11 May 2025
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
tatkala.co
No Result
View All Result

Isotopi Kerusakan Lingkungan Hidup dalam Puisi “Dongeng dari Utara” karya Made Adnyana Ole

Juli SastrawanbyJuli Sastrawan
April 25, 2019
inUlasan
Si Pungguk Akhirnya Menemukan Buku Kritik Sastra Katrin Bandel
33
SHARES

.

Dongeng dari Utara

.

Di utara, Ibu

Kebun kaktus, hutan bersuara liar

Punggung bukit hitam. Orang-orang Atas

memburu titik lampu

Sembunyi seperti bintang sesat

di atas langit jatuh, puing kota                                                           

yang mati dini hari

Lalu membusuk

di mulut ular!

.

Suara liar, hutan kaktus

Maka simpan suaramu, Ibu!

di goa mati

di tapal batas paling tipis

antara daun peneduh, kayu asam yang rindang

dan kampung pelacur

.

Simpan suaramu!

Desis ular, lolong anjing

atau raung hewan piaraan

di rumah kesayangan peri kota

Senantiasa memburu tumbal

Untuk menyambung pita tenggorokannya

yang terputus

usai mimpi besar, tadi malam

.

Di utara, kita terkenang

Dulu, kebun anggur, rambatan hati petani

Di sisi telaga bening. Ada air terjun

bisu tanpa riak                                                            

Ular-ular jinak memperlihatkan pelangi

Ekornya yang runcing

memanggil bidadari

.

Di utara, Ibu

laut kini menganga

seperti kuali                                                                

lubang matahari

tempat indah

bagi ikan-ikan kecil

bunuh diri!

.

2003

***

Dibukanya Bali bagi pengembangan pariwisata yang cenderung massal berakibat kepada degradasi lingkungan dalam berbagai ranah; seperti berkurangnya ruang terbuka hijau, semakin banyaknya jumlah sampah, rusaknya puluhan sungai akibat dari pembangunan villa yang seringkali dilabel sebagai hunian yang kembali ke alam, padahal senyatanya merusak alam itu sendiri.

Tidak hanya itu, pariwisata juga menjadi stimulan bagi berkurangnya sawah di Bali. Bagimana tidak, di Bali kini lahan produktif yang dapat dimanfaatkan sebagai lahan pertanian semakin menyusut. Setiap tahun ditenggarai sekitar 1000 ha lahan sawah beralih fungsi menjadi peruntukan nonpertanian. Pesatnya perkembangan pusat-pusat pertumbuhan bisnis pariwisata, membuat terdesaknya fungsi alamiah lahan sebagai penyangga daur ekologis.

Tentu ketika kita berbicara perihal pariwisata, tak bisa lepas begitu saja dari kebermanfaatanya. Inilah yang menjadi masalah dilematis bagi Bali sendiri. Di satu sisi pariwisata memberikan banyak sekali pendapatan, di sisi lain, lagi-lagi lingkungan alam harus menjadi tumbal atas keserakahan manusia yang tak pernah berkecukupan. Hal-hal yang dilematis inilah yang dihadirkan Made Adnyana Ole dalam puisinya Dongeng dari Utara.

Membaca puisi Made Adnyana Ole yang berjudul Dongeng dari Utara, kita dihadapkan oleh diksi-diksi yang dilematis. Puisi Dongeng Dari Utara menceritakan tentang seorang anak yang bercerita ke ibunya tentang perubahan lingkungan hidup yang dulunya indah dan damai, tapi kini berubah menjadi sumpek, runyam dan panas. Waktu berlalu, hari berubah, dan perubahan-perubahan tak bisa kita dibendung, pun kerusakan lingkungan yang diakibatkan oleh keserakahan manusia itu sendiri.

Melihat bagaimana Made Adnyana Ole mengungkapkan kerusakan lingkungan beserta kenangan bagaimana keindahan Utara dulu akan saya lihat dari model analisis isotopi.

Menurut Otong Surotong, hahahaa, becanda. Isotopi adalah wilayah atau medan makna yang terbuka di sepanjang wacana. Secara sederhananya, kita (pembaca) dapat menangkap beberapa kata yang memiliki kesamaan makna. Masing-masing isotopi membentuk motif-motif dan motif-motif tersebut menunjukkan tema puisi.

