4 June 2025
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
tatkala.co
No Result
View All Result

“Harusnya Drama Gong Ne!” – Ulasan Kecil Pementasan Drama Musikal Pan Balang Tamak

Jong Santiasa PutrabyJong Santiasa Putra
May 10, 2019
inUlasan
“Harusnya Drama Gong Ne!” – Ulasan Kecil Pementasan Drama Musikal Pan Balang Tamak

Pentas Drama Musikal Pan Balang Tamak, dipentaskan Yayasan Pendidikan Dria Raba di Gedung Ksirarnawa Taman Budaya Denpasar, 7 Mei 2019

24
SHARES

Beberapa waktu lalu, 7 Mei 2019, saya menonton satu nomor pertunjukan berjudul, Pentas Drama Musikal Pan Balang Tamak, dipentaskan Yayasan Pendidikan Dria Raba di Gedung Ksirarnawa Taman Budaya Denpasar. Sutradara Rasta dan Dramaturg-nya Mas Hendra Utay. Sebagai catatan penting kawan-kawan aktor dan pemusik adalah penyandang tunanetra, dan dari pengamatan saya ada yang tunanetra total ada pula low vision.

Suatu pertunjukan yang menakjubkan, dan penuh perjuangan saya pikir.

Tapiiiii….., tentu ada tapi. Sebagai penonton yang baik dan budiman, saya hendak memberi beberapa catatan, beberapa masukan, ulasan kecil, sebagai bentuk autokritik teater Bali pada umumnya, sebab saya pun berada di dalam lingkaran tersebut.

Kadang saya sulit untuk menempatkan diri jika menonton pementasan, yang mana sebagai pelaku, dengan kepala penuh pemahaman, yang mana sebagai penonton tanpa tedensi apapun. Kadang-kadang jika kepala sudah penuh tahu, kemudian menonton pementasan, ketegangannya selalu terletak pada alam bawah sadar dan imaji yang menginginkan lebih.

Contohnya Pementasan Pan Balak ini. Sampai tulisan ini dibuat, kepala saya masih dibayangi pementasan tersebut. Masih terbayang saya duduk di sebelah kanan panggung, beberapa kali ngedumel saat stage manager-nya nggak bekerja maksimal. Beberapa kali saya ketawa terpingkal-pingkal  saat pemain ngelawak, bahkan berulang kali saya memberi tawaran adegan, sebenarnya bisa diginiin, bisa digituin. Sayang saja kalau tidak tercatat, apalagi usai pentas tidak ada diskusi terbuka untuk penonton.

Kisah Pan Balang Tamak menceritakan seseorang raja yang membenci tokoh Pan Balang Tamak. Raja ingin membunuhnya, karena anak raja mencintai si tokoh kita. Tapi untung saja kejahatan raja digagalkan oleh patih raja yang melihat tingkah raja sudah menyimpang.

Terus terang yah wan kawan, saya begitu berjarak secara sosial dengan kawan kawan penampil. Labeling tunanetra yang melekat adalah pekerjaannya sebagai tukang pijat, dengan kacamata hitam, tongkat petunjuk jalan, dan tas selempang. Stereotype ini sudah mengerak di kepala, sejak sejumlah sinetron, atau film di TV, membekukan imaji ini.

Tidak pernah terbayangkan kawan-kawan  akan bermain sandiwara di atas panggung, memberi suguhan yang mengocok perut, diiringi oleh sejumlah lagu, tarian. Sudah barang tentu  setiap penonton yang hadir malam itu, sepakat pementasan berhasil dan sukses.

Saya menyusur sejumlah penonton, mereka adalah kawan-kawan SMP, SMA dan mahasiswa yang tergabung dalam kelompok teater di sekolahnya masing-masing, dan bapak-bapak ibu-ibu PNS yang harus hadir, karena pementasan itu didanai pemerintah.

