Tanpa sengaja, saat gowes di ujung Banjar Pinge, Desa Tua, Kecamatan Marga, Tabanan, Bali, saya bertemu sebuah gundukan besar di kiri jalan. Awalnya saya tidak memperhatikannya. Tapi semakin dekat, gundukan itu semakin menarik. Ternyata gundukan itu akar sebuah pohon kelapa, yang mungkin tercerabut karena tanah longsor.
Semakin dekat, tampaknya semakin menarik. Gundukan itu bukan sekadar gundukan tanah yang diikat akar-akar serabut pohon kelapa. Ternyata ada tangan-tangan kreatif yang mengubahkan menjadi tak sekadar gundukan.
Gundukan itu jelas kemudian tampak seperti kepala besar. Pada bekas potongan batang pohon kelapa yang tumbang itu dengan posisi sedemikian rupa itu, diberi garis sehingga menyerupai mulut. Di atas bibir itu kebetulan ada gundukan kecil yang menyerupai hidung.
Tak sampai di situ. Gundukan akar kelapa itu diisi dua buah kelapa. Klop dah! Sebuah wajah yang unik tercipta. Ekspresinya juga lucu. Selintas mungkin tampak seperti King Kong, atau kepala hewan besar lain semacam anjing laut raksasa atau tikus hutan yang salah obat.
Saya tak melewatkan kesempatan itu. Langsung memarkir sepeda. Mengeluarkan smartphone dan cekrek, sebuah foto unik pun tercipta. Untunglah sinyal di desa itu lumayan kuat, sehingga foto itu bisa langsung terunggah di media sosial facebook. Tak beberapa lama, berbagai komentar dan like pun bermunculan.
Sebelumnya sudah banyak yang selfie di tempat itu. Seorang teman di facebook berkomentar, bahwa patung kepala besar itu bisa memberikan rejeki, yang penting kita menghaturkan sesajen. Ah ada-ada saja teman saya ini. Masak sih kita menyembah berhala.
Ini masuk wilayah banjar Pinge, Desa Tua, Kecamatan Marga, Tabanan. Sebuah tempat yang sudah ditetapkan dan diresmikan sebagai Desa Wisata oleh Bupati Tabanan beberapa tahun yang lalu. Pinge adalah kampung yang sejuk dan asri. Semua warga banjar begitu sadar akan kebersihan lingkungan, sehingga ketika memasuki banjar ini, kita akan sulit menemukan sampah berserakan.
Ini tempat favorit saya bersepeda. Juga tempat yang disukai bagi sebagian besar biker, yang sengaja melintasi desa ini dalam sebuah acara touring sepeda.Jalannya mulus dan kecil. Kanan kiri jalan dilindungi beton sekitar 20 sentimeter, agar aspal tidak cepat terkelupas dibawa air. Setelah itu rumput hijau yang selalu dipotong rapi. Saluran airnya juga bagus.
Memang Desa Wisata Pinge belum sebagus Desa Wisata Penglipuran, yang kini sedang dibanjiri wisatawan dalam dan luar negeri. Desa Wisata Pinge ini baru dirintis, mungkin perlu sedikit promosi untuk perkenalan. Kabarnya juga sudah ada pondok wisata di sini, bagi para wisatawan yang kebetulan ingin menginap dan merasakan keheningan sebuah desa. Tidak semua wisatawan suka dengan hingar- bingar diskotik seperti di Kuta yang sekarang semakin sesak. Wisatawan yang butuh ketenangan, silakan datang ke sini.
Beberapa minggu lalu di Banjar Pinge ini diadakan seleksi Prapon Bali 2020, untuk menjaring atlit-atlit muda yang akan mewakili Bali di PON nanti, untuk cabor balap sepeda. Saat itu lingkungan banjar ini medadak ramai pagi-pagi, dipenuhi para atlit pembalap sepeda yang datang dari seluruh Bali.
Mereka berlomba kecepatan dan kekuatan, mengitari banjar ini sampai ke Desa Apuan yang masuk wilayah Kecamatan Baturiti, muter-muter 10 kali. Sayangnya saat itu, tanah itu belum longsor sehingga belum ada patung Si Kepala Besar. Kalau sudah, pasti akan jadi obyek selfie bagi para peserta lomba sebelum bertarung.
Bulan September 2019 nanti, di Desa Wisata Pinge ini akan diadakan lomba criterium dan roadrace Porprov Bali 2019, karena saatnya Tabanan jadi tuan rumah. Dengan acara lomba itu, Desa Wisata Pinge ini akan lebih dikenal. Bagi teman-teman komunitas sepeda yang jauh-jauh datang untuk menonton lomba nanti, sempatkanlah waktu untuk berfoto-ria dengan patung Si Kepala Besar.
Sebagai pemanasan. Sebelum lomba dimulai, jalan saja ke arah utara melewati ujung desa. Sekitar 100 meter dari ujung desa, ketemu dah sama gundukan besar di kiri jalan. Itu dah dia. [T]