14 May 2025
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
tatkala.co
No Result
View All Result

Batur, Suluh Ritual dan Pentingnya Imajinasi

I Ngurah SuryawanbyI Ngurah Suryawan
May 28, 2019
inEsai
Batur, Suluh Ritual dan Pentingnya Imajinasi

Batur

143
SHARES

Ketika tidak menyisakan ruang untuk perbedaan, tradisi sedang membangun benteng kematiannya sendiri. Cepat atau lambat itu akan terjadi. Tradisi yang ingin hidup panjang akan memelihara perbedaan itu. Sedangkan tradisi yang membunuh perbedaan, walau ingin hidup panjang pasti berumur pendek (Palguna, 2007:19)


Begitu gegap gempitanya umat Hindu Bali menggelar upacara/ritual. Ini dipandang menunjukkan gairah umat  bersujud bakti kepada Ida Sanghyang Widhi Wasa. Dua ritual besar tersebut adalah Panca Wali Krama di Pura Agung Besakih dan Ngusaba Kadasa di Pura Ulun Danu Batur. Pura Agung Besakih dan Pura Ulun Danu Batur menjadi dua pura terpenting yang menjadi pusat orientasi ritual umat Hindu Bali.  Ayah saya dalam suatu kesempatan berujar, “Umat kita bangkit,” katanya mantap. Benarkah demikian? Apakah memang betul uah Hindu Bali sedang bangkit? Apakah sebelumnya tidur terlelap?

Sungguh sulit menanggapi pernyataan ayah saya tersebut. Jika melihat di permukaan, memperhatikan antusias umat untuk menuju jalan agama ini, tentu kita akan dibuat terpaku. Kemegahan dan kemeriahan ritual bukan rahasia lagi di Bali. Seluruh penjuru gumi Bali mengarahkan orientasi ke Batur dan Besakih. Seluruh krama Hindu Bali memiliki paket perjalanan bersama keluarga, komunitas, atau banjar dari Batur lalu kemudian diakhiri di Besakih.         

Jika kita mencoba lebih dalam merenungkan, pentas kemeriahan ritual hanyalah satu babakan. Babakan berikutnya adalah memaknai ritual bagi kemanusiaan itu sendiri. Ritual jika menyentuh akar tattwa-nya akan terhayati hingga ke sanubari, melekat kuat menjadi suluh dalam kehidupan. Namun, jika ritual hanya dimaknai sebatas pentas kemegahan dan status, maka kita akan disuguhkan teater kehidupan yang paling menakjubkan, sekaligus magis. Tidak berarti apa-apa bagi kehidupan, selain rutinitas dan beban. Setelahnya, kita akan hidup menjauh dari ritual tersebut.  Ritual sepatutnya memberi makna dalam kehidupan itu sendiri secara praksis. Namun, tentu tidak segampang itu. Agama dan ritual di dalamnya penuh dengan kompleksitas dan ketegangan. Yang membuat ketegangan itu tentu saja manusia, umat, yang menafsirkannya.

Di Bali, jalan agama yang gamblang dan kolektif dipraktikkan adalah ritual. Jalan inilah yang menyediakan ruang untuk masyarakat Bali memuja Tuhannya secara kolektif. Namun, sebaiknya kita merenungkan apa yang disampaikan oleh Palguna (2002: 17) bahwa praktik pola piker kolektif akan melahirkan individualism di dalam dirinya sendiri. Cepat atau lambat. Sehingga perlawanan lebih sering datang dari dalam. Bukan dari luar seperti yang diduga. Sebuah “benteng tradisi” yang dibangun menangkal pengaruh luar, yang dipandang negatif, tidak akan banyak berguna. Karena kekuatan perlawanan sedang dibangun di dalam dirinya sendiri, oleh dirinya sendiri.



Pelaksanaan ritual pakelem di Danau Batur pada pelaksanaan Danu Kertih 2019 (foto: I Ngurah Suryawan)

 Tradisi menuju Imajinasi?

