7 June 2025
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
tatkala.co
No Result
View All Result

“Puisi-Musik”, – Misi Agar Puisi Menjangkau Publik yang Lebih Luas.

Tan Lioe IebyTan Lioe Ie
July 5, 2019
inEsai
“Puisi-Musik”, – Misi Agar Puisi Menjangkau Publik yang Lebih Luas.

Pementasan Puisi-Musik dari Tan Lioe Ie

47
SHARES

PADA dasarnya sebuah ideal punya potensi berubah. Apa yang ideal pada suatu ruang, waktu, tertentu potensial bergeser pada ruang dan waktu lain. 

Berubah di sini, juga termasuk bertambah. Jadi ideal yang sebelumnya bisa berjalan seiring dengan ideal yang belakangan muncul. Saya dulu menganggap, akustik adalah ideal untuk puisi-musik (yang saya yakini sementara ini lebih tepat secara maknawi/kebahasaan dibanding yang dulu juga saya gunakan, musikalisasi puisi, karena puisi sudah musikal, meski tanpa dimusikalisasi), jadi puisi-musik, dua kata menyatu, sehingga serupa “bersenyawa” dalam sinergi. 

Jika istilah puisi musik (dua kata terpisah), dapat bermakna puisinya musik atau sebaliknya jika musik menerangkan puisi ( hukum DM). 

Saya juga pernah dan masih yakin istilah adalah soal kesepakatan pemakainya, namun wajar sebagai orang yang bergiat di bidang terkait bahasa, sejauh istilah tersebut bukan lisensi puitika, maka masih boleh dipertanyakan. Para munsyi kerap melakukan hal ini dalam kolom bahasa Kompas (saya merasa saya bukan munsyi, tapi tentu boleh juga sekali-sekali bicara). 
Belakangan saya meyakini tak harus akustik. Bahkan tanpa instrumen musik yang “umum” pun boleh (acapella, misalnya). 

Saya dulu meyakini, jangan terlalu banyak baris puisi yang dibacakan, jika ada yang dibacakan. Namun belakangan saya belajar, ternyata gradasi vokal, kuat dan lembut, keras dan pelan…, dalam resital puisi (istilah ini memberi ruang untuk baca, baca plus nyanyi, dan nyanyi, serta digunakan oleh Berthold Damshausser juga dalam festival sastra yang pernah saya ikuti).

Dengan kata lain, baca seluruh puisi pun boleh (ini pandangan saya sebagai seniman), jadi saya belajar sambil melihat makna leksikalnya juga dalam hal ini. Tentang apakah puisi-musik belakangan ini semakin ruwet dan semakin jauh dari misi awal mendekatkan puisi ke publik yang tak hanya publik konvensional puisi, menurut saya, tergantung ekspektasi/ideal saat ini dari setiap kita yang sah jika berbeda.

Ketika dulu menganggap akustik ideal dan minimalis dalam instrumen (bukan genre musik minimalis), sehingga bisa dimainkan dengan satu gitar sambil camping, misalnya, saya pernah mengungkapkan, walau mungkin ke kalangan terbatas, tak tertutup dikembangkan dalam bentuk yang lebih “besar”, semisal orchestra. Hanya tentu saya harus realistis pada sumber daya yang ada, termasuk kapasitas saya. Misal, vokal saya tak mampu mencapai 3 oktav, maka saya harus tahu diri jangan memaksakan diri menyanyikan yang mencapai 3 oktav.

“Puisi memiliki nasibnya sendiri”, saya dengar diucapkan Frans Nadjira dan pengalaman saya menunjukkan ini memiliki kebenaran, namun konteksnya bukan puisi-musik. Saya menggunakan dalam puisi-musik, puisi “meminta” musiknya sendiri, sehingga konsekuensi logisnya, semakin beragam puisi, semakin beragam pula “bentuk” musik yang dapat bersinergi dengan puisi.

Walau, “deklarasi awal” Bali PuisiMusik (karena kami 4 personil Bali PuisiMusik), ikut terlibat sejak dini dalam Bali Blues Island, komunitas Blues di Bali, bahwa karya kami “blues-puisi”, dalam perjalanan kami, meski sentuhan blues (minjam istilah gitaris kami Yande Subawa), umumnya terjaga, dalam diskusi kami pada satu sesi latihan, saya melontarkan pertanyaan ke Yande selaku arranger di album Exorcism, apakah semua akan kita blueskan?

Jangan, jawabnya. Saya suka jawaban ini, sebab seperti saya sebut di atas puisi “minta” musiknya sendiri, karenanya musik kami lintas “rupa”, dengan sentuhan blues terjaga pada komposisi kami, umumnya. Musik juga bisa “minta” puisinya sendiri. Misalnya, Anda “fanatik” country, maka pilih saja puisi yang pas untuk country dan ini ada (jika tidak tulis atau minta dituliskan puisinya), sehingga mungkin. 

Jika disimak blues kami yang bagan utamanya 12 bar pada Exorcism dan one chord pada Malam Cahaya Lampion, sesungguhnya kami sudah “mbalelo”, terutama dari segi “anger”-nya. Blues dalam kedua format tadi yang cenderung “introvert”, kami jadikan “explosive blues”. Ada alasannya, blues lahir di masa perbudakan oleh kaum Afro-Amerika, mereka duka, menderita dan marah (tentunya), hanya saja keadaan saat itu tak memungkinkan mereka “meledakkan” amarahnya, ini tentu beda dengan kami yang bukan dari serta tak mengalami masa “gelap” itu, dan semoga tak mengalami masa “gelap” seperti itu. 

Saya juga beruntung menyaksikan atau mendengarkan Dennis Jannah (Suriname, membawakan puisi-musik genre Jazz, Deff P dari Belanda Hip Hop, Jim Morisson (the Doors), Blues, dan kecenderungan Rock & Roll yang menambah wawasan saya. Tentu ada banyak yang bisa kawan-kawan contohkan di sini. Saya semakin yakin semuanya dengan segala perbedaannya masih on the right track, termasuk tidak eksklusif (dalam arti hanya untuk publik “konvensional” puisi berbahasa Indonesia).

Saya punya beberapa pengalaman yang membuat saya meyakini hal ini. Pentas saya juga Bali Musik Puisi (Bali PM) di publik non-konvensional sastra, beserta apresiasi bagus yang kami terima menunjukkan hal ini (Mungkin ada indikator lain?), al : Di komunitas meditasi, apresiasi atas pentas Bali PM di komunitas ini bagus, hemat saya (Saya baru saja dihubungi untuk pentas lagi di HUT Komunitas ini 17-08-2018 ini).

Saat Bali PM pentas di Anjung Cahaya Tanjungpinang (Kawasan wisata, dengan publik beragam, penonton betah menyaksikan kami, sementara (maaf), maestro monolog kita Putu Wijaya ditinggalkan mayoritas penonton, mungkin karena tak semua penonton “publik sastra”. di Festival Seni Surabaya, sebagian penonton bergoyang dan betah mendengar kami (kami tampil pertama), namun ada dua kelompok masing-masing dari Solo dan Madura ditinggalkan sebagian penonton, bisa tak kena di selera penonton tsb, tak mustahil juga soal pencapaian yang debatable, tentunya.

Di JCC, kami tampil di Pameran Dagang, Kemendag dan industri Kreatif, ternyata apresiasi juga bagus. Ada yang tak saya kenal menyaksikan video yang diupload teman ke youtube berkomentar: “Saya menyaksikan orang ini, Gokil abis”.

Usai menyaksikan kami pentas di UWRF, Myrna Ratna (Kompas), yang duduk di sebelah Ari-Reda (Yang juga tampil sebelum kami), minta waktu untuk interview (saya tak mengenalnya sebelumnya). Yang menarik sepanjang interview, beberapa orang asing mendekat dan mengatakan “it was great”, padahal puisi yang kami bawakan berbahasa Indonesia. 

Pengalaman dengan orang asing yang memuji terjadi lebih dari sekali, termasuk dari mantan tour manager the Rolling Stones Sam Cutler. Bahkan ada yang mengatakan suka hanya berdasarkan video sederhana kami. Tentu untuk yang orang asing, banyak di antaranya tak mengerti bahasa Indonesia, tapi tak mengahalangi untuk menikmati. Dan mereka ini boleh dikatakan lebih tidak konvensional dari publik sastra Indonesia yang tidak konvensional apalagi yang konvensional. 

Lalu, apakah gagal mendekatkan puisi, karena publik yang orang asing itu, tak mengerti bahasa Indonesia? Masih terlalu dini untuk dinilai sekarang. Sebab tak mustahil di antaranya lalu berminat mendalami bahasa Indonesia termasuk puisi Indonesia walau tak pasti. Apalagi kelebihan bahasa, kan bisa diterjemahkan. Saya juga dulu menyukai banyak lagu bahasa Inggris tanpa mengerti banyak, arti liriknya. Walau belum ahli, saya mulai juga mempelajarinya.

Ada juga orang asing yang nonton Bali PM, berkata kepada saya : I don’t undesrtand the meaning, but I feel the energy”. Pernah di Casablanca, Sanur, di mana mayoritas publik orang asing dan band yang tampil tak hanya Bali PM, tapi yang diminta tambah oleh publik penonton, Bali PM bukan band yang lain. Ada beberapa contoh lainnya yang tak perlu rasanya diungkapkan di sini. Yang jelas jika orang sudah suka, maka berbagai ruang kemungkinan jadi terbuka. 

Yang jelas saya tak jemu belajar. Saya pun sungguh terkagum-kagum akan skill bermusik cukup banyak anak-anak muda sekarang. Mari kita terus belajar. Bukankah kita di Bali kerap mendengar “de ngaden awak bisa” dst, di mana ada bagian yang sangat penting untuk kita, menurut saya yaitu, “masih banyak yang perlu dipelajari”.

Dan mari menyadari bersama bahwa perubahan bersifat niscaya. Satu-satunya keabadian adalah perubahan itu sendiri, bukan? Dan seperti kerap saya ungkapkan, dalam lomba, sesungguhnya kemenangan adalah merayakan sukacita, menjadi juara cuma bonus, apalagi di luar lomba yang relatif lebih bebas bagi kita dalam berekspresi. 

Dan dengan masuknya puisi-musik sebagai bahan ajar SMP dan SMA, juga di Untirta sebagai bahan ajar, rasanya tak bisa dikatakan sebuah misi yang sia-sia(tentu di sini ada peran banyak pihak). Mungkin tak semasif musik indutri yang memang menguasai pasar saat ini, tapi bukanlah ukuran kegagalan.

Kita patut juga becermin pada kegigihan pemusik dangdut yang musiknya tadinya hanya dinikmati “kalangan bawah”, dicap kampungan, toh akhirnya sekarang berterima lintas segmen. Bahkan saya beranggapan untuk dunia musik yang berorientasi pasar, mereka bisa menjadi “komoditi” unggulan kita untuk bersaing di pasar global. 

Satu hal yang juga penting dalam menjaga gairah berkarya adalah, kesiapan menghadapi surprise karena ketakterdugaan, “the future not eyes to see” bahkan 1 detik di depan kita pun belum kita ketahui, sebelum detik itu tiba. Jika segalanya terbaca, ibarat Lao Tse yang mengalami pencerahan dan tak ada lagi rahasia, tak ada lagi teka-teki, beliau hendak mengasingkan diri ke gurun.

Tentu yang dicapai Lao Tse tak dapat dikatakan buruk, malah mungkin banyak orang mendambakannya. Saya hanya ingin mengatakan, jika tak adalagi rahasia / teka-teki/ misteri, maka “apa yang hendak kau katakan/ tak lagi kau ucapkan” (seperti kutipan puisi saya, kali ini 🙂 ). Maka perlu juga disyukuri jika masih ada teka-teki yang tak terbaca, sehingga menantang gairah dan kreativitas kita untuk membacanya lewat karya dan tak membeku di satu titik beku. 

Seorang teman jurnalis dari Suriname pernah berkata kepada saya : “Sulit mengerti lirik (baca puisi) lagumu karena dalam bahasa Indonesia” (bahasa nasional Suriname, bahasa Belanda dan dia bisa bahasa Inggris).

Saya menjawab: “Jangankan bagimu, bagi banyak orang Indonesia pun puisi (meski puisi yang berbahasa Indonesia), sulit dimengerti”.

Menjangkau lapisan masyarakat yang bukan publik konvensional sastra lewat puisi-musik, bukan berarti mereka harus mengerti. Bisa terasosiasi pun, sudah cukup. Juga jika gubahan puisi-musik dimainkan dan atau didengar dan atau dinyanyikan, dinikmati pun cukup. Bukankah kita kerap mengalami hal ini, saat berhadapan dengan lirik musik berbahasa asing yang tak kita mengerti sebagian dan atau seluruhnya?. 

“Angkasa ini begitu luas/ tapi aku telah sampai pada batas/ di mana aku tak mungkin kembali”(Subagio Satrowardoyo), “the only possiible is non stop flying sonder mendarat”(Chairil Anwar). Selamat berkarya. Salam 🙂 [T]

Nb. Maaf, contohnya banyak pengalaman pribadi, karena ini yang lebih saya tahu untuk saya ungkapkan di sini.

