Ini adalah catatan aktor sebelum pementasan Komunitas Senja dengan judul “SANG GURU” adaptasi naskah monolog “Pidato 7 Menit” karya Hendra Utay, Sabtu, 18 Mei 2019 pukul 18:00 WITA. Pementasan ini dalam rangka “Program Penyajian dan Pembangunan Seni UPTD Taman Budaya Art Centre 2019”, di Gedung Ksirarnawa, Art Centre, Taman Budaya Denpasar.
Di tulisan ne, jeleme ne lakar nyatua kidik bagaimana sebenarnya pandangan saya mengenai, sikap, dan rasa seorang actor dalam menyikapi sebuah karya pementasan dalam katagori drama modern yang disutradarai oleh berbeda-beda orang menurut tiyang ngih, hehe..
Di coretan ini saya akan menceritakan sedikit aja lo ya tentang studi kasus proses berlatih untuk pementasan drama modern Komunitas Senja yang berjudul Sang Guru. Naskah ini adalah karya Hendra Irwanto atau biasanya dipanggil Eyang Utay. Ditulis ulang atau diadaptasi oleh Komang Adi Wiguna selaku penulis naskah dan Sutradara.
Masih belum lepas dari ingatan saya ketika ditahun-tahun sebelumnya sempat mementaskan lakon Presiden Kita Tercinta untuk sebuah perlombaan teater waktu itu. Berkaca dari pementasan sebelumnya, menjalani sebuah proses mementaskan sebuah drama modern gampang-gampang susah. Men bes serius gen jelek masih, men bes leyeh-leyeh jelek masih kuks.. hahahaha..namanya saja hobi bisa diaturlah.
saya lupa menghitung berapa kali menjalani sebuah proses berlatih teater dari semenjak SMA. Maklum, dulu orientasi hidup masih bermain-main dengan masa muda walaupun sekarang sama saja. Seingat saya jaman itu saya bersama genk teater SMA (waktu itu Teater Topenk) mengikuti Pekan Seni Remaja yang terdapat nomor Drama Modern didalamnya. Sekitar 2 kali mengikuti ajang tersebut lalu tiba-tiba nomor pementasan itu dihapus dan sudah tidak ada lagi PSR sungguh sangat disayangkan.
Menginjak dari tahap itu, sampai hari ini kira-kira mungkin ada 15 proses pementasan termasuk monolog yang sudah saya lalui dengan berbeda-beda sutradara. Unfortunately, setiap insan manusia sepertinya sudah ditakdirkan memiliki kekurangannya masing-masing. Perbedaan ambisi, karakter, sifat,sikap, berbicara, berpikir, bertindak, merasakan, empati seakan sudah menjadi curse yang dibawa semenjak lahir. Nah hal inilah yang bergejolak selama proses pementasan tadi.
Menurutku peran sutradara disini adalah segalanya. setiap sutradara sudah tersirat memiliki keunikannya masing-masing dalam membina aktor-aktornya. Untuk kita menyikapi keunikan ini, point pentingnya yaitu teori gelas kosong. kalo ada yang kurang paham dengan teori ini monggo tanyak sutradaranya hahha..
Setiap pengalaman melewati proses pementasan itu sama sekali tidak sama dengan menjalani proses pementasan sebelumnya. Dibutuhkan kerja sama dengan hati dan tubuh untuk selalu meredam ego, menjaga mood, dan menggali kembali pengalaman-pengalaman sebelumnya sebagai seorang aktor. Ingat sekali lagi, ini hanya hobby. Hobby tidak akan asik kalau tidak dijalani dengan alasan pertama kita menyukai hobby tersebut.
Alasan saya menulis ini pun berdasarkan hobby dan sama sekali tidak ada rasa keterpaksaan untuk belajar,belajar,dan belajar dan jadilah hobby baru, hehe..tetapi kembali lagi ini hanya opini dan apa yang saya rasakan selama ini menghadapi panggung teater.
Pengalaman proses pementasan Sekali Pentas dan Komunitas Senja dari awal tahun 2019 hingga saat ini sebagian besar memberikan saya pandangan-pandangan bagaimana menyikapi,mengendalikan, dan menge-push kemampuan saya dalam olah keaktoran ini.
Akhirnya walau siapapun itu sutradaramu, adalah tugas kita sebagai aktor untuk selalu mendukung ide-idenya. Adalah tugas kita untuk terus mencari dan menggali lagi pengkarakteran tokoh yang kita lakonkan, adalah tugas kita untuk selalu berkomunikasi sesama lawan main untuk saling menyelamatkan scene dan adalah tugas kita nantinya dipanggung untuk selalu sadar dan lakukan apa yang telah kita latih sebelumnya.
Satu hal yang saya sering rasakan adalah ketenangan untuk mementaskan lakon itu mutlak harus dicari oleh masing-masing aktor. Bagaimana cara mencarinya? Sudahlah, ini cuman hobby yo, hahaha… Jika saya rusak teater itu dengan ketegangan,kekakuan,keegoan,kemoodyan, so seberapa asyik lagikah teater itu? [T]