Narasi satir dan ironi-ironi yang dituliskan IBM Dharma Palguna dalam bukunya, Budaya Kepintaran Sampai Budaya Kekerasan Pikiran(2007), bagi saya pribadi menohok kesadaran manusia Bali tentang diri dan lingkunganya. Entah bagi (manusia Bali) yang lain. Saya tertusuk hingga ke hulu hati merenungkan begitu kontradiktifnya kehidupan kita sehari-hari di pulau ini. Bayangkanlah, kebangkitan Hindu yang dibangga-banggakan dengan meriahnya ritual dan “kesadaran” umat pedek tangkilke pura-pura, berjalan beriringan dengan keberingasan manusia Bali, baik saat menebas saudaranya sendiri maupun terbius narkoba. Bisa jadi, pagi harinya mencakupkan bakti ke pura, namun petang harinya mulai beringas dan selalu awas jika suatu saat diserang musuh.

Ritual yang penuh harmoni berlangsung tanpa henti, namun keberingasan penuh ironi terus-menerus terjadi. Bagaimana memelihara (tradisi) ritual di tengah fragmen-fragmen kehidupan yang penuh ironi dan ambivalensi (kemenduaan)? Ritual, sebagaimana juga tradisi, sepatutnya menjejak bumi sekaligus juga jujur. Menjejak bumi dalam artian adalah merekam perubahan-perubahan yang lahir dari keberbedaan pendukungnya. Hanya dengan suara berbeda, hidup akan dinamis. Jika sudah seragam, yang terjadi adalah kepalsuan, kepura-puraan. Jujur adalah terbuka dan membiarkan setiap generasi mencari nilai yang sesuai dengan semangat zamannya. Jika tradisi yang kaku dan tidak jujur akan menyemaikan pertanyaan kritis perihal ada sesuatu yang disembunyikannya.

Saya menempatkan kita, krama Bali seluruhnya, terikat antara labirin-labirin yang membawa kita memahami tradisi—dogma dalam hal-hal tertentu— dalam sepanjang kehidupan ini. Ikatan pada tradisi dengan serangkaian ritual selain menjadi denyut nadi kehidupan juga sekaligus mencipta kebudayaan. Tradisi membawa kita belajar tentang kehidupan itu sendiri. Meski terkadang terkesan mengekang, tradisi menjadi amunisi untuk perubahan. Berimajinasi tentang perubahan-perubahan ke depan justru menjadi spirit tradisi tersebut. Tradisi yang tidak menciptakan perbedaan—dan perubahan itu sendiri—akan termakan oleh zaman. Oleh sebab itulah, manusia Bali, bagi saya, bukan tidak memiliki imajinasi ke depan meski terjerat labirin-labirin tradisi. Melalui tradisilah kita bisa memulai perubahan, meski itu sungguh-sungguh berat.

Ruang-ruang antara, keterhubungan dengan dunia global, dan memelihara imajinasi tentang Bali ke depannya, memungkinkan manusia Bali merefleksikan tradisinya. Dengan demikianlah yang akan memungkinkan daya-daya imajinasi perubahan itu lahir. Geertz (1992; Dharmayuda, 1992:16) justru mengingatkan:

Manusia harus melakukan kreasi dari ortodoksi (orthodoxy) menuju ortopraksis (orthopraxy). Manusia diharapkan jangan hanya terpaku pada dogma-dogma yang ketat apa adanya, tetapi melakukan penafsiran umum, melakukan penilaian, menemukan hakekat dasarnya, sehingga mencapai makna yang tersimpan dibalik semua itu. Tetapi perlu disadari bahwa usaha manusia seperti itu bukan hanya sekadar mengungkap makna-makna simbolik, tetapi lebih jauh dapat menghayati, meningkatkan kepribadian dan pada akhirnya merupakan sarana untuk menuntun kehidupan manusia dalam mencapai tujuan hidupnya.     

