-jari seperti semutan, jika di gesek-gesekan antar jari seperti sudah tidak terasa apa. Gigi beradu secara otomatis, seperti pisau seorang koki handal yang sedang memotong sebuah bawang atau cabe.

Di pikiran saya hanya ada perasaan dan membayangkan perasaan hangat, sampai saya lupa bagaimana bentuk perasaan hangat tersebut. Di tambah mata berair, sepertinya akibat kabut yang tebal. Ketika saya mencoba mengecek suhu derajat desa Batur, ternyata suhunya 17 derajat celcius.

Kemudian saya memutuskan untuk istirahat di depan Pura Ulun Danu Batur, untuk sekedar menikmati semangkuk bakso dan segelas kopi. Di saat sudah istirahat baru saya berpikir dan mencoba mengingat perasaan dan apa yang terjadi pada tubuh saya saat kedinginan, untuk sekiranya nanti ketika dihadapkan oleh adegan teater yang kebetulan ada adegan kedinginan sekiranya saya sudah punya bayangan dan kamus tentang perasaan kedinginan.

Semenjak dari Desa Tejakula tersebut dan mengikuti sharing oleh beberapa teman-teman di sana saya mencoba untuk menjaga intensitas dan kesadaran saya sebagai aktor. Karena mungkin kesadaran seperti itu memnag perlu untuk sebuah observasi dan interpretasi seorang aktor saat berhadapan dengan naskah. Karena saya sangat merasa sangat susah akan hal itu dan selalu mencari-cari bagaimana caranya untuk menyampaikan teks tersebut agar benar tersampaikan maksudnya yang jelas.

Akhirnya setelah sampai di Denpasar saya masih teringat apa saja yang saya coba rasakan dijalan, dan igin cepat-cepat menulisnya. Mungkin menjadi sebuah sharing juga untuk teman-teman yang lain, tapi saya sendiri juga belum berani mencetuskan diri bahwa sudah menjadi aktor yang menjadi. Saya juga masih berada yang sangat dasar. Mari kita sama-sama belajar dari hal sekitar dan jangan hanya meniru saja tanpa mempertimbangan hal kemungkinan lainya.

Sepertinya saya sudahi dulu tulisan sharing kali ini, karena saya sepertinya kelelahan setelah perjalanan. Dan ingin istirahat dan tidur sepertinya, dan mencoba meremkam perasaan apa yang di perlukan menjelang tidur dan saat tidur. Memang bisa? Sepertinya saya sudah mulai sedikit gila teman-teman. Salam. [T]

Tags: megalitikumNi Luh MenekrenunganTeaterTejakula
Previous Post

Tenganan Pegringsingan dan Dunia yang Terikat Adat – Dari Kunjungan Industri FE Unipas Singaraja

Next Post

Perlukah Menjadi Hindu Untuk Disebut “Bali” ?

Agus Noval Rivaldi

Agus Noval Rivaldi

Adalah penulis yang suka menulis budaya dan musik dari tahun 2018. Tulisannya bisa dibaca di media seperti: Pop Hari Ini, Jurnal Musik, Tatkala dan Sudut Kantin Project. Beberapa tulisannya juga dimuat dalam bentuk zine dan dipublish oleh beberapa kolektif lokal di Bali.

Next Post
Perlukah Menjadi Hindu Untuk Disebut “Bali” ?

Perlukah Menjadi Hindu Untuk Disebut “Bali” ?

Please login to join discussion

ADVERTISEMENT

POPULER

  • Refleksi Semangat Juang Bung Tomo dan Kepemimpinan Masa Kini

    Apakah Menulis Masih Relevan di Era Kecerdasan Buatan?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Ulun Pangkung Menjadi Favorit: Penilaian Sensorik, Afektif, atau Intelektual?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Tulak Tunggul Kembali ke Jantung Imajinasi

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • “Muruk” dan “Nutur”, Belajar dan Diskusi ala Anak Muda Desa Munduk-Buleleng

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Galungan di Desa Tembok: Ketika Taksi Parkir di Rumah-rumah Warga

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

KRITIK & OPINI

  • All
  • Kritik & Opini
  • Esai
  • Opini
  • Ulas Buku
  • Ulas Film
  • Ulas Rupa
  • Ulas Pentas
  • Kritik Sastra
  • Kritik Seni
  • Bahasa
  • Ulas Musik

Mencari Bali Menemukan Diri — Ulasan Buku “Dari Sudut Bali” Karya Abdul Karim Abraham

by Gading Ganesha
May 17, 2025
0
Mencari Bali Menemukan Diri — Ulasan Buku “Dari Sudut Bali” Karya Abdul Karim Abraham

PULAU Bali milik siapa? Apa syarat disebut orang Bali? Semakin saya pikirkan, semakin ragu. Di tengah era yang begitu terbuka,...

Read more

‘Narasi Naïve Visual’ Ni Komang Atmi Kristia Dewi

by Hartanto
May 16, 2025
0
‘Narasi Naïve Visual’ Ni Komang Atmi Kristia Dewi

KARYA instalasi Ni Komang Atmi Kristia Dewi yang bertajuk ; ‘Neomesolitikum’.  menggunakan beberapa bahan, seperti  gerabah, cermin, batu pantai, dan...

Read more

Suatu Kajian Sumber-Sumber PAD Menurut UU No. 1 Tahun 2022

by Suradi Al Karim
May 16, 2025
0
Ramadhan Sepanjang Masa

TULISAN ini akan menarasikan tentang pentingnya Pendapatan Asli Daerah (PAD), khususnya di Kabupaten Banyumas, Provinsi Jawa Tengah. Karena  PAD adalah...

Read more
Selengkapnya

BERITA

  • All
  • Berita
  • Ekonomi
  • Pariwisata
  • Pemerintahan
  • Budaya
  • Hiburan
  • Politik
  • Hukum
  • Kesehatan
  • Olahraga
  • Pendidikan
  • Pertanian
  • Lingkungan
  • Liputan Khusus
Inilah Daftar Panjang Kusala Sastra Khatulistiwa 2025

Inilah Daftar Panjang Kusala Sastra Khatulistiwa 2025

May 17, 2025
Meningkat, Antusiasme Warga Muslim Bali Membuka Tabungan Haji di BSI Kantor Cabang Buleleng

Meningkat, Antusiasme Warga Muslim Bali Membuka Tabungan Haji di BSI Kantor Cabang Buleleng

May 16, 2025
Anniversary Puri Gangga Resort ke-11, Pertahankan Konsep Tri Hita Karana

Anniversary Puri Gangga Resort ke-11, Pertahankan Konsep Tri Hita Karana

May 13, 2025
“Bali Stroke Care”: Golden Period, Membangun Sistem di Tengah Detik yang Maut

“Bali Stroke Care”: Golden Period, Membangun Sistem di Tengah Detik yang Maut

May 8, 2025
Mosphit Skena Segera Tiba, yang Ngaku-Ngaku Anak Skena Wajib Hadir!

Mosphit Skena Segera Tiba, yang Ngaku-Ngaku Anak Skena Wajib Hadir!

May 7, 2025
Selengkapnya

FEATURE

  • All
  • Feature
  • Khas
  • Tualang
  • Persona
  • Historia
  • Milenial
  • Kuliner
  • Pop
  • Gaya
  • Pameran
  • Panggung
Literasi Film untuk Keluarga: Anak-anak Menonton Sekaligus Belajar
Panggung

Literasi Film untuk Keluarga: Anak-anak Menonton Sekaligus Belajar

AMFLITEATER Mall Living World, Denpasar, ramai dipenuhi pengunjung. Sabtu, 10 Mei 2025 pukul 17.40, Tempat duduk amfliteater yang bertingkat itu...

by Hizkia Adi Wicaksnono
May 16, 2025
Sariasih dan Manisnya Jaja Sengait Gula Pedawa 
Kuliner

Sariasih dan Manisnya Jaja Sengait Gula Pedawa

ADA beberapa buah tangan yang bisa kalian bawa pulang untuk dijadikan oleh-oleh saat berkunjung ke Singaraja Bali. Salah satunya adalah...

by I Gede Teddy Setiadi
May 16, 2025
45 Tahun Rasa itu Tak Mati-mati: Ini Kisah Siobak Seririt Penakluk Hati
Kuliner

45 Tahun Rasa itu Tak Mati-mati: Ini Kisah Siobak Seririt Penakluk Hati

SIANG itu, langit Seririt menumpahkan rintik hujan tanpa henti. Tiba-tiba, ibu saya melontarkan keinginan yang tak terbantahkan. ”Mang, rasanya enak...

by Komang Puja Savitri
May 14, 2025
Selengkapnya

FIKSI

  • All
  • Fiksi
  • Cerpen
  • Puisi
  • Dongeng
Kampusku Sarang Hantu [1]: Ruang Kuliah 13 yang Mencekam

Kampusku Sarang Hantu [15]: Memeluk Mayat di Kamar Jenazah

May 15, 2025
Puisi-puisi Hidayatul Ulum | Selasar Sebelum Selasa

Puisi-puisi Hidayatul Ulum | Selasar Sebelum Selasa

May 11, 2025
Ambulan dan Obor Api | Cerpen Sonhaji Abdullah

Ambulan dan Obor Api | Cerpen Sonhaji Abdullah

May 11, 2025
Bob & Ciko | Dongeng Masa Kini

Bob & Ciko | Dongeng Masa Kini

May 11, 2025
Selendang Putih Bertuliskan Mantra | Cerpen I Wayan Kuntara

Selendang Putih Bertuliskan Mantra | Cerpen I Wayan Kuntara

May 10, 2025
Selengkapnya

LIPUTAN KHUSUS

  • All
  • Liputan Khusus
Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan
Liputan Khusus

Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan

SEBAGAIMANA Banyuwangi di Pulau Jawa, secara geografis, letak Pulau Lombok juga cukup dekat dengan Pulau Bali, sehingga memungkinkan penduduk kedua...

by Jaswanto
February 28, 2025
Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan
Liputan Khusus

Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan

SUNGGUH kasihan. Sekelompok remaja putri dari Desa Baturiti, Kecamatan Kerambitan, Tabanan—yang tergabung dalam  Sekaa Gong Kebyar Wanita Tri Yowana Sandhi—harus...

by Made Adnyana Ole
February 13, 2025
Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti
Liputan Khusus

Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti

BULELENG-BANYUWANGI, sebagaimana umum diketahui, memiliki hubungan yang dekat-erat meski sepertinya lebih banyak terjadi secara alami, begitu saja, dinamis, tak tertulis,...

by Jaswanto
February 10, 2025
Selengkapnya

ENGLISH COLUMN

  • All
  • Essay
  • Fiction
  • Poetry
  • Features
Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

March 8, 2025
Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

November 30, 2024
The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

September 10, 2024
The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

July 21, 2024
Bali, the Island of the Gods

Bali, the Island of the Gods

May 19, 2024

TATKALA.CO adalah media umum yang dengan segala upaya memberi perhatian lebih besar kepada seni, budaya, dan kreativitas manusia dalam mengelola kehidupan di tengah-tengah alam yang begitu raya

  • Penulis
  • Tentang & Redaksi
  • Kirim Naskah
  • Pedoman Media Siber
  • Kebijakan Privasi
  • Desclaimer

Copyright © 2016-2024, tatkala.co

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis

Copyright © 2016-2024, tatkala.co