11 April 2021
  • Beranda
  • Peristiwa
    • Kilas
    • Khas
    • Perjalanan
    • Persona
    • Acara
  • Esai
    • Opini
    • Ulasan
    • Kiat
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Hard News
  • Penulis
  • Login
  • Register
No Result
View All Result
tatkala.co
tatkala.co
  • Beranda
  • Peristiwa
    • Kilas
    • Khas
    • Perjalanan
    • Persona
    • Acara
  • Esai
    • Opini
    • Ulasan
    • Kiat
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Hard News
  • Penulis
No Result
View All Result
tatkala.co
No Result
View All Result
Home Esai

Bulan, Menelitinya atau Mengaguminya, Keduanya adalah Ibadah

Putu Arya Nugraha by Putu Arya Nugraha
May 1, 2019
in Esai
22
SHARES

Gadis manis berkulit bersih itu, mengulangi ikatan rambutnya yang kecoklatan sebahu sebelum menghanturkan sembah. Kedua tangannya dicakupkan, terselip sepotong bunga kamboja berwarna putih. Asap dupa membumbung ke udara seakan-akan hendak menjangkau bulan purnama yang sedemikian anggun, di angkasa yang baru saja memasuki malam namun kehilangan gelapnya.                                                                                 

Hari itu, merupakan Purnama Jyesta atau bulan kesebelas dalam bulan Bali. Dalam Lontar Sundari Gama dikatakan bahwa purnama adalah personafikasi Sang Hyang Candra. Kita boleh bebas menciptakan persepsi apa saja soal ini. Tentang satu benda antariksa yang diyakini sebagai dewa.

Namun demikian, kedekatan masyarakat Bali dengan seni dan sastra sebetulnya telah menjelaskan simbolisme ini. Dalam filsafat kepemimpinan Asta Brata, di sana disebutkan  pemimpin hendaknya punya sifat-sifat bagai bulan. Ia menerangi dalam kesejukan & kedamaian. Ia adil menerangi setiap sudut semesta. Disebutkan purnama juga merupakan hari penyucian diri lahir batin.

Oleh karena itu semua orang wajib melakukan penyucian diri secara lahir batin dengan mempersembahkan sesajen berupa canang wangi-wangi, kepada para dewa, dan pemujaan dilakukan di sanggah dan parahyangan, yang kemudian dilanjutkan dengan memohon air suci. Hebatnya, tak seorang pun di Bali yang kemudian lalu secara fanatik & radikal memuja Sang Hyang Candra.                                                                                   

“Oh Tuhan, betapa indahnya!” seru Armstrong, pada tanggal 21 Juli 1969, pukul 04.22 GMT (11.22 WIB). Neil Armstrong menjadi orang pertama yang menginjakkan kakinya di bulan. Setelah 27 menit, sejawatnya, Aldrin menyusul Armstrong.

Sementara Michael Collins tetap berada di orbit bulan dalam Command Module. Pesawat Apollo 11 yang meluncur ke angkasa dari Cape Kennedy, Amerika Serikat, yang membawa ketiga orang astronot itu, telah mewujudkan mimpi setiap ilmuwan, juga mungkin setiap insan di bumi.

Tugas terpenting dari ketiga angkasawan itu adalah mengabadikan area bulan dengan kamera, dan yang paling penting mencari contoh jenis-jenis tanah yang ada di bulan untuk bahan penelitian selenologi (ilmu pengetahuan tentang geologi bulan). Collins menunggu kedatangan Armstrong dan Aldrin sambil berteriak “Allelulaa!” karena kegembiraannya.

Setelah ketiga awak tersebut bertemu, mereka mengelilingi bulan satu kali lagi dan menghidupkan mesin, kemudian mengarahkan pesawatnya kembali ke bumi.                                                                                                        

Sungguh tak terbayangkan bagi kita, betapa hebat kecerdasan dan ketekunan NASA merencanakan itu semua. Satu wahana yang dapat dengan tepat akurat meluncur mencapai satu lokasi yang belum pernah sekalipun dikunjungi sebelumnya. Jenis bahan pesawat dan pakaian astronot untuk menembus perbedaan suhu dan tekanan,  dan lain sebagainya.

Bulan yang indah dan selalu menggoda hati manusia telah membawa sains sedemikian cemerlang. Sains yang cemerlang sungguhlah telah diciptakan oleh insan-insan yang penuh cinta dan ketekunan dalam rasio dan realita.                      

Rasio dan realita sebagai representasi sains, kadangkala memang bertatapan sinis menghadapi tradisi agama. Sekalipun itu agama modern. Alkitab secara jelas mengajarkan bahwa Tuhan telah menciptakan alam semesta beserta isinya dalam 6 hari secara harfiah, 24 jam sehari, beberapa ribu tahun yang lalu. Meski secara ilmiah penciptaan alam semesta masih dipenuhi kabut misteri, namun kajian ilmiah tentang evolusi telah menghadirkan bukti-bukti yang sangat realistis.

Teori ini telah membingkai satu keyakinan, telah berjalannya waktu ratusan juta tahun hingga terciptanya keadaan bumi seperti saat ini. Kita dapat saja memilih untuk mempertentangkan keduanya dalam satu semangat fanatisme yang agresif atau menyandingkan keduanya dalam kecerdasan dialektika yang konstruktif. Tuhan mungkin lebih suka yang terakhir.

Bukankah kita telah mendaulatnya sebagai Yang Maha Pengasih dan Pemaaf? Maka sungguh merupakan peluang yang baik bagi kita memanfaatkan keadaan ini.                                                 

Maka, dari tempatnya kini berada, Galileo Galilei mungkin dapat tersenyum lega. Supremasi tertinggi umat Katholik, Vatikan akhirnya merehabilitasi namanya dan mengakui predikatnya sebagai ilmuwan. Pengakuan itu diberikan Vatikan  jelang peringatan 400 tahun peran Galileo dalam dunia keilmuan dan penetapan tahun 2009 sebagai tahun astronomi internasional. Vatikan bahkan secara khusus telah menobatkan Galileo sebagai ‘Bapak dialektika iman dan akal’. 

Galileo Galilei (1564-1642) adalah orang pertama yang membuat teleskop astronomi, terobosan baru yang meruntuhkan argumentasi gereja yang menyebut dunia sebagai pusat alam semesta. 

Temuan Galileo berpendapat lain, bumi hanya salah satu planet yang berputar mengelilingi matahari. Gereja pun lantas menuding Galileo melakukan bidah. Karena pendapatnya tersebut, dia dijatuhi hukuman seumur hidup. Baru pada tahun 1992, Paus Johanes Paulus II secara terbuka menyatakan hukuman yang dijatuhkan pada Galileo adalah hasil dari ‘pemahaman yang salah’. “Pengampunan”, terhadap orang yang benar ini pun terbukti bagi kita dan dunia tak sedikitpun lalu meruntuhkan gereja.

Maka, pengakuan salah dan permintaan maaf, sesungguhnya kan selalu membuat orang kecil menjadi lebih besar dan orang besar tetap saja besar dan bermartabat. Cuma kedengkian dan amarah kita saja yang kerap mengecilkannya, Tuhan tidak.  [T]


BACA JUGA KOLOM DOKTER YANG INI:

  • Acintya
  • Nyepi: Terapi Kesehatan
  • Pasien, Guru yang Sempurna
  • Dokter dan Sepotong Filsafat
  • Dokter & Dukun, Tujuan Sama, Satu Naik Heli, Satu Naik Boat, Tidaklah Bertabrakan…
  • Hantu itu Bernama Ateisme 
  • Seks: Barang & Gaya Itu-itu Saja, Yang Rumit adalah Persepsinya
  • Ideologi, Demokrasi & Kesehatan Bangsa
  • Musuh Dokter itu Bernama Keseriusan
  • Evolusi Pasca Darwin
  • Belajar dari Tubuh
  • Sudah Jelas, Penyebab Stoke adalah Nasib
  • Dokter, Profesi Paling Lucu
  • Pemilu, Politik & Stres
  • Biaya Kesehatan Harus Dibikin Semahal-mahalnya
  • Diabetes yang Menghentikan Kita, Atau Kita yang Menghentikan Diabetes
Tags: agamaalamGalileo Galileiluar angkasaMichael CollinsNeil Armstrong
Putu Arya Nugraha

Putu Arya Nugraha

Dokter dan penulis. Penulis buku "Merayakan Ingatan", "Obat bagi Yang Sehat" dan "Filosofi Sehat". Kini menjadi Direktur Utama Rumah Sakit Umum Daerah Buleleng

MEDIA SOSIAL

  • 3.5k Fans
  • 41 Followers
  • 1.5k Followers

ADVERTISEMENT

ENGLISH COLUMN

  • All
  • Essay
  • Features
  • Fiction
  • Poetry
Essay

Towards Success: Re-evaluating the Ecological Development in Indonesia in the Era of Anthropocene

Indonesia has long been an active participant of the environmental policy formation and promotion. Ever since 1970, as Dr Emil...

by Etheldreda E.L.T Wongkar
January 18, 2021

FIKSI

  • All
  • Fiksi
  • Cerpen
  • Puisi
  • Dongeng
Ilustrasi tatkala.co | Satia Guna
Cerpen

Utang | Cerpen Rastiti Era

by Rastiti Era
April 10, 2021
Kisah-Kisah Ganjil dari Negeri Cina; Ikan Yang Bisa Bicara
Dongeng

Kisah-Kisah Ganjil dari Negeri Cina | Ikan yang Bisa Bicara

Jauh, jauh sebelum kakek buyutmu lahir di Desa Kebahagiaan Abadi tinggallah dua pria bernama Li dan Sing. Sekarang, dua pria ...

February 12, 2021
Sulli (Foto Google/Kompas)
Esai

Sulli Meninggal Dunia, Siapa yang Seharusnya Disalahkan?

Terdengar dan terberitakan; kasus bunuh diri seorang artis Korea. Tertanggal 14 Oktober 2019, Sulli yang mana merupakan ex member girl ...

October 17, 2019
Sumber ilustrasi: bobmccoskrie.com
Esai

“Sesar atau Normal”, Tidak Mengurangi Keibuan Seorang Ibu

ENTAH siapa yang memulai sebuah pemikiran aneh-bin-ajaib-tapi-dianggap-mainstream ini. Sebuah pandangan risih sering diarahkan kepada ibu-ibu yang memilih ataupun terpaksa melahirkan ...

February 2, 2018
Foto diambil dari http//smanbalimandara.blogspot.co.id
Opini

Pemuda Sebagai Indeks Kualitas Kesehatan Bangsa – Catatan Kecil Anak SMA

“Berikan aku sepuluh pemuda agar ku goncangkan dunia” - Bung Karno. “Saya percaya akan kebulatan hati pemuda Indonesia, yang percaya ...

February 2, 2018
Ilustrasi tatkala.co / Nana Partha
Esai

Protokol Minum Arak: Duduk Melingkar, Jaga Jarak, Gelas Sendiri-sendiri

Ibi punya, puan punyah, telun punyah.... Itu lagu yang sudah wajib diputar ketika ada orang-orang yang sedang minum tuak, bir ...

April 10, 2020

PERISTIWA

  • All
  • Peristiwa
  • Kilas
  • Khas
  • Perjalanan
  • Persona
  • Acara
Suasana upacara ngusaba kadasa di Desa Kedisan, kintamani, Bangli
Khas

“Ngusaba Kadasa” ala Desa Kedisan | Dimulai Yang Muda, Diselesaikan Yang Muda

by IG Mardi Yasa
April 10, 2021

ESAI

  • All
  • Esai
  • Opini
  • Kiat
  • Ulasan
Gde Suardana
Opini

Tatkala Pandemi, (Bali) Jangan Berhenti Menggelar Ritual Seni dan Budaya

by Gde Suardana
April 10, 2021

POPULER

Foto: koleksi penulis

Kisah “Semaya Pati” dari Payangan Gianyar: Cinta Setia hingga Maut Menjemput

February 2, 2018
Istimewa

Tradisi Eka Brata (Amati Lelungan) Akan Melindungi Bali dari Covid-19 – [Petunjuk Pustaka Lontar Warisan Majapahit]

March 26, 2020

tatkala.co mengembangkan jurnalisme warga dan jurnalisme sastra. Berbagi informasi, cerita dan pemikiran dengan sukacita.

KATEGORI

Acara (67) Cerpen (163) Dongeng (13) Esai (1455) Essay (7) Features (5) Fiction (3) Fiksi (2) Hard News (11) Khas (352) Kiat (20) Kilas (203) Opini (481) Peristiwa (83) Perjalanan (53) Persona (10) Poetry (5) Puisi (108) Ulasan (342)

MEDIA SOSIAL

  • Penulis
  • Tentang & Redaksi
  • Kirim Naskah
  • Pedoman Media Siber

Copyright © 2018,BalikuCreative - Premium WordPress.

No Result
View All Result
  • Beranda
  • Peristiwa
    • Kilas
    • Khas
    • Perjalanan
    • Persona
    • Acara
  • Esai
    • Opini
    • Ulasan
    • Kiat
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Hard News
  • Penulis
  • Login
  • Sign Up

Copyright © 2018,BalikuCreative - Premium WordPress.

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms below to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In