Batur adalah tradisi dan ritual itu sendiri. Jika melihat jejak peradabannya, jelaslah bahwa daerah kawasan bukit Cintamani Mmal (Kintamani) menjadi pusat peradaban spiritual Balidwipa. Sumarta (2015: 5), dengan mengacu pada catatan otentik prasasti 001 Sukawana A-I, menyebutkan pernah berdiri “kampus besar perguruan tinggi kerohanian” model Bali Kuno berupa pertapaan dan pesraman. Selain sebagai cikal-bakal peradaban spiritual, kawasan perbukitan Cintamani Mmal dengan Prasasti 001 Sukawana A-I menjadi bukti mulainya “revolusi aksara” yaitu keberaksaraan sebagai pembuka babakan zaman sejarah Bali.



Batur dan ritual adalah dua hal yang tidak terpisahkan. Masyarakat Batur dengan Pura Ulun Danu Batur nya masih bersetia melaksanakan rentetan ritual (foto: I Ngurah Suryawan)

Bagaimana Batur (desa, masyarakat, Pura Ulun Danu Batur dan pura-pura lain di wilayah kaldera) menjaga keberlangsungan tradisi sembari berimajinasi tentang perubahan ke depan? Jejaring pendukung desa terhadap pura-pura penting di kawasan Batur adalah modal sosial yang tiada tandingannya. Jejaring inilah, selain masyarakat Desa Batur keseluruhan, yang menopang keberlangsungan tradisi di Pura Ulun Danu Batur secara khusus. Jaringan Pepasihan/Pasihanmenerangkan sebuah jaringan ketergantungan kompleks dan rumit yang menghubungkan antara Ida Bhatara, pura, para petani, dan desa-desa yang terikat di dalamnya (Hauser-Schaublin, 2011: 30; 37).

Selanjutnya, bisakah Batur menggerakkan tradisi dan ritual itu sendiri, menjadi modal sosial untuk menanggapi perubahan? Sudah tentu agar ritual termanifestasi dalam kehidupan praksis manusianya. Satu hal yang penting juga adalah, menjadikan tattwaritual sebagai pondasi untuk merespon perubahan.

Saya membayangkan jika rentetan ritual yang orang Bali lakukan tidak terhenti pada kulit luar kemeriahan upacara semata. Nir-substansi, tanpa hakekat untuk pegangan hidup keseharian. Ritual sepatutnya menjadi suluh kehidupan, tentunya dengan memahai substansinya untuk dikontekstualisasikan dalam kehidupan keseharian. Jika sudah demikian, maka menjadi penting bagaimana orang Bali berimajinasi untuk menjadikan ritual bukan beban tradisi, tetapi modal sosial budaya untuk menguatkan spirit manusia Bali itu sendiri. Manusia Bali yang menjejak tradisi tetapi juga memiliki imajinasi tanpa henti untuk menanggapi perubahan. [T]

Batur, 31 Maret 2019

Tags: alamBaturDanau BaturGunung BatursastraTradisiupacara
Previous Post

Soal Mudik Gratis Bupati Eka: Suara Warganet, Politik Identitas, Framing Media, dll…

Next Post

Rasa Nano-Nano di Bulan Ramadhan ala Anak Kos

I Ngurah Suryawan

I Ngurah Suryawan

Antropolog yang menulis Mencari Bali yang Berubah (2018). Dosen di Fakultas Sastra dan Budaya, Universitas Papua (UNIPA) Manokwari, Papua Barat.