Ait tunggu dulu. Bagi saya pribadi. Menonton pertunjukan; teater, tari, musik, dan jenis kesenian lainnya, adalah sebuah cerminan atau sepenggal kisah dari masyarakat, yang kemudian diolah dan dibawa ke atas panggung. Mampu menyentuh memori kolektif penonton, sebab penonton adalah produk masyarakat itu sendiri. Memberi penyadaran, bahkan lebih ekstrim sampai pada tahap empati dan mengintimidasi penonton, alam  sadar penonton yang abai karena pengaruh rutinitas berulang atau mekanis,  dikejutkan, sehingga efeknya berhasil, dan dibawa pulang ke rumah, diceritakan, lalu menjadi tanggung jawab bersama.

Dari pemilihan judul pementasan di poster, saya sudah diimingi-imingi menonton Drama Musikal. Kepala saya ini dipenuhi ekspektasi drama musikal ala Broodway, atau mendekati broodway-lah, dengan teknik dialog bernyanyi, teknologi panggung yang mengejutkan, alur adegan yang mempesona. Nyatanya pementasan  lebih mirip Drama Gong, yang sempat ngetop pada tahun 80-90-an di Bali.

Aiiiiih saya rindu sekali nonton Drama Gong. Kelompok-kelompok drama gong waktu itu,  sangat mempengaruhi setiap lini masyarakat. Kenangan saya langsung meluncur ke zaman SD dulu. Bagaimana Drama Gong tokoh Petruk dan Dollar selalu dibicarakan di kelas, di tempat bermain, di posko, waktu jam istirahat. Seolah-olah tontonan Drama Gong menjadi syarat tingkat keren. Karena joke-joke mereka kami bawakan dan adaptasi di lingkungan sekolah.

Masih ingat juga, sewaktu perpisahan sekolah SD, saya memimpin grup drama gong, mencukil beberapa adegan dari Drama Gong yang kita tonton bersama, masih menggunakan VCD.

Pementasan Pan Balang Tamak memang berisi tarian, musik, lagu, tapi tidak lebur menjadi satu kesatuan utuh, persis seperti Drama Gong, setiap pemainnya keluar ada lagu yang mengiringi, pilihan lagu pun, kekinian dan ngetop saat ini. Beberapa lagu malah nampak berjarak dari tema  yang diusung. Jika saja kata-kata Drama Musikal itu diganti dengan Drama Gong, mungkin akan menyentuh pasar yang berbeda, tidak hanya kalangan anak anak sekolah saja. Embel embel drama musikal mungkin terlalu berat dan ambisius atau sekedar menjadi dalih marketing saja.

Pemain musik dalam pementasan drama musikal Pan Balang Tamak

Pembacaan saya yang lain, Sutradara dan Dramaturg-nya kurang berhasil melakukan observasi yang mendalam terhadap kawan-kawan tunanetra serta mengaitkannya ke konteks masyarakat dewasa ini. Hal ini terlihat, bagaimana pola lantai yang kurang jelas, keluar masuk pemain tanpa perhitungan dan pertimbangan, kejaranannya hanya pada bentuk utuh, dan eksistensi di atas panggung. Padahal jika digali lagi, mengadaptasi cara kawan-kawan tunanetra dalam kesehariannya, banyak hal yang dapat dipertimbangkan jadi bentuk adegan.

Misalnya begini, saya tahu betul bagaimana tingginya tingkat hapalan kawan tunanetra. Kelebihan ini semestinya diturunkan menjadi skor pola bergerak di atas panggung. Panggung ditata sedemikian rupa, diisi benda-benda untuk mengingat struktur ruang. Pasti dasyat. Atau  tambahkan saja dua pemain cameo, yang keberadaannya remang-remang, kadang jadi aktor, kadang jadi penegas, kadang membantu pemain untuk menentukan ruang gerak.

Karena beberapa kali pemain salah jalan, menabrak kain, menabrak hiasan, bahkan salah tempat duduk. Penonton dapat memakluminya dari sisi kemanusiaan, tapi dari sudut pandang pertunjukan dan teknis, hal ini dapat diselesaikan, jika saja lebih teliti, cermat, dan berproses panjang.

Pertunjukan malam itu hampir tidak lepas dari lawakan, mulai dari umpatan khas Bali yang nyelekit, hingga sampai bahasan-bahasan yang sedang viral saat ini. Penonton diberi ruang untuk melompat-lompat dalam imaji, kemanakah iya harus menyimpulkan, diterbangkan antara dongeng dan realitas. Nampaknya Dramaturg Mas Hendra Utay sedang hendak bermain-main di ranah ini, strateginya wacana kebanyakan, agar kawan-kawan penonton tidak terlalu berjarak.