Tags: musikmusikalisasi puisiPuisisastraseniman
Previous Post

Penghargaan 11 Seniman – Besar Pengabdiannya, Besar Perhatian Pemerintah, Kecil Hadiahnya…

Next Post

Kelor untuk Kesehatan: Dari Mistis hingga Bisnis, Dari “Jukut” hingga “Laklak”

Tan Lioe Ie

Tan Lioe Ie

Penyair, tinggal di Denpasar

Next Post
Kelor untuk Kesehatan: Dari Mistis hingga Bisnis, Dari “Jukut” hingga “Laklak”

Kelor untuk Kesehatan: Dari Mistis hingga Bisnis, Dari “Jukut” hingga “Laklak”

Please login to join discussion

ADVERTISEMENT

POPULER

  • Covid-19 dalam Alam Pikir Religi Nusantara – Catatan Harian Sugi Lanus

    Sang Hyang Eta-Eto: Memahami Kalender Hindu Bali & Baik-Buruk Hari dengan Rumusan ‘Lanus’

    23 shares
    Share 23 Tweet 0
  • Sederhana, Haru dan Bahagia di SMPN 2 Sawan: Pelepasan Siswa, Guru Purnabakti dan Pindah Tugas

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Hari Lahir dan Pantangan Makanannya dalam Lontar Pawetuan Jadma Ala Ayu

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Kabut Membawa Kenikmatan | Cerpen Ni Made Royani

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Ini Sumbangan Ketut Bimbo pada Bahasa Bali | Ada 19 Paribasa Bali dalam Album “Mebalih Wayang”

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

KRITIK & OPINI

  • All
  • Kritik & Opini
  • Esai
  • Opini
  • Ulas Buku
  • Ulas Film
  • Ulas Rupa
  • Ulas Pentas
  • Kritik Sastra
  • Kritik Seni
  • Bahasa
  • Ulas Musik

Wayang Kulit Style Bebadungan, Dari Gaya Hingga Gema

by I Gusti Made Darma Putra
June 7, 2025
0
Ketiadaan Wayang Legendaris di Pesta Kesenian Bali: Sebuah Kekosongan dalam Pelestarian Budaya

JIKA kita hendak menelusuri jejak wayang kulit style Bebadungan, maka langkah pertama yang perlu ditempuh bukanlah dengan menanyakan kapan pertama...

Read more

Efek Peran Ganda Pemimpin Adat di Baduy

by Asep Kurnia
June 7, 2025
0
Tugas Etnis Baduy: “Ngasuh Ratu Ngayak Menak”

PENJELASAN serta uraian yang penulis paparkan di beberapa tulisan terdahulu cukup untuk menarik beberapa kesimpulan bahwa sebenarnya di kesukuan Baduy...

Read more

Menguatkan Spiritualitas dan Kesadaran Budaya melalui Tumpek Krulut

by I Wayan Yudana
June 7, 2025
0
Tumpek Landep dan Ketajaman Pikiran

TUMPEK Klurut, sebagai salah satu rahina suci dalam ajaran agama Hindu di Bali, memiliki makna yang sangat mendalam dalam memperkuat...

Read more
Selengkapnya

BERITA

  • All
  • Berita
  • Ekonomi
  • Pariwisata
  • Pemerintahan
  • Budaya
  • Hiburan
  • Politik
  • Hukum
  • Kesehatan
  • Olahraga
  • Pendidikan
  • Pertanian
  • Lingkungan
  • Liputan Khusus
Gede Anta Wakili Indonesia dalam “International Visitor Leadership Program” di AS

Gede Anta Wakili Indonesia dalam “International Visitor Leadership Program” di AS

June 5, 2025
Perpres 61 Tahun 2025 Keluar, STAHN Mpu Kuturan Sah Naik Status jadi Institut

Perpres 61 Tahun 2025 Keluar, STAHN Mpu Kuturan Sah Naik Status jadi Institut

May 29, 2025
 Haul Buya Syafii Maarif : Kelas Reading Buya Syafii Gelar Malam Puisi dan Diskusi Publik

Haul Buya Syafii Maarif : Kelas Reading Buya Syafii Gelar Malam Puisi dan Diskusi Publik

May 27, 2025
911—Nomor Cantik, Semoga Nomor Keberuntungan Buleleng di Porprov Bali 2025

911—Nomor Cantik, Semoga Nomor Keberuntungan Buleleng di Porprov Bali 2025

May 21, 2025
Inilah Daftar Panjang Kusala Sastra Khatulistiwa 2025

Inilah Daftar Panjang Kusala Sastra Khatulistiwa 2025

May 17, 2025
Selengkapnya

FEATURE

  • All
  • Feature
  • Khas
  • Tualang
  • Persona
  • Historia
  • Milenial
  • Kuliner
  • Pop
  • Gaya
  • Pameran
  • Panggung
Cerita Keberlanjutan dan Zero Waste dari Bali Sustainable Seafood dan Talasi di Ubud Food Festival 2025
Panggung

Cerita Keberlanjutan dan Zero Waste dari Bali Sustainable Seafood dan Talasi di Ubud Food Festival 2025

AWALNYA, niat saya datang ke Ubud Food Festival 2025 sederhana saja, yaitu bertemu teman-teman lama yangsaya tahu akan ada di...

by Julio Saputra
June 7, 2025
Abraham dan Cerita Sebotol Lion Brewery di Ubud Food Festival 2025
Panggung

Abraham dan Cerita Sebotol Lion Brewery di Ubud Food Festival 2025

IA bukan Abraham Lincoln, tapi Abraham dari Lionbrew. Bedanya, yang ini tak memberi pidato, tapi sloki bir. Dan panggungnya bukan...

by Dede Putra Wiguna
June 6, 2025
Buku “Identitas Lintas Budaya: Jejak Jepang dalam Teks Sastrawan Bali” Memperkaya Perspektif Kajian Sastra di Bali
Khas

Buku “Identitas Lintas Budaya: Jejak Jepang dalam Teks Sastrawan Bali” Memperkaya Perspektif Kajian Sastra di Bali

BUKU Identitas Lintas Budaya: Jejak Jepang dalam Teks Sastrawan Bali karya Prof. Dr. I Nyoman Darma Putra, M.Litt., memperkaya perspektif kajian sastra,...

by tatkala
June 5, 2025
Selengkapnya

FIKSI

  • All
  • Fiksi
  • Cerpen
  • Puisi
  • Dongeng
Gunung Laut dan Rindu yang Mengalir | Cerpen Lanang Taji

Gunung Laut dan Rindu yang Mengalir | Cerpen Lanang Taji

June 7, 2025
Puisi-puisi Emi Suy | Merdeka Sunyi

Puisi-puisi Emi Suy | Merdeka Sunyi

June 7, 2025
Kampusku Sarang Hantu [1]: Ruang Kuliah 13 yang Mencekam

Kampusku Sarang Hantu [18]: Bau Gosong di “Pantry” Fakultas

June 5, 2025
Lengkingan Gagak Hitam | Cerpen Mas Ruscitadewi

Lengkingan Gagak Hitam | Cerpen Mas Ruscitadewi

May 31, 2025
Puisi-puisi Eddy Pranata PNP | Stasiun, Lorong, Diam

Puisi-puisi Eddy Pranata PNP | Stasiun, Lorong, Diam

May 31, 2025
Selengkapnya

LIPUTAN KHUSUS

  • All
  • Liputan Khusus
Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan
Liputan Khusus

Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan

SEBAGAIMANA Banyuwangi di Pulau Jawa, secara geografis, letak Pulau Lombok juga cukup dekat dengan Pulau Bali, sehingga memungkinkan penduduk kedua...

by Jaswanto
February 28, 2025
Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan
Liputan Khusus

Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan

SUNGGUH kasihan. Sekelompok remaja putri dari Desa Baturiti, Kecamatan Kerambitan, Tabanan—yang tergabung dalam  Sekaa Gong Kebyar Wanita Tri Yowana Sandhi—harus...

by Made Adnyana Ole
February 13, 2025
Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti
Liputan Khusus

Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti

BULELENG-BANYUWANGI, sebagaimana umum diketahui, memiliki hubungan yang dekat-erat meski sepertinya lebih banyak terjadi secara alami, begitu saja, dinamis, tak tertulis,...

by Jaswanto
February 10, 2025
Selengkapnya

ENGLISH COLUMN

  • All
  • Essay
  • Fiction
  • Poetry
  • Features
Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

March 8, 2025
Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

November 30, 2024
The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

September 10, 2024
The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

July 21, 2024
Bali, the Island of the Gods

Bali, the Island of the Gods

May 19, 2024

TATKALA.CO adalah media umum yang dengan segala upaya memberi perhatian lebih besar kepada seni, budaya, dan kreativitas manusia dalam mengelola kehidupan di tengah-tengah alam yang begitu raya

  • Penulis
  • Tentang & Redaksi
  • Kirim Naskah
  • Pedoman Media Siber
  • Kebijakan Privasi
  • Desclaimer

Copyright © 2016-2024, tatkala.co

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis

Copyright © 2016-2024, tatkala.co