Next Post
Rasa Nano-Nano di Bulan Ramadhan ala Anak Kos

Rasa Nano-Nano di Bulan Ramadhan ala Anak Kos

Please login to join discussion

ADVERTISEMENT

POPULER

  • Refleksi Semangat Juang Bung Tomo dan Kepemimpinan Masa Kini

    Apakah Menulis Masih Relevan di Era Kecerdasan Buatan?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Ulun Pangkung Menjadi Favorit: Penilaian Sensorik, Afektif, atau Intelektual?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Tulak Tunggul Kembali ke Jantung Imajinasi

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • ”Married by Accident” Bukan Pernikahan Manis Cinderella

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • “Muruk” dan “Nutur”, Belajar dan Diskusi ala Anak Muda Desa Munduk-Buleleng

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

KRITIK & OPINI

  • All
  • Kritik & Opini
  • Esai
  • Opini
  • Ulas Buku
  • Ulas Film
  • Ulas Rupa
  • Ulas Pentas
  • Kritik Sastra
  • Kritik Seni
  • Bahasa
  • Ulas Musik

Menakar Kemelekan Informasi Suku Baduy

by Asep Kurnia
May 14, 2025
0
Tugas Etnis Baduy: “Ngasuh Ratu Ngayak Menak”

“Di era teknologi digital, siapa pun manusia yang lebih awal memiliki informasi maka dia akan jadi Raja dan siapa yang ...

Read more

Pendidikan di Era Kolonial, Sebuah Catatan Perenungan

by Pandu Adithama Wisnuputra
May 13, 2025
0
Mengemas Masa Silam: Tantangan Pembelajaran Sejarah bagi Generasi Muda

PENDIDIKAN adalah hak semua orang tanpa kecuali, termasuk di negeri kita. Hak untuk mendapatkan pendidikan yang layak,  dijamin oleh konstitusi...

Read more

Refleksi Visual Made Sudana

by Hartanto
May 12, 2025
0
Refleksi Visual Made Sudana

JUDUL Segara Gunung karya Made Sudana ini memadukan dua elemen alam yang sangat ikonikal: lautan dan gunung. Dalam tradisi Bali,...

Read more
Selengkapnya

BERITA

  • All
  • Berita
  • Ekonomi
  • Pariwisata
  • Pemerintahan
  • Budaya
  • Hiburan
  • Politik
  • Hukum
  • Kesehatan
  • Olahraga
  • Pendidikan
  • Pertanian
  • Lingkungan
  • Liputan Khusus
Anniversary Puri Gangga Resort ke-11, Pertahankan Konsep Tri Hita Karana

Anniversary Puri Gangga Resort ke-11, Pertahankan Konsep Tri Hita Karana

May 13, 2025
“Bali Stroke Care”: Golden Period, Membangun Sistem di Tengah Detik yang Maut

“Bali Stroke Care”: Golden Period, Membangun Sistem di Tengah Detik yang Maut

May 8, 2025
Mosphit Skena Segera Tiba, yang Ngaku-Ngaku Anak Skena Wajib Hadir!

Mosphit Skena Segera Tiba, yang Ngaku-Ngaku Anak Skena Wajib Hadir!

May 7, 2025
Bimo Seno dan Dolog Gelar Pertandingan Tenis Lapangan di Denpasar

Bimo Seno dan Dolog Gelar Pertandingan Tenis Lapangan di Denpasar

April 27, 2025
Kebersamaan di Desa Wanagiri dalam Aksi Sosial Multisektor Paras.IDN dalam PASSION Vol.2 Bali

Kebersamaan di Desa Wanagiri dalam Aksi Sosial Multisektor Paras.IDN dalam PASSION Vol.2 Bali

April 23, 2025
Selengkapnya

FEATURE

  • All
  • Feature
  • Khas
  • Tualang
  • Persona
  • Historia
  • Milenial
  • Kuliner
  • Pop
  • Gaya
  • Pameran
  • Panggung
Pendekatan “Deep Learning” dalam Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila 
Khas

Pendekatan “Deep Learning” dalam Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila

PROJEK Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P-5) di SMA Negeri 2 Kuta Selatan (Toska)  telah memasuki fase akhir, bersamaan dengan berakhirnya...

