Para anggota group facebook Digital Cinematografy Indonesia (DCI) yang ada di Singaraja, bertemu dengan CEO DCI dan para sepuh DCI merupakan suatu kebahagian, biasanya kita hanya bisa bertemu dalam setiap komen yang ditulis pada status grup DCI.
Jumat, 31 Mei 2019, rombongan DCI Keliling menyempatkan untuk mampir di Singaraja, Buleleng Bali. Mampirnya tim DCI Keliling ke Singaraja Buleleng Bali, merupakan lanjutan dari perjalanan Jawa Timur 2 Bali, dari tanggal 24 Mei – 2 Juni. Perjalanan Tim DCI Keliling, disponsori oleh Lumix Panasonic, jadi perjalanan ini di beri nama #ClassWithLumix feat #DCIkeliling. Perjalanan dilakukan ke Sembilan kota, 6 kota di Jawa Timur dan 3 di Bali.
Di Singaraja, #Classwithlumix feat #dcikeliling dilaksanakan di Rumah Film Sang Karsa. Kali ini Rumah Film Sang Karsa menjadi ramai. Pesona tim DCI Keliling nampaknya sangat menggoda, sehingga peserta yang hadir lebih dari 30 orang.
Dalam perjalanan yang dilakukan oleh DCI keliling, memang dilakukan langsung oleh CEO DCI om Benny Kadarhariarto atau yang akrab di panggil Om Ben. Di acara ini, ada dua orang didaulat sebagai pembicara yaitu Om Ben dan Om Sutiknyo alias Bolang. Om Bolang ini, seorang vloger dan bloger dengan nama channel youtube Lostpacker.
Acara #Classwithlumix feat #dcikeliling pun dimulai tanpa menyanyikan lagi Indonesia Raya dan berdoa. Walau tanpa keduanya, sudah yakinlah jika semua yang hadir nasionalisnya tinggi dan mendoakan acara berjalan lancar tanpa gangguan.
Acara dimulai dengan pembukaan oleh mc yang cukup kocak walau keseringan garing dan krik..krik.., sehingga dari awal acaranya sudah terkesan sangat santai. Acara dilanjutkan dengan sambutan singkat oleh pemilik Rumah Film Sang Karsa Bli Putu Kusuma Wijaya dan acara pun dimulai.
Om Ben, memulai dengan memperkenalkan anggota tim DCI Keliling dan menyampaikan sejarah berdirinya DCI dengan sangat diplomatis, selayaknya seorang CEO dari grup facebook yang beranggota 113.180 akun (tidak disebut orang takutnya ada akun palsu). Setelah selesai menyampaikan sejarah DCI dilanjutkan dengan Om Bolang, berbagai pengalaman sebagai bloger dan vloger, bercerita berbagai situasi yang dihadapi saat melakukan pekerjaan videografi dan melakukan perjalanan ke berbagai daerah di Indoneisa. Kabarnya Om Bolang sudah berkunjung ke 34 provinsi dan puluhan kota di Indonesia. Diskusi dilanjutkan sesuai dengan kebutuhan para peserta yang bertanya.
Peserta satu persatu mengajukan pertanyaan kepada narasumber. Pertanyaan dari yang sifat teknis hingga tips dan trik. Sangat sedikit sekali Om Ben dan Om Bolang bicara tentang teknis camera dan teknis pengambilan gambar. Diskusi lebih banyak untuk mendorong dan memotivasi peserta untuk berkarya. Berkali-kali Om Ben, mengucapkan “KAMERA TERBAIK ADALAH KAMERA YANG ADA DI TANGANMU”.
Ucapan itu cukup menarik bagi saya, selain karena diucapkan berkali-kali, ucapan ini cukup memicu peserta termasuk saya untuk terus berkarya. Om Ben menerjemahkan ucapannya, “Apa pun alatmu, tetap akan bisa menghasilkan karya yang baik dan bagus, jika kamu bisa membuat ide cerita dengan baik dan bagus. Kamera dan kelengkapan lainnya hanya menjadi alat untuk mewujudkan ide yang ada dipikiranmu”.