Berdasarkan penjelasan di atas, puisi ini memperlihat perubahan lingkungan serta gambaran bagaimana Bali dulu dan kini. Asumsi ini pertama-tama dapat diperiksa dengan mencari isotopi. Isotopi “ketakutan” saya peroleh berdasakan adanya leksem: liar, hitam, memburu, sembunyi, sesat, jatuh, mati dan membusuk.

Isotopi “tempat” dijumpai pada bait kedua: hutan, goa, tapal batas, dan kampung pelacur. Pada bait ketiga ini terdapat isotopi “suara”: desis, lolong, raung dan tenggorokan. Pada bait selanjutnya terdapat isotopi “kenangan indah” hal ini bisa dilihat dari leksim: terkenang, dulu, hati, telaga bening, pelangi, bidadari. Bait terakhir isotopi “kerusakan”: menganga, lubang.

Berdasarkan isotopi yang telah ditemukan: isotopi ketakutan, isotopi tempat, isotopi suara, isotopi kenangan indah, dan isotopi kerusakan, maka dapat disimpulkan motif yang ada di dalam puisi di atas adalah motif ketakutan, motif kenangan, dan motif kerusakan.

Hal ini bisa dilihat dari bait pertama motif ketakutan (hutan bersuara liar, Punggung bukit hitam. Orang-orang Atas memburu titik lampu, Sembunyi, puing kota yang mati, membusuk di mulut ular!). Motif kenangan indah (kita terkenang, Dulu, Di sisi telaga bening. memperlihatkan pelangi, memanggil bidadari). Motif kerusakan (laut menganga, lubang matahari).

Buku kumpulan puisi “Dongeng dari Utara” karya Made Adnyana Ole

Puisi “Dongeng dari Utara” merupakan salah satu puisi dari buku kumpulan puisi Made Adnyana Ole yang memanfaatkan perlambangan yang sangat maksimal. Ini bisa dilihat dari bait pertama yang berkisah tentang orang-orang atas yang tinggal di balik perbukitan, yang gelap dan tanpa lampu. Sebuah perbandingan untuk melambangkan bagaimana jomplangnya model dan gaya hidup orang Utara dan Selatan.

Pemaknaan kerusakan lingkungan bisa dilihat pada bait ini juga, hal itu terdapat pada kalimat “Punggung Bukit Hitam” dimana bukit hitam ini memang benar adanya di Bali Utara. Seperti yang dikutip dari pernyataan Bupati Buleleng, Ribuan hektare lahan hutan di Kabupaten Buleleng, Bali, mengalami kerusakan yang cukup parah dan kondisinya sangat memprihatinkan. Ia menyebutkan secara keseluruhan luas hutan di wilayahnya itu mencapai 51.436,21 hektare, sedangkan 8.258,14 hektare di antaranya rusak parah.

Sepanjang tahun ini telah terjadi kebakaran hutan di wilayah Kabupaten Buleleng. Bahkan kebakaran hutan di Pulaki dan Tejakula telah merusak tanaman produktif di atas lahan seluas 56 hektare.

Awalnya ini hanya cocoklogi, mencocokan sana sini hahaha. Tapi ketika dicari, yih.. ade ternyata!

Leksim “ular” juga kita banyak jumpai pada puisi Dongeng dari Utara karya Made Adnyana Ole. Ia menggambarkan bentuk investor atau pengembang pariwisata dengan pemaknaan ular rakus yang main lahap dan pemberi janji-janji indah yang bisa dilihat pada kalimat (Ular-ular jinak memperlihatkan pelangi). Suara yang dibungkam dalam kalimat (simpan suaramu, ibu yang kemudian dilambangkan dengan beberapa jenis suara binatang) adalah perlambang bagaimana aspirasi dari masyarakat yang berbeda latar belakang coba dibungkam hanya untuk posisi aman.

Isotopi kerusakan lingkungan yang paling jelas terlihat terdapat dalam dua bait terakhir. Di bait ke empat, Made Adnyana Ole menggambarkan bagaimana Bali Utara dulu lewat kenangan-kenangan indahnya, kebun anggur, rambatan hati petani, telaga yang bening, air terjun yang bisu dalam artian tenang tergambar jelas dalam bait puisinya.

