Empat puluh mahasiswa Jurusan Seni dari empat perguruan tinggi di Bali berkolaborasi mewujudkan sebuah pameran bersama yang diselenggarakan di Bentara Budaya Bali, 24 sampai dengan 30 Juni 2019.
Perguruan tinggi itu adalah Universitas Pendidikan Ganesha (Undiksha), ISI Denpasar, Universitas Hindu Indonesia (UNHI) dan IKIP PGRI Bali.
Pameran ini diberi judul Empat Panel, berpijak pada kerja kreatif bersama dengan pendekatan model kerja kolaboratif gabungan, dimana 40 mahasiswa tersebut membagi diri menjadi 10 kelompok, yang masing-masing terdiri dari satu mahasiswa seni perwakilan dari perguruan tinggi masing-masing.
Hasil kolaborasi itu kemudian menelurkan satu subtema tertentu untuk direspon menjadi karya personal. Karya personal tersebut tetap terikat pada subtema dan dipresentasikan dalam kelompok.
“Mungkin untuk pertama kalinya ada pameran kolaborasi yang menghadirkan empat institusi ini,” terang Made Susanta Dwitanaya selaku kurator pameran.
Salah satu kelompok, contohnya, mengambil subtema Catur Brata Penyepian, kemudian masing-masing anggota mengambil satu dari empat brata tersebut, yaitu Amati Karya, Amati Lelanguan, Amati Geni, Amati Lelungan, kemudian merespon kembali subtema yang didapat dengan persepsi pribadinya.
Ratih Aptiwidya contohnya, mendapat subtema Amati Lelanguan, yang berarti tidak bersenang-senang, merespon tema tersebut dengan menghadirkan lukisan berjudul Soft Attack of Ni Diah Tantri. Lukisan itu menggambarkan penaklukkan hati seorang raja yang haus seks oleh seorang gadis terakhir bernama Tantri. Penaklukan dilakukan dengan membacakan cerita kepada sang raja setiap malam.
Kelompok lain mengambil subtema yang terkait dengan tema umum pameran yaitu mulat sarira (menemukan diri),diantaranya ada yang merepresentasikan sub tema kesunyian, mengenai tradisi di tengah moderenitas, kerakusan/ketamakan, ruang refleksi diri, cinta, unsur tubuh, budaya, serta rasa ketidaknyamanan.
Semua subtema tersebut direspon secara bebas oleh para artisan, menghasilkan padu-padan karya yang tidak terbatas hanya dengan lukisan dua dimensi, namun juga tiga dimensi.
Dibuka pada tanggal 23 Juni oleh Made Budhiana, pameran ini memiliki tagline ‘Aku yang menjadi kita, tanpa kehilangan aku’, yang menggambarkan bahwa meskipun mereka bekerja dalam kelompok untuk melahirkan karya, ciri khas individu para artisan masih tetap terpancar.
Pameran ini dibuka dengan penampilan seni dari komunitas puntung rokok (Kontur) serta mural dari A vs A. Selain memamerkan karya berkelompok, pameran ini juga memamerkan karya individu masing-masing mahasiswa.
Adapun mahasiswa yang berpameran adalah Ni Putu Novia Fariyanti Dewi, Ni Putu Nia Apriani, Satiani Pradnya Paramita, I Komang Cahyanta, I Gusti Putu Yogi Jana Priya, I Putu Adi Wiwana, I Gusti Ngurah Dalem Ramadi,I Made Oka Mardiadinata, I Kadek Sutendra, Dany Soma Wiguna, dari ISI Denpasar.
Putra Wali Aco, Ratih Aptiwidyari, Vincent Chandram Vicky Firman Nurmanda, Totok Hariyono, Afan Farhan, Deny Kurniawan, Eky Irfirdaus, I Wayan Trisnayana, Putu Dudik Aryawan dari Universitas Pendidikan Ganesha (Undiksha).
I Made Wicakrama, I Kadek Bangkit Arta Gunadi, Ida Bagus Eka Suta Harunaka, Ida Bagus Arta Triatmaja, I Wayan Harry Bayuna, I Gede Wedhana, Komang Sulaksana, I Made Sastrawan, Gede Susila, Made Andre, dari UNHI.
Romario Paulus Bagus Saputra, I Made Dwi Karang Prasetya, I Wayan Agus Sudiarta Yadnya, Putu Agus Eka Kardipta, I Putu Fendy Puja Haryanta, Kadek Dita Purnama Sari, I Nyoman Gede Bendesa Putra, I Gede Eka Wilantara, I Wayan Sukarata dan I Wahan Ferryanto Suartana dari IKIP PGRI Bali. [T]