Belajarlah membangun imajinasi seliar-liarnya untuk menciptakan visual yang menarik dan berfaedah bagi penonton. Jangan sampai, membuang waktu seseorang dengan percuma, untuk menonton karya, yang tidak ada isinya sama sekali. Kamera yang ada ditangan harus dimaksimalkan untuk menciptakan karya yang sebaik-baiknya. Banyak karya film yang baik dan bagus dikerjakan hanya menggunakan handphone dan kamera yang harganya tidak sampai puluhan juta.Jangan bilang kamera Mahal itu bagus malu tidak Ada ditanganmu.
Om Bolang pun, menegaskan apa yang diucapkan oleh Om Ben. Sebagai pelaku conten creator dalam bentuk video, merawat imajinasi itu haruslah terus dilakukan. Om Bolang mengistilahkan dengan Literasi Video. Literasi Video yang disebut oleh Om Bolang, memperbanyak tontonan video dari berbagai sumber dan memperbanyak membaca untuk merawat imajinasi seorang conten creator.
Jika alat-alat produksimu sangat bagus namun hasil karyamu biasa saja, itu namanya kurang ajar, namun jika alatmu sederhana dan hasil karyamu bagus dan baik, itu baru luar biasa. Jadi janganlah cuma nyombongin alat namun karyanya tak berkualitas. Disela-sela diskusi, sempat di putar karya film dan video yang menggunakan HP serta konsep-konsep yang menarik.
Trik yang dibagikan untuk para peserta #Classwithlumix feat #dcikeliling dalam menghasilkan dan menjaga karya, yaitu trik what if / bagaimana jika. Triks sederhana ini sebagaiknya selalu digunakan dalam setiap membuat karya. Memperhitungkan dan memprediksi setiap adengan maupun angel pengambilan gambar sangat baik tetap berpikir what if / bagaimana jika, hal ini akan membuat kita untuk tetap berpikir, setiap kemungkinan-kemungkinan yang akan terjadi dalam setiap proses.
Pola what if / bagaimana jika, sangat sering digunakan oleh pelaku-pelaku film untuk menciptakan adegan-adegan, untuk menjaga kwalitas karya. What if / bagaimana jika, dapat digunakan dengan baik, bila dilakukan latihan yang secara terus menerus. Pola ini tidak akan berjalan dengan baik, bila tidak pernah dilatihkan, dan dapat membuat penonton dengan mudah menebak alur yang kita buat dalam setiap video yang kita kerjakan.
Acara #Classwithlumix feat #dcikeliling, walau disponsori oleh Lumix Panasonic, Om Ben tak banyak bicara tentang kehebatan Lumix. Selama tiga jam diskusi, Om Ben Cuma satu kali, mempromokan sponsor utamanya Lumix Panasonic. Promo Lumix Panasonic dilakukan, saat ada yang bertanya tentang cara memilih kamera di tengah gempuran teknologi kamera digital yang sengat pesat dan cepat.
Pembahasan tentang produk Lumix Panasonic tidak banyak dilakukan namun banner, baju dan kamera Lumix Panasonic bertebaran memenuhi halaman Rumah Film Sang Karya, jujur saja saya cukup tertarik dengan produk Lumix Panasonic, ya semoga bisa segera saya miliki. Hehehehe
Membahas tentang video, artinya kita tidak bisa lepas dari audio. Video kurang baik, masih diampuni dibandingkan dengan audio yang kurang bagus. Dalam videografi, selain kita membuat gambar video, audio pun harus di gambar dengan baik. Terlalu sering, dalam produksi videografi, audio menjadi hal yang paling terakhir diperhitungkan, padahal audio sangat berperan penting dalam membangun dimensi ruang dalam video. Peranan audioman harus sangat dipertimbangkan untuk menunjang hasil akhir yang bagus. Audio mampu menguatkan imajinasi gambar yang ditampilkan dalam video.
Sebagai materi penutup, Om Ben, menekankan kepada para peserta untuk rajin-rajin membaca Buku Manual yang ada dicamera atau di alat lain yang menunjang produksi. Membaca buku manual akan mempermudah kita dalam memaksimalkan semua tombol dan menu yang ada pada kamera/yang lainnya saat berada di lapangan produksi. Penekanan yang kedua, belajar belajar dan terus belajar. Jangan pernah merasa pintar. Merasa pintar akan membuat kita mati dalam berkaya. Perkembangan teknologi dalam videografi terus berkembang, proses belajar akan membuat kita tidak tertinggal dari perkembangan teknologi yang terjadi. [T]