Tapi kadang-kadang terlalu nampak menjauhkan konsep, membantingnya begitu saja, misalkan pakaian pemain sangat bagus dengan mengusung tema Bali kontemporer, namun ditabrak begitu saja dengan properti-properti  maenan, pedang mainan, ayam mainan, botol plastik tuak. Jadi gerimutan cang.

Konteks benturannya sudah saya rasakan, dari penggunaan bahasa Bali, Indonesia, dan diselingi  bahasa Inggris. Kemudian lagu-lagu pun saya rasakan benturannya, lagu Bali, lagu Indonesia kini, bahkan dibentur dengan dangdut. Maksud saya haruslah satu diteguhkan, sebab yang lain sudah mix. Betapa kerennya patih-patih itu menggunakan keris beneran, tapi lagunya dangdut. Bayangkan saya sih begitu.

Satu lagi menilik pengalaman-pengalaman bersoal kerjasama dan kolektifan dalam membangun pementasan, harus disadari sebuah pertunjukan memiliki rencana jelas ke depan. Setelah pentas mau ke mana lagi, apa selanjajutnya, bisakah menghadirkan pentas mandiri.

Satu adegan dalam pementasan drma musikal Pan Balang Tamak

Kata kawan saya, jika suatu pergerakan didanai oleh pihak ketiga, hampir 80 persen, maka niscaya gerakan itu perlahan tenggelam. Saya rasa ini tanggung jawab bersama, khususnya yang berkolektif, agar berkarya tidak pada satu moment saja. Saya memiliki mimpi kecil, jika saja kelompok pentas itu membentuk kelompok Drama Modern, kan menarik, lalu dikelola dengan managemen yang baik. Bisa jadi gerakan besar itu.

Ya saya setuju dengan istri bapak gubernur yang saat itu memberi sambutan, bahwa memang benar seni dapat menyalurkan bakat anak-anak muda sehingga berlaku positif, tapi kan tidak cukup di situ. Harus dipikirkan juga seberapa jauh seni mampu mengubah cara pandang, membangun masyarakatnya dengan baik, tidak menjadi kelompok eksklusif. Melibatkan penonton sampai kesadarannya.

Saya jadi ingat pernah membaca satu tulisan  pementasan Margi Wuta oleh Teater Gardanalla, sutradara dan penulis naskah nya  Joned Suryatmoko, bekerja sama dengan Ari Wulu Penata Musik dan Bunyi, tahun 2011 di Yogjakarta. Bagaimana Mas Joned sebagai sutradara mampu menghadirkan eksistensi kawan-kawan tunanetra hingga berdampak pada nurani penonton. Ini eksperimen yang panjang tentunya, dengan observasi dan skala trial error berulang. Tidak hadir sebagai eksplorasi estetik, apalagi eksploitasi semata.

Anggoang mone ah, Heri ngantosang di sisi, ajakine minum. Pedalem ye sing ngelah timpal, hehe

Selamat membaca teman teman. [T]

Tags: Dramadrama gongdrama musikalseni pertunjukanTeatertunanetra
Previous Post

“Laklak Gede” Isi Pisang di Pasar Penebel, Namanya Laklak Biu Men Bayu

Next Post

Berani-Beraninya Nonton “Sexy Killers” di Universitas Panji Sakti Singaraja

Jong Santiasa Putra

Jong Santiasa Putra

Pedagang yang suka menikmati konser musik, pementasan teater, dan puisi. Tinggal di Denpasar

Next Post
Berani-Beraninya Nonton “Sexy Killers” di Universitas Panji Sakti Singaraja

Berani-Beraninya Nonton “Sexy Killers” di Universitas Panji Sakti Singaraja

Please login to join discussion

ADVERTISEMENT

POPULER

  • “Muruk” dan “Nutur”, Belajar dan Diskusi ala Anak Muda Desa Munduk-Buleleng

    “Muruk” dan “Nutur”, Belajar dan Diskusi ala Anak Muda Desa Munduk-Buleleng

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Sang Hyang Eta-Eto: Memahami Kalender Hindu Bali & Baik-Buruk Hari dengan Rumusan ‘Lanus’

    23 shares
    Share 23 Tweet 0
  • Hari Lahir dan Pantangan Makanannya dalam Lontar Pawetuan Jadma Ala Ayu

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Lonte!

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Ini Sumbangan Ketut Bimbo pada Bahasa Bali | Ada 19 Paribasa Bali dalam Album “Mebalih Wayang”

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

KRITIK & OPINI

  • All
  • Kritik & Opini
  • Esai
  • Opini
  • Ulas Buku
  • Ulas Film
  • Ulas Rupa
  • Ulas Pentas
  • Kritik Sastra
  • Kritik Seni
  • Bahasa
  • Ulas Musik

Tidak Ada Definisi untuk Anak Pertama Saya

by Dewa Rhadea
June 4, 2025
0
Tawuran SD dan Gagalnya Pendidikan Holistik: Cermin Retak Indonesia Emas 2045

KADANG saya mencoba menjelaskan kepada orang-orang seperti apa anak pertama saya. Tapi jujur saja, saya tidak tahu bagaimana harus mendefinisikannya....

Read more

The Voices After Cak!: Keriuhan di Balik-balik Tubuh yang Diguncang

by Wulan Dewi Saraswati
June 4, 2025
0
The Voices After Cak!: Keriuhan di Balik-balik Tubuh yang Diguncang

MALAM di taman kuliner Ubud Food Festival sangat menggiurkan. Beberapa orang sudah siap duduk di deretan kursi depan, dan beberapa...

Read more

Susu dan Tinggi Badan Anak

by Gede Eka Subiarta
June 3, 2025
0
Puasa Sehat Ramadan: Menu Apa yang Sebaiknya Dipilih Saat Sahur dan Berbuka?

KALSIUM merupakan mineral utama yang diperlukan untuk pertumbuhan tulang kita, tepatnya untuk pertumbuhan tinggi badan. Kandungan kalsium tertinggi ada pada...

Read more
Selengkapnya

BERITA

  • All
  • Berita
  • Ekonomi
  • Pariwisata
  • Pemerintahan
  • Budaya
  • Hiburan
  • Politik
  • Hukum
  • Kesehatan
  • Olahraga
  • Pendidikan
  • Pertanian
  • Lingkungan
  • Liputan Khusus
Perpres 61 Tahun 2025 Keluar, STAHN Mpu Kuturan Sah Naik Status jadi Institut

Perpres 61 Tahun 2025 Keluar, STAHN Mpu Kuturan Sah Naik Status jadi Institut

May 29, 2025
 Haul Buya Syafii Maarif : Kelas Reading Buya Syafii Gelar Malam Puisi dan Diskusi Publik

Haul Buya Syafii Maarif : Kelas Reading Buya Syafii Gelar Malam Puisi dan Diskusi Publik

May 27, 2025
911—Nomor Cantik, Semoga Nomor Keberuntungan Buleleng di Porprov Bali 2025

911—Nomor Cantik, Semoga Nomor Keberuntungan Buleleng di Porprov Bali 2025

May 21, 2025
Inilah Daftar Panjang Kusala Sastra Khatulistiwa 2025

Inilah Daftar Panjang Kusala Sastra Khatulistiwa 2025

May 17, 2025
Meningkat, Antusiasme Warga Muslim Bali Membuka Tabungan Haji di BSI Kantor Cabang Buleleng

Meningkat, Antusiasme Warga Muslim Bali Membuka Tabungan Haji di BSI Kantor Cabang Buleleng

May 16, 2025
Selengkapnya

FEATURE

  • All
  • Feature
  • Khas
  • Tualang
  • Persona
  • Historia
  • Milenial
  • Kuliner
  • Pop
  • Gaya
  • Pameran
  • Panggung
Menjaga Rasa, Menjaga Bangsa | Dari Diskusi Buku “Ragam Resep Pangan Lokal” di Ubud Food Festival 2025
Panggung

Menjaga Rasa, Menjaga Bangsa | Dari Diskusi Buku “Ragam Resep Pangan Lokal” di Ubud Food Festival 2025

MATAHARI menggantung tenang di langit Ubud ketika jarum jam perlahan menyentuh angka 12.30. Hari itu, Minggu, 1 Juni 2025, Rumah...

by Dede Putra Wiguna
June 4, 2025
Lalapooh: Cinta, Crepes, dan Cerita di Tengah Pasar Senggol Pelabuhan Tua Buleleng
Kuliner

Lalapooh: Cinta, Crepes, dan Cerita di Tengah Pasar Senggol Pelabuhan Tua Buleleng

SORE menjelang malam di Pasar Senggol, di Pelabuhan Tua Buleleng, selalu tercium satu aroma khas yang menguar: adonan tipis berbahan...

by Putu Gangga Pradipta
June 4, 2025
Film “Story” dan “AI’r”: Tekhnologi dan Lain-lain | Catatan dari Layar Kolektif Bali Utara
Panggung

Film “Story” dan “AI’r”: Tekhnologi dan Lain-lain | Catatan dari Layar Kolektif Bali Utara

ADA enam flm pendek produksi devisi film Mahima Institute Indonesia (Komunitas Mahima) diputar di Kedai Kopi Dekakiang dengan tema “BERTUMBUH”,...

by Sonhaji Abdullah
June 4, 2025
Selengkapnya

FIKSI

  • All
  • Fiksi
  • Cerpen
  • Puisi
  • Dongeng
Lengkingan Gagak Hitam | Cerpen Mas Ruscitadewi

Lengkingan Gagak Hitam | Cerpen Mas Ruscitadewi

May 31, 2025
Puisi-puisi Eddy Pranata PNP | Stasiun, Lorong, Diam

Puisi-puisi Eddy Pranata PNP | Stasiun, Lorong, Diam

May 31, 2025
Kampusku Sarang Hantu [1]: Ruang Kuliah 13 yang Mencekam

Kampusku Sarang Hantu [17]: Wanita Tua dari Jalur Kereta

May 29, 2025
Menunggu Istri | Cerpen IBW Widiasa Keniten

Menunggu Istri | Cerpen IBW Widiasa Keniten

May 25, 2025
Kampusku Sarang Hantu [1]: Ruang Kuliah 13 yang Mencekam

Kampusku Sarang Hantu [16]: Genderuwo di Pohon Besar Kampus

May 22, 2025
Selengkapnya

LIPUTAN KHUSUS

  • All
  • Liputan Khusus
Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan
Liputan Khusus

Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan

SEBAGAIMANA Banyuwangi di Pulau Jawa, secara geografis, letak Pulau Lombok juga cukup dekat dengan Pulau Bali, sehingga memungkinkan penduduk kedua...

by Jaswanto
February 28, 2025
Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan
Liputan Khusus

Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan

SUNGGUH kasihan. Sekelompok remaja putri dari Desa Baturiti, Kecamatan Kerambitan, Tabanan—yang tergabung dalam  Sekaa Gong Kebyar Wanita Tri Yowana Sandhi—harus...

by Made Adnyana Ole
February 13, 2025
Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti
Liputan Khusus

Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti

BULELENG-BANYUWANGI, sebagaimana umum diketahui, memiliki hubungan yang dekat-erat meski sepertinya lebih banyak terjadi secara alami, begitu saja, dinamis, tak tertulis,...

by Jaswanto
February 10, 2025
Selengkapnya

ENGLISH COLUMN

  • All
  • Essay
  • Fiction
  • Poetry
  • Features
Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

March 8, 2025
Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

November 30, 2024
The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

September 10, 2024
The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

July 21, 2024
Bali, the Island of the Gods

Bali, the Island of the Gods

May 19, 2024

TATKALA.CO adalah media umum yang dengan segala upaya memberi perhatian lebih besar kepada seni, budaya, dan kreativitas manusia dalam mengelola kehidupan di tengah-tengah alam yang begitu raya

  • Penulis
  • Tentang & Redaksi
  • Kirim Naskah
  • Pedoman Media Siber
  • Kebijakan Privasi
  • Desclaimer

Copyright © 2016-2024, tatkala.co

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis

Copyright © 2016-2024, tatkala.co