by I Nyoman Tingkat
May 12, 2025
Diskusi dan Pameran Seni dalam Peluncuran Fasilitas Black Soldier Fly di Kulidan Kitchen and Space
Pameran

Diskusi dan Pameran Seni dalam Peluncuran Fasilitas Black Soldier Fly di Kulidan Kitchen and Space

JUMLAH karya seni yang dipamerkan, tidaklah terlalu banyak. Tetapi, karya seni itu menarik pengunjung. Selain idenya unik, makna dan pesan...

by Nyoman Budarsana
May 11, 2025
Fenomena Alam dari 34 Karya Perupa Jago Tarung Yogyakarta di Santrian Art Gallery
Pameran

Fenomena Alam dari 34 Karya Perupa Jago Tarung Yogyakarta di Santrian Art Gallery

INI yang beda dari pameran-pemaran sebelumnya. Santrian Art Gallery memamerkan 34 karya seni rupa dan 2 karya tiga dimensi pada...

by Nyoman Budarsana
May 10, 2025
Selengkapnya

FIKSI

  • All
  • Fiksi
  • Cerpen
  • Puisi
  • Dongeng
Puisi-puisi Hidayatul Ulum | Selasar Sebelum Selasa

Puisi-puisi Hidayatul Ulum | Selasar Sebelum Selasa

May 11, 2025
Ambulan dan Obor Api | Cerpen Sonhaji Abdullah

Ambulan dan Obor Api | Cerpen Sonhaji Abdullah

May 11, 2025
Bob & Ciko | Dongeng Masa Kini

Bob & Ciko | Dongeng Masa Kini

May 11, 2025
Selendang Putih Bertuliskan Mantra | Cerpen I Wayan Kuntara

Selendang Putih Bertuliskan Mantra | Cerpen I Wayan Kuntara

May 10, 2025
Puisi-puisi Pramita Shade | Peranjakan Dua Puluhan

Puisi-puisi Pramita Shade | Peranjakan Dua Puluhan

May 10, 2025
Selengkapnya

LIPUTAN KHUSUS

  • All
  • Liputan Khusus
Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan
Liputan Khusus

Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan

SEBAGAIMANA Banyuwangi di Pulau Jawa, secara geografis, letak Pulau Lombok juga cukup dekat dengan Pulau Bali, sehingga memungkinkan penduduk kedua...

by Jaswanto
February 28, 2025
Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan
Liputan Khusus

Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan

SUNGGUH kasihan. Sekelompok remaja putri dari Desa Baturiti, Kecamatan Kerambitan, Tabanan—yang tergabung dalam  Sekaa Gong Kebyar Wanita Tri Yowana Sandhi—harus...

by Made Adnyana Ole
February 13, 2025
Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti
Liputan Khusus

Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti

BULELENG-BANYUWANGI, sebagaimana umum diketahui, memiliki hubungan yang dekat-erat meski sepertinya lebih banyak terjadi secara alami, begitu saja, dinamis, tak tertulis,...

by Jaswanto
February 10, 2025
Selengkapnya

ENGLISH COLUMN

  • All
  • Essay
  • Fiction
  • Poetry
  • Features
Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

March 8, 2025
Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

November 30, 2024
The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

September 10, 2024
The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

July 21, 2024
Bali, the Island of the Gods

Bali, the Island of the Gods

May 19, 2024

TATKALA.CO adalah media umum yang dengan segala upaya memberi perhatian lebih besar kepada seni, budaya, dan kreativitas manusia dalam mengelola kehidupan di tengah-tengah alam yang begitu raya

  • Penulis
  • Tentang & Redaksi
  • Kirim Naskah
  • Pedoman Media Siber
  • Kebijakan Privasi
  • Desclaimer

Copyright © 2016-2024, tatkala.co

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis

Copyright © 2016-2024, tatkala.co