Kiccho manussapatilabho
kiccham maccana jivitam
Kiccham saddhammassavanam
kiccho buddhanamuppado
.
Sungguh sulit untuk dapat terlahir sebagai manusia,
sungguh sulit untuk dapat bertahan hidup
Sungguh sulit untuk dapat mendengarkan Dhamma,
Sungguh jarang terjadi kelahiran para Buddha
(Dhammapada 182)
.
Agama Buddha sanggup memenuhi kebutuhan ilmu pengetahuan modern. Begitulah antara lain yang dikatakan oleh Albert Einstein, seorang ilmuwan yang dijuluki Bapak Ilmu Pengetahuan Modern. Menurut Eisntein, agama Buddha berdiri untuk kemajuan pengetahuan dan kebebasan kemanusiaan di semua tingkat kehidupan. Tidak ada satupun ajaran dalam agama Buddha yang harus ditarik atau direvisi dalam menghadapi penemuan pengetahuan ilmiah modern. Semakin banyak hal baru yang ditemukan ilmuwan, semakin dekat mereka dengan penjelasan Sang Buddha tentang alam semesta. Rasa hormat Einstein terhadap agama Buddha sesungguhnya adalah sebuah kebanggan bagi para umat di seluruh dunia. Namun, apakah sebuah kebanggaan harus didasarkan pada rasa hormat dan kekaguman orang lain?
Khawatir akan populasi umat Buddhis yang semakin minim dan prihatin menjadi golongan minoritas tidaklah sedahsyat ketakutan terhadap ancaman kepunahan agama Buddha bagi generasi selanjutnya. Generasi muda, entah disadari atau tidak, memiliki peranan penting dalam pelestarian Buddha Dhamma. Itulah yang kemudian mendorong DPC Patria Denpasar untuk mengadakan sebuah seminar remaja bertajuk “Proud to Be Buddhist” — sebuah seminar khusus generasi muda Buddhis untuk bersama-sama menyelami lebih dalam makma kebanggan menjadi seorang umat Buddhis dengan bijaksana.
Acara tersebut diadakan pada Minggu, 05 Mei 2019, bertempat di Dhammahall Vihara Buddha Sakyamuni, Denpasar.
Sejak pukul 12.30 WITA, beberapa peserta sudah terlihat memenuhi meja registrasi, beberapa panitia dengan atasan putih dan bawahan hitam sambil dibalut rompi biru patria juga terlihat sibuk mengurus beberapa hal sebelum pembukaan acara dimulai. Ada juga beberapa undangan yang hadir, seperti peyelenggara Buddha Kota Denpasar, ketua PC Magabudhi Denpasar, perwakilan Forum Ibu-Ibu Buddhis, ketua Yayasan Buddha Sakyamuni, ketua Sekretariat Bersama Organisasi Buddhis Theravada Bali, ketua Dayaka Sabha Vihara Buddha Sakyamuni, ketua DPD Patria Bali, ketua DPC Patria Denpasar, dan pembina DPC Patria Denpasar.
Tentu saja, mereka datang lebih awal agar tidak ketinggalan acara yang akan dimulai pukul 13.00 WITA. Seperti acara-acara seminar Buddhis pada umumnya, acara tersebut juga dibuka dengan pembacaan Paritta Namakara Patta, menyanyikan lagu kebangsaan Indonesia Raya dan Mars Patria, serta laporan ketua panitia. Barulah kemudian beranjak ke acara inti, yaitu pemaparan materi oleh narasumber dan didampingi oleh seorang moderator.
Chealney Lim, salah seorang anggota DPC Patria Denpasar, selaku ketua panitia mengatakan acara seminar tersebut diadakan untuk mengajak generasi muda Budhhis semakin bangga dengan agama yang dipeluknya, terutama karena generasi muda diharapkan menjadi banteng pertahanan agama Buddha dari ancaman kepunahan atau kepudaran.
“Acara ini juga sebagai suatu acara dalam rangkaian menyambut Hari Raya Trisuci Waisak 2563 BE/2019 yang akan jatuh pada Minggu, 19 Mei 2019 nanti.” Imbuhnya.
Hal senada juga disampaikan oleh Yuvan Prajnadhika Gunawan, ketua DPC Patria Denpasar 2019 – 2021 yang baru saja terpilih beberapa minggu yang lalu. Yuvan berharap besar melalui acara seminar remaja tersebut umat Buddhis khususnya para remaja dan generasi muda semakin bangga menjadi umat Buddha dan semakin menunjukan eksistensinya.
“Remaja Buddhis saya harap bangga memeluk agama Buddha, lebih sering ke vihara, tidak malu menggunakan atribut-atribut Buddha, dan yang terpenting bisa menjalankan ajaran Buddha, terutama Pancasila Buddhis atau 5 Sila Latihan Kemoralan, Itu salah satu wujud peran pelestarian agama dan ajaran Buddha yang bisa dilakukan oleh generasi muda Buddhis.” Ujarnya.
Narasumber yang diundang pada acara seminar remaja tersebut adalah Upa. Yogi Gunawaro. Meski berusia 26 tahun dan masih tergolong muda, beliau memiliki berbagai pengalaman dalam organisasi Buddhis, seperti menjadi wakil ketua Remaja Buddhis Visakha, Vihara Buddha Dhamma Karawang (2008 – 2010), sekretaris umum Dayakhasabha Vihara Buddha Dhamma Karawang (2008 – 2010, 2010 – 2012), sekretaris Yayasan Pekerja Dhamma Kattannu Katavedi, Karawang (2018 – sekarang) dan tergabung juga dalam Departemen Media Digital, DPP Pemuda Threvada Indonesia (2018 – 2021). Sangat pas rasanya bagi beliau menjadi seorang narasumber pada acara seminar remaja kali ini mengingat acara tersebut dikhususkan untuk generasi muda Buddhis di Bali.
Dengan dimoderatori oleh Hendrik, S.Kom, MBA, beliau pertama-tama memaparkan tentang jumlah umat Buddha di Indonesia yang hanya berjumlah 1.703.254 dari 237.621.326 pendudukan yang terdata. Di dalamnya, jumlah penduduk usia 10 – 24 tahun hanyalah 24% dari jumlah penduduk yang ada, yaitu sekitar 66.300.000, sedangkan jumlah remaja Buddha di Indonesia hanyalah 114.556. Bisa dikatakan jumlah tersebut adalah jumlah yang sangat sedikit jika dibandingkan dengan jumlah penduduk usia 10 – 24 tahun yang terdata. Hal tersebut menjadi kekhawatiran sendiri akan kepudaran eksistensi agama Buddha di Indonesia, terutama di kalangan generasi muda.
Beliau juga mengatakan beberapa faktor yang mungkin mempengaruhi eksistensi agama Buddha di kalangan generasi muda yang memeluknya. Salah satunya adalah enggannya niat generasi muda untuk datang ke vihara. Beberapa orang beranggapan datang ke vihara adalah hal yang membosankan dengan alasan tidak ada teman, tidak ada yang tampan atau yang cantik, dan bisa juga karena orang yang akan ditemui selalu sama di setiap kesempatan.
Selanjutnya beliau memaparkan bahwa pemuda atau generasi muda saat ini merupakan identitas yang sangat berpotensi dan memiliki peranan yang akan sangat berpengaruh dalam pelestarian agama Buddha dan ajarannya. Generasi Buddhis, entah disadari, diketahui, diakui atau tidak, menanggung tanggung jawab moral untuk melaksanakan tugas mulia dan melestarikan ajaran agama Buddha. Hal tersebut barangkali juga dipercaya bagi agama-agama lain yang ada selain agama Buddha. Menurut beliau, salah satu modal dalam pelestarian agama Buddha di kalangan generasi muda adalah dengan memiliki sebuah kebanggaan yang bersumber dari mengenal dan mempraktikan Dhamma.
“Untuk itulah kebanggaan menjadi suatu keharusan. Kualitas kebanggan yang kita miliki harus diawali dengan misi penjelajahan wawasan Dhamma dam penyelaman praktik Dhamma yang akan berbuah penyadaran keindahan Dhamma yang patut dibanggakan. Jatuh cinta pada agama yang dipeluk akan memancarkan itu semua dan mengundang hal-hal baik lainnya datang dan itu pun bisa dibuktikan sendiri,” ujar Beliau di tengah-tengah sesi pemaparan materi.
Beliau juga mengatakan itulah kiranya kebanggan idaman yang bisa dimiliki umat Buddhis, khususnya generasi muda Buddhis dari pengenalan dan praktik Dhamma yang dilakukan. Kebanggan yang tidak membuta, yang didasari dengan pembuktian tanpa dipandang rayuan nikmat, dalam artian tidak pernah mencoba memengaruhi umat agama lain untuk memeluk agama Buddha dengan iming-iming kesembuhan, mukjizat, dan keselamatan yg pilih kasih.
Kebanggaan yang bermanfaat bagi diri sendiri dan mendukung penyebaran kebajikan, yang menyarankan umatnya untuk tidak mempercayai ajaran tanpa mempertimbangkannya dengan baik, harus dengan pengamatan dan analisa secara hati-hati, harus yakin ajaran itu cocok dengan akal budi dan mendukung untuk kebaikan diri sendiri maupun semua orang. Beliau menyimpulkan ajaran Sang Buddha sangat ilmiah, sangat rasional, sehingga akan menjadi suatu kebanggaan bagi seseorang dalam dunia modern untuk menyebut dirinya sebagai umat Buddha.
Di akhir acara, panitia memberikan souvenir atau kenang-kenangan kepada narasumber dan moderator, yang kemudian dilanjutkan dengan agenda penutupan acara dengan membaca Parrita Namakara Patta bersama-sama. Tak lupa, para panitia, peserta, para undangan, tak terkecuali narasumber dan moderator mengambil foto bersama.
Balok galah banyak manfaatnya, bisa menopang bangun griya. Kalau salah kata, dimaafkan. Bila berkesan, gabung Patria. [T]