Leksim “bidadari” dan juga “pelangi” seakan menjadi unsur menambah kesan keindahan yang ingin disampaikan Made Adnyana Ole dalam puisinya. Sampai akhirnya puisi ditutup dengan bait ke lima yang menjelaskan tentang akhir kerusakan lingkungan dan bagaimana Utara kini. Hal ini bisa dilihat dari kalimat “laut kini menganga” dan tempat yang dulunya indah untuk ikan-ikan, hanya menjadi tempat bunuh diri. [T]

Tags: Bukubulelengkumpulan puisilingkunganPuisiresensi buku
Previous Post

Ketika Saya Ingin Bunuh Diri, Saya Tak Benar-benar Ingin Mati

Next Post

Jebakan Zaman

Juli Sastrawan

Juli Sastrawan

Pengajar, penggiat literasi, sastrawan kw 5, pustakawan di komunitas Literasi Anak Bangsa

Next Post
Siapa Orang yang Paling Baik?

Jebakan Zaman

Please login to join discussion

ADVERTISEMENT

POPULER

  • Refleksi Semangat Juang Bung Tomo dan Kepemimpinan Masa Kini

    Apakah Menulis Masih Relevan di Era Kecerdasan Buatan?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Tulak Tunggul Kembali ke Jantung Imajinasi

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Ulun Pangkung Menjadi Favorit: Penilaian Sensorik, Afektif, atau Intelektual?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • ”Married by Accident” Bukan Pernikahan Manis Cinderella

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Duel Sengit Covid-19 vs COVID-19 – [Tentang Bahasa]

    11 shares
    Share 11 Tweet 0

KRITIK & OPINI

  • All
  • Kritik & Opini
  • Esai
  • Opini
  • Ulas Buku
  • Ulas Film
  • Ulas Rupa
  • Ulas Pentas
  • Kritik Sastra
  • Kritik Seni
  • Bahasa
  • Ulas Musik

“Pseudotourism”: Pepesan Kosong dalam Pariwisata

by Chusmeru
May 10, 2025
0
Efek “Frugal Living” dalam Pariwisata

KEBIJAKAN libur panjang (long weekend) yang diterapkan pemerintah selalu diprediksi dapat menggairahkan industri pariwisata Tanah Air. Hari-hari besar keagamaan dan...

Read more

Mendaki Bukit Tapak, Menemukan Makam Wali Pitu di Puncak

by Arix Wahyudhi Jana Putra
May 9, 2025
0
Mendaki Bukit Tapak, Menemukan Makam Wali Pitu di Puncak

GERIMIS pagi itu menyambut kami. Dari Kampus Undiksha Singaraja sebagai titik kumpul, saya dan sahabat saya, Prayoga, berangkat dengan semangat...

Read more

Kreativitas dan Imajinasi: Dua Modal Utama Seorang Seniman

by Pitrus Puspito
May 9, 2025
0
Kreativitas dan Imajinasi: Dua Modal Utama Seorang Seniman

DALAM sebuah seminar yang diadakan Komunitas Salihara (2013) yang bertema “Seni Sebagai Peristiwa” memberi saya pemahaman mengenai dunia seni secara...

Read more
Selengkapnya

BERITA

  • All
  • Berita
  • Ekonomi
  • Pariwisata
  • Pemerintahan
  • Budaya
  • Hiburan
  • Politik
  • Hukum
  • Kesehatan
  • Olahraga
  • Pendidikan
  • Pertanian
  • Lingkungan
  • Liputan Khusus
“Bali Stroke Care”: Golden Period, Membangun Sistem di Tengah Detik yang Maut

“Bali Stroke Care”: Golden Period, Membangun Sistem di Tengah Detik yang Maut

May 8, 2025
Mosphit Skena Segera Tiba, yang Ngaku-Ngaku Anak Skena Wajib Hadir!

Mosphit Skena Segera Tiba, yang Ngaku-Ngaku Anak Skena Wajib Hadir!

May 7, 2025
Bimo Seno dan Dolog Gelar Pertandingan Tenis Lapangan di Denpasar

Bimo Seno dan Dolog Gelar Pertandingan Tenis Lapangan di Denpasar

April 27, 2025
Kebersamaan di Desa Wanagiri dalam Aksi Sosial Multisektor Paras.IDN dalam PASSION Vol.2 Bali

Kebersamaan di Desa Wanagiri dalam Aksi Sosial Multisektor Paras.IDN dalam PASSION Vol.2 Bali

April 23, 2025
Menghidupkan Warisan Leluhur, I Gusti Anom Gumanti Pimpin Tradisi Ngelawar di Banjar Temacun Kuta

Menghidupkan Warisan Leluhur, I Gusti Anom Gumanti Pimpin Tradisi Ngelawar di Banjar Temacun Kuta

April 22, 2025
Selengkapnya

FEATURE

  • All
  • Feature
  • Khas
  • Tualang
  • Persona
  • Historia
  • Milenial
  • Kuliner
  • Pop
  • Gaya
  • Pameran
  • Panggung
Fenomena Alam dari 34 Karya Perupa Jago Tarung Yogyakarta di Santrian Art Gallery
Pameran

Fenomena Alam dari 34 Karya Perupa Jago Tarung Yogyakarta di Santrian Art Gallery

INI yang beda dari pameran-pemaran sebelumnya. Santrian Art Gallery memamerkan 34 karya seni rupa dan 2 karya tiga dimensi pada...

by Nyoman Budarsana
May 10, 2025
“Jalan Suara”, Musikalisasi Puisi Yayasan Kesenian Sadewa Bali dan Komunitas Disabilitas Tunanetra
Panggung

“Jalan Suara”, Musikalisasi Puisi Yayasan Kesenian Sadewa Bali dan Komunitas Disabilitas Tunanetra

SEPERTI biasa, Heri Windi Anggara, pemusik yang selama ini tekun mengembangkan seni musikalisasi puisi atau musik puisi, tak pernah ragu...

by Nyoman Budarsana
May 6, 2025
Mengenang Perupa I Gusti Made Peredi dan Karya-karyanya yang Membingkai Zaman
Khas

Mengenang Perupa I Gusti Made Peredi dan Karya-karyanya yang Membingkai Zaman

TAK salah jika Pemerintah Kota Denpasar dan Pemerintah Provinsi Bali menganugerahkan penghargaan kepada Almarhum I Gusti Made Peredi, salah satu...

by Nyoman Budarsana
May 6, 2025
Selengkapnya

FIKSI

  • All
  • Fiksi
  • Cerpen
  • Puisi
  • Dongeng
Selendang Putih Bertuliskan Mantra | Cerpen I Wayan Kuntara

Selendang Putih Bertuliskan Mantra | Cerpen I Wayan Kuntara

May 10, 2025
Puisi-puisi Pramita Shade | Peranjakan Dua Puluhan

Puisi-puisi Pramita Shade | Peranjakan Dua Puluhan

May 10, 2025
Kampusku Sarang Hantu [1]: Ruang Kuliah 13 yang Mencekam

Kampusku Sarang Hantu [14]: Ayam Kampus Bersimbah Darah

May 8, 2025
Perempuan di Mata Mak Kaeh | Cerpen Khairul A. El Maliky

Perempuan di Mata Mak Kaeh | Cerpen Khairul A. El Maliky

May 4, 2025
Puisi-puisi Gimien Artekjursi | Tentang Harimau Jawa

Puisi-puisi Gimien Artekjursi | Tentang Harimau Jawa

May 4, 2025
Selengkapnya

LIPUTAN KHUSUS

  • All
  • Liputan Khusus
Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan
Liputan Khusus

Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan

SEBAGAIMANA Banyuwangi di Pulau Jawa, secara geografis, letak Pulau Lombok juga cukup dekat dengan Pulau Bali, sehingga memungkinkan penduduk kedua...

by Jaswanto
February 28, 2025
Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan
Liputan Khusus

Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan

SUNGGUH kasihan. Sekelompok remaja putri dari Desa Baturiti, Kecamatan Kerambitan, Tabanan—yang tergabung dalam  Sekaa Gong Kebyar Wanita Tri Yowana Sandhi—harus...

by Made Adnyana Ole
February 13, 2025
Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti
Liputan Khusus

Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti

BULELENG-BANYUWANGI, sebagaimana umum diketahui, memiliki hubungan yang dekat-erat meski sepertinya lebih banyak terjadi secara alami, begitu saja, dinamis, tak tertulis,...

by Jaswanto
February 10, 2025
Selengkapnya

ENGLISH COLUMN

  • All
  • Essay
  • Fiction
  • Poetry
  • Features
Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

March 8, 2025
Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

November 30, 2024
The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

September 10, 2024
The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

July 21, 2024
Bali, the Island of the Gods

Bali, the Island of the Gods

May 19, 2024

TATKALA.CO adalah media umum yang dengan segala upaya memberi perhatian lebih besar kepada seni, budaya, dan kreativitas manusia dalam mengelola kehidupan di tengah-tengah alam yang begitu raya

  • Penulis
  • Tentang & Redaksi
  • Kirim Naskah
  • Pedoman Media Siber
  • Kebijakan Privasi
  • Desclaimer

Copyright © 2016-2024, tatkala.co

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis

Copyright © 2016-2024, tatkala.co