28 February 2021
  • Beranda
  • Peristiwa
    • Kilas
    • Khas
    • Perjalanan
    • Persona
    • Acara
  • Esai
    • Opini
    • Ulasan
    • Kiat
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Hard News
  • Penulis
  • Login
  • Register
No Result
View All Result
tatkala.co
tatkala.co
  • Beranda
  • Peristiwa
    • Kilas
    • Khas
    • Perjalanan
    • Persona
    • Acara
  • Esai
    • Opini
    • Ulasan
    • Kiat
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Hard News
  • Penulis
No Result
View All Result
tatkala.co
No Result
View All Result
Home Ulasan
Penyair Mira MM Astra mementaskan puisinya di Komunitas Mahima (Dok: Mahima)

Penyair Mira MM Astra mementaskan puisinya di Komunitas Mahima (Dok: Mahima)

Pentas Mira MM Astra: Puisi yang Menuju Pengalaman Diri Penonton #Catatan Mahima March March March

Agus Wiratama by Agus Wiratama
April 2, 2019
in Ulasan
170
SHARES

Suatu hari ketika berangkat ke Singaraja, saya mengenal sebuah lagu yang membuat saya merasa tenang. Di jalan, berulang-ulang lagu itu saya putar dengan headset. Beruntunglah, lagu itu berdurasi panjang dengan nada berulang menciptakan suasana seperti mengajak saya terbang.

Ketika di jalan itu pula saya baru sadar, bahwa lagu yang saya putar itu telah membuat pandangan saya jadi berebda, terutama ketika memandang sekeliling Bedugul. Berdasar pandangan saya, kawasan wisata yang masuk Kabupaten Tabanan itu jadi punya nilai beda dari biasanya.

Rupa-rupanya lagu membuat sesuatu yang biasa dijumpai menjadi berbeda atau justru terlihat baru.

Hal seperti itu pula saya rasakan ketika sedang menonton pentas puisi penyair Mira MM Astra serangkaian acara Mahima March March March di Rumah Belajar Komunitas Mahima, Minggu 31 Maret 2019, malam. Mira mementaskan puisi-puisinya yang terkumpul dalam buku kumpulan puisi Pinara Pitu terbitan Gambang.

Dalam pementasan dan pembacaan yang disiapkan dengan sangat serius itu, Mira seperti mengajak saya dan penonton lain menikmati puisi dengan nuansa yang berbeda dari satu momen ke momen yang lainnya. Itulah sebabnya, seorang teman di samping saya bengong. Lalu katanya, ia mengkhayal setelah mendengar puisi dan music dalam pentas itu.

Saya bertanya pada teman itu, dan dia berkata, “Saya seperti diajak terbang untuk melihat sesuatu dengan nuansa yang indah.”

Puisi yang dibacakan Mira memang membantu menuju visual yang diciptakan masing-masing penonton. Mungkin visual itu tercipta dari endapan pengalaman diri penonton yang tiba-tiba bangkit ketika bersinggungan dengan musik dan kata-kata puisi yang dipentaskan Mira. Pengalaman itu menciptakan visual, juga menciptakan narasi.

Dengan sumringah, saya seperti mempertegaskan sesuatu pada teman itu, bahwa saya sebetulnya juga mendapat pengalaman yang sama dari pementasan Mira.  Saya seperti diajak terbang melihat gunung atau sekadar mencipta keindahan air mengalir.

Pada awalnya, saya cukup terkejut dengan persiapan property panggung yang begitu banyak dan saya pikir sangat serius. Sebuah dulang dengan hiasan bunga dan rangkaian dupa di depannya. Begitu pula panggung yang ditebari bunga berwarna merah muda.

Tentu saja semua itu dibuat bukan tanpa alasan. Semua itu menciptakan narasi sendiri yang mengantarkan imajinasi penonton yang saya yakin berbeda antara yang satu dan yang lainnya. Aroma dupa menjadi jalinan narasi yang menciptakan makna baru ketika dipertemukan dengan pembacaan puisi serta musik seperti yang saya sebut sebelumnya.

Penyair Mira MM Astra di Komunitas Mahima

Rasanya, hiasan panggung yang seperti itu akan memakan Mira bila saja ia sendiri tidak memoles dirinya dengan kostum. Tentunya Mira yang memang punya pengalaman di dunia panggung telah memikirkan itu, kostum yang bagi saya mirip dengan putri pada film-film kungfu Cina sangat menarik ketika disatukan dengan keadaan panggung yang seperti itu.

Awalnya Mira berjalan dari para penonton menuju panggung dengan sangat perlahan dan dengan gaya tari Bali. Kemudian dengan wajah ditutup kain seperti kain pengantin, Mira memainkannya seperti memberi hidup pada kain itu yang kemudian ditaruh di batang pohon kamboja yang memang berdiri ajeg di depan panggung.

Tetapi, yang bagi saya paling menarik dari itu adalah ketika Mira duduk dan membaca puisi yang perlahan mengajak penonton menuju tempat masing-masing dengan pendekatan suara dan bau yang perlahan mencipta visual itu, