11 May 2025
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
tatkala.co
No Result
View All Result

Si Perantau Tanggung: Asal Tabanan, Lahir di Buleleng, Domisili Negaroa

dr. Ketut Suantarabydr. Ketut Suantara
July 5, 2019
inEsai
Si Perantau Tanggung: Asal Tabanan, Lahir di Buleleng, Domisili Negaroa
184
SHARES

Pasien terakhir sore itu cukup lama menyita waktu praktek saya. Dia adik teman SMP saya. Kami berbincang lama, tentang kabar si kakak, kesehatan bapak ibunya di rumah dan teman teman sepermainan masa kecil saya yang lain.

Saat pamit, dia menyalami saya, “Selamat berlibur, Pak Dokter, Lebaran kan dapat libur panjang? Pak dokter pulang kampung? Oya, Pak Dokter kampungnya di mana ?”

Saya terhenyak sesaat. Dan saya lupa apa jawaban saya waktu itu. Ingatan saya terlempar ke beberapa puluh tahun yang lalu. Saat saya pulang ke Tabanan mengisi waktu liburan bersama keluarga.  Bersama sepupu  di Tabanan kami bermain ke sawah, sensasi yang memang tak kami temui di gunung. Kami bercengkerama dengan ceria sepanjang pematang.

Saat melewati seorang bapak petani, beliau bertanya dengan nada serius, “ Kenapa lain sekali bicaranya, Gus dari Buleleng, ya?”

Tabanan, Buleleng, dari manakah asal saya yang sebenarnya?

Teringat tulisan Seno Gumiro Ajidarma dalam sebuah cerpennya. “Darimanakah asalnya kenangan? terbuat dari bahan apakah dia?”

Kenangan masa lalu saya terserak di banyak tempat. Kedua orang tua dari Desa Pandak Gede, Tabanan, yang sejak masa kakek dan nenek saya dulu sudah mulai merantau ke gunung di pelosok Buleleng ini. Saya sendiri lahir dan dibesarkan di Dapdap putih. Menghabiskan masa kanak kanak dan remaja di desa ini, menikmati masa masa sekolah di sini.

Dan saat sudah mulai membina sebuah keluarga, karena istri yang orang Jembrana dan bekerja di kantor Pemda Jembrana, ‘terpaksa’ memilih berdomisili di kota Negara atau dengan slengean bisa disebut kota Negaroa.

Jadi, kalau ada yang bertanya, Pak Dokter aslinya orang apa? Mungkin dengan sedikit sigug, saya akan jawab tegas. “Saya orang Bali, susah nyari orang seperti saya, orang tua Tabanan, lahir besar di Buleleng, keluarga tinggal di Jembrana.“  Terserah bagaimana reaksi yang bertanya.

Untuk perpindahan masyarakat ke tempat yang lain, kita mengenal beberapa istilah. Migrasi untuk yang pindah negara, transmigrasi untuk yang berbeda pulau, dan urbanisasi untuk yang pindah dari desa ke kota. Jadi untuk keluarga saya yang pindahnya dari satu desa ke desa lain berbeda kabupaten tapi masih satu pulau, barangkali belum ada istilah khusus yang diberikan.

Khusus untuk perantau dari daerah saya, dari Pandak, ada satu adagium khas yang sepertinya sampai sekarang masih terngiang sayup-sayup di ingatan masyarakat Bali sebagian. “Dasar orang Pandak, Cine Bali”

Saya sendiri entah mengapa, merasakan situasi kami sepertinya gambaran yang lebih sederhana dari saudara-saudara kita etnis Tionghoa tersebut. Biasanya tetua kami akan memilih lokasi di pusat keramaian, mencari nafkah di bidang perdagangan. Dan yang membedakan adalah warna kulit kami, keyakinan masih sama dengan orang Bali kebanyakan, dan ada nama ketut kadek di depan nama kami.

Dan karena merasa senasib itu, tak salah sampai saat ini saya tetap menjalin kontak dengan sahabat sahabat Tionghoa saya  sejak SMA di Singaraja dulu. Dan kalau  sesuatu yang kejam terjadi pada mereka, seperti pada saat peristiwa 98 itu. Saya merasakan kepedihan yang mendalam sebagai sesama anak bangsa, dengan takdir yang berbeda tipis di antara kami.

Keluarga saya sendiri mendiami sebuah kompleks pasar baru yang dibangun saat mulai berdirinya rezim orde baru. Sepetak lahan datar yang dibuatkan beberapa loss yang menyambung jadi satu di atas punggung bukit di daerah atas Busungbiu.

Tanpa menafikan kenangan yang lain dalam babakan kehidupan saya yang hampir mencapai setengah abad ini. Saya mengingat saat  kanak-kanak saya di sini sebagai kenangan terindah yang tak terlupakan seumur hidup saya. Saya sekolah di sebuah SD Inpres yang baru dibangun, kami berjalan sejauh 4 kilometer pulang pergi setiap hari selama 6 tahun.

Dan saya ingat kami anak-anak kompleks pasar pasti jadi yang pertama sampai di sekolah. Saya begitu menikmati masa masa SD tersebut. Saat jam sekolah pendek, atau di hari libur saya dan teman teman akan pergi ke sebuah tibuanuntuk berenang sampai sore, bahkan tanpa makan siang selepas sekolah.

Kebetulan saya dan saudara-saudara mendapat nilai bagus dan ranking yang baik di sekolah. Jadi setiap malam rumah kami pasti penuh dengan teman teman sebaya, yang’katanya’ belajar bersama di rumah kami. Tapi waktu lebih banyak kami habiskan dengan bercanda, layaknya anak anak semuran kami. Dan saya tak bisa lupa, hampir tak pernah tidur sendiri saat saat itu. Minimal ada empat sampai enam kawan sebaya yang menginap di tempat kami. Bahkan ada satu teman yang bertahun tahun tak pernah tidur di rumahnya sendiri, karena nginepin saya.

Dan karena saya pecinta olahraga yang cukup fanatik, bahkan sampai saat ini. Kenangan terindah saya ada di lapangan hijau (coklat di tempat saya karena tak ada rumputnya, bahkan becek di musim penghujan). Setiap sore, terutama saat masa liburan dimana teman-teman yang sekolah di kota pasti pulang kampung. Pasti ada pertandingan seru di lapangan sebelah SMA TP 45 yang legendaris itu.

“Ayo kompleks pasar lawan banjar kledok ! “ begitu seruan terdengar di sore yang dingin itu. Bahkan dalam entitas terkecil pun, emosi lokalitas tak terhindarkan. “Ayooo”, jawab yang lain tanpa gentar.

Dan sore itu, di ketinggian 700 meter diatas permukaan laut, di lapangan yang tak berumput, kami seperti tak kenal lelah mengejar si kulit bundar, sampai tetes keringat terakhir demi membela nama kompleks pasar, tempat tinggal kami. Semangatnya bisa saya rasakan sampai detik ini, sebuah fanatisme tak berujung, yang tak rela tempat kelahiran ternistakan.

Benar benar kenangan yang sulit terlupakan, bagi saya pasti. Juga bagi teman-teman yang terlibat dalam permainan itu. Sering ada celetukan di media sosial. “Kapan kita main di lapangan Parikesit lagi? “ Yang sayangnya sekarang sudah berubah menjadi tempat parkir kendaraan siswa SMP.

Tapi tetap ada setitik retak, dalam sebuah bangunan yang seindah apapupun. Ada yang terasa hilang atau kurang dalam kenangan tersebut. Lokasi perantauan yang tanggung (tempat asal saya bisa ditempuh dalam waktu yang kurang lebih sama dengan ke kota kabupaten) membuat keluarga kami tak bisa berbaur seutuhnya dengan tempat dan masyarakat tempat kami merantau.

Dalam konteks kegiatan adat, kami menjalaninya setengah hati, dalam artian kami masuk menjadi warga desa adat di gunung, tetapi status kami d tempat asal juga tak lepas seluruhnya. Ada istilah ngampeluntuk perantau seperti kami. Itu secara status, secara praktek pun, kami cukup berbeda dengan perantau-perantau dari daerah lain di Bali.

Untuk diketahui, desa saya temasuk daerah baru, sebuah hutan yang dibuka penjajah Belanda di awal abad ke 20 ini. Masyarakatnya berasal dari berbagai daerah di Bali. Bahkan ada banjar tetangga yang penduduknya berasal dari seluruh kabupaten di Bali. Mereka karena jumlahnya banyak kepala keluarga, dan tempat asalnya lebih jauh dibandingkan kami. Memutuskan bergabung secara utuh dengan masyarakat disana, baik secara kedinasan maupun adat.

Jadi masa kecil sampai remaja kami, tak diisi dengan kegiatan metulungan saat ada tetangga nelubulanin, nikah ataupun sekedar melaspas rumah atau tempat suci. Karena kami sendiri melaksanakan semua kegiatan itu di tempat asal. Jadi sesuai hukum timbal balik (selisihandalam bahasa Bali), kurang begitu banyak kami terlibat dalam kegiatan adat di tempat rantauan kami tersebut. Walaupun secara nyata saya sendiri kelahiran disana.     

Akhirnya mungkin kita perlu mendengar kembali ucapan bijak presiden John F Kennedy, presiden Amerika yang termasyur itu : ” Jangan tanya apa yang diberikan negara kepadamu, tapi tanyalah apa yg bisa kau berikan kepada negaramu?” Dalam konteks ini saya menemukan pembelaan untuk situasi yang saya alami.

Terlepas dari saya yang cuma lahir disini, tapi berasal dari tempat lain. Saya ingin memberikan sesuatu yang berguna, berperan serta untuk kemajuan desa tempat saya lahir dan dibesarkan, tempat teman teman masa kecil saya, tempat keluarga kami mendapatkan rejeki selama tiga generasi. Dan dengan  saya berpraktek disini, saya merasa sedikit bisa membayar hutang kami tersebut.

Bahkan biasanya saya tak keberatan kalau diminta memeriksa pasien yang tak bisa datang ke tempat praktek, di rumahnya sendiri  Tapi itupun sebenarnya masih bisa diperdebatkan, karena saya juga menarik jasa dari mereka untuk pelayanan saya. Sehingga saya punya satu impian yang saya pendam dari dulu, dan saya rasa  mampu untuk mewujudkannnya. Meningkatkan kegemaran membaca generasi penerus kita, di zaman digital ini. Terutama anak anak dan remaja di desa saya dan sekitarnya.

Dan obsesi saya itu saya coba rintis dengan program Buleleng  Berbagi Buku, yang mungkin nanti akan  saya bahas dalam tulisan menyendiri.

Setelah merenung cukup lama, mengenang kembali dan terutama setelah menulis cerita ini. Kalau nanti siapapun yang bertanya : ”Bapak kampungnya di mana”? Maka jawaban saya sudah pasti, seperti sebuah status saya di akun FB yang disukai lebih dari seratus orang. Dengan bangga akan saya jawab: “Saya dari Dapdap Putih “. [T]

Tags: bulelengBusungbiudokterjembranaLiterasipenduduktabanan
Previous Post

“Territorium, A Visual Concert Performance” di Bentara Budaya Bali

Next Post

Penghargaan 11 Seniman – Besar Pengabdiannya, Besar Perhatian Pemerintah, Kecil Hadiahnya…

dr. Ketut Suantara

dr. Ketut Suantara

Dokter. Lahir di Tista, Busungbiu, Buleleng. Kini bertugas di Puskesmas Busungbiu 2 dan buka praktek di Desa Dapdaputih, Busungbiu

Next Post
Penghargaan 11 Seniman – Besar Pengabdiannya, Besar Perhatian Pemerintah, Kecil Hadiahnya…

Penghargaan 11 Seniman – Besar Pengabdiannya, Besar Perhatian Pemerintah, Kecil Hadiahnya…

Please login to join discussion

ADVERTISEMENT

POPULER

  • Refleksi Semangat Juang Bung Tomo dan Kepemimpinan Masa Kini

    Apakah Menulis Masih Relevan di Era Kecerdasan Buatan?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Tulak Tunggul Kembali ke Jantung Imajinasi

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Ulun Pangkung Menjadi Favorit: Penilaian Sensorik, Afektif, atau Intelektual?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • ”Married by Accident” Bukan Pernikahan Manis Cinderella

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Duel Sengit Covid-19 vs COVID-19 – [Tentang Bahasa]

    11 shares
    Share 11 Tweet 0

KRITIK & OPINI

  • All
  • Kritik & Opini
  • Esai
  • Opini
  • Ulas Buku
  • Ulas Film
  • Ulas Rupa
  • Ulas Pentas
  • Kritik Sastra
  • Kritik Seni
  • Bahasa
  • Ulas Musik

Krisis Literasi di Buleleng: Mengapa Ratusan Siswa SMP Tak Bisa Membaca?

by Putu Gangga Pradipta
May 11, 2025
0
Masa Depan Pendidikan di Era AI: ChatGPT dan Perplexity, Alat Bantu atau Tantangan Baru?

PADA April 2025, masyarakat Indonesia dikejutkan oleh laporan yang menyebutkan bahwa ratusan siswa Sekolah Menengah Pertama (SMP) di Kabupaten Buleleng,...

Read more

Animal Farm dalam Interpretasi Pemalsuan Kepercayaan

by Karisma Nur Fitria
May 11, 2025
0
Animal Farm dalam Interpretasi Pemalsuan Kepercayaan

PEMALSUAN kepercayaan sekurangnya tidak asing di telinga pembaca. Tindakan yang dengan sengaja menciptakan atau menyebarkan informasi tidak valid kepada khalayak....

Read more

Enggan Jadi Wartawan

by Edi Santoso
May 11, 2025
0
Refleksi Hari Pers Nasional Ke-79: Tak Semata Soal Teknologi

MENJADI wartawan itu salah satu impian mahasiswa Ilmu Komunikasi. Tapi itu dulu, sebelum era internet. Sebelum media konvensional makin tak...

Read more
Selengkapnya

BERITA

  • All
  • Berita
  • Ekonomi
  • Pariwisata
  • Pemerintahan
  • Budaya
  • Hiburan
  • Politik
  • Hukum
  • Kesehatan
  • Olahraga
  • Pendidikan
  • Pertanian
  • Lingkungan
  • Liputan Khusus
“Bali Stroke Care”: Golden Period, Membangun Sistem di Tengah Detik yang Maut

“Bali Stroke Care”: Golden Period, Membangun Sistem di Tengah Detik yang Maut

May 8, 2025
Mosphit Skena Segera Tiba, yang Ngaku-Ngaku Anak Skena Wajib Hadir!

Mosphit Skena Segera Tiba, yang Ngaku-Ngaku Anak Skena Wajib Hadir!

May 7, 2025
Bimo Seno dan Dolog Gelar Pertandingan Tenis Lapangan di Denpasar

Bimo Seno dan Dolog Gelar Pertandingan Tenis Lapangan di Denpasar

April 27, 2025
Kebersamaan di Desa Wanagiri dalam Aksi Sosial Multisektor Paras.IDN dalam PASSION Vol.2 Bali

Kebersamaan di Desa Wanagiri dalam Aksi Sosial Multisektor Paras.IDN dalam PASSION Vol.2 Bali

April 23, 2025
Menghidupkan Warisan Leluhur, I Gusti Anom Gumanti Pimpin Tradisi Ngelawar di Banjar Temacun Kuta

Menghidupkan Warisan Leluhur, I Gusti Anom Gumanti Pimpin Tradisi Ngelawar di Banjar Temacun Kuta

April 22, 2025
Selengkapnya

FEATURE

  • All
  • Feature
  • Khas
  • Tualang
  • Persona
  • Historia
  • Milenial
  • Kuliner
  • Pop
  • Gaya
  • Pameran
  • Panggung
Diskusi dan Pameran Seni dalam Peluncuran Fasilitas Black Soldier Fly di Kulidan Kitchen and Space
Pameran

Diskusi dan Pameran Seni dalam Peluncuran Fasilitas Black Soldier Fly di Kulidan Kitchen and Space

JUMLAH karya seni yang dipamerkan, tidaklah terlalu banyak. Tetapi, karya seni itu menarik pengunjung. Selain idenya unik, makna dan pesan...

by Nyoman Budarsana
May 11, 2025
Fenomena Alam dari 34 Karya Perupa Jago Tarung Yogyakarta di Santrian Art Gallery
Pameran

Fenomena Alam dari 34 Karya Perupa Jago Tarung Yogyakarta di Santrian Art Gallery

INI yang beda dari pameran-pemaran sebelumnya. Santrian Art Gallery memamerkan 34 karya seni rupa dan 2 karya tiga dimensi pada...

by Nyoman Budarsana
May 10, 2025
“Jalan Suara”, Musikalisasi Puisi Yayasan Kesenian Sadewa Bali dan Komunitas Disabilitas Tunanetra
Panggung

“Jalan Suara”, Musikalisasi Puisi Yayasan Kesenian Sadewa Bali dan Komunitas Disabilitas Tunanetra

SEPERTI biasa, Heri Windi Anggara, pemusik yang selama ini tekun mengembangkan seni musikalisasi puisi atau musik puisi, tak pernah ragu...

by Nyoman Budarsana
May 6, 2025
Selengkapnya

FIKSI

  • All
  • Fiksi
  • Cerpen
  • Puisi
  • Dongeng
Puisi-puisi Hidayatul Ulum | Selasar Sebelum Selasa

Puisi-puisi Hidayatul Ulum | Selasar Sebelum Selasa

May 11, 2025
Ambulan dan Obor Api | Cerpen Sonhaji Abdullah

Ambulan dan Obor Api | Cerpen Sonhaji Abdullah

May 11, 2025
Bob & Ciko | Dongeng Masa Kini

Bob & Ciko | Dongeng Masa Kini

May 11, 2025
Selendang Putih Bertuliskan Mantra | Cerpen I Wayan Kuntara

Selendang Putih Bertuliskan Mantra | Cerpen I Wayan Kuntara

May 10, 2025
Puisi-puisi Pramita Shade | Peranjakan Dua Puluhan

Puisi-puisi Pramita Shade | Peranjakan Dua Puluhan

May 10, 2025
Selengkapnya

LIPUTAN KHUSUS

  • All
  • Liputan Khusus
Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan
Liputan Khusus

Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan

SEBAGAIMANA Banyuwangi di Pulau Jawa, secara geografis, letak Pulau Lombok juga cukup dekat dengan Pulau Bali, sehingga memungkinkan penduduk kedua...

by Jaswanto
February 28, 2025
Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan
Liputan Khusus

Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan

SUNGGUH kasihan. Sekelompok remaja putri dari Desa Baturiti, Kecamatan Kerambitan, Tabanan—yang tergabung dalam  Sekaa Gong Kebyar Wanita Tri Yowana Sandhi—harus...

by Made Adnyana Ole
February 13, 2025
Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti
Liputan Khusus

Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti

BULELENG-BANYUWANGI, sebagaimana umum diketahui, memiliki hubungan yang dekat-erat meski sepertinya lebih banyak terjadi secara alami, begitu saja, dinamis, tak tertulis,...

by Jaswanto
February 10, 2025
Selengkapnya

ENGLISH COLUMN

  • All
  • Essay
  • Fiction
  • Poetry
  • Features
Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

March 8, 2025
Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

November 30, 2024
The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

September 10, 2024
The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

July 21, 2024
Bali, the Island of the Gods

Bali, the Island of the Gods

May 19, 2024

TATKALA.CO adalah media umum yang dengan segala upaya memberi perhatian lebih besar kepada seni, budaya, dan kreativitas manusia dalam mengelola kehidupan di tengah-tengah alam yang begitu raya

  • Penulis
  • Tentang & Redaksi
  • Kirim Naskah
  • Pedoman Media Siber
  • Kebijakan Privasi
  • Desclaimer

Copyright © 2016-2024, tatkala.co

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis

Copyright © 2016-2024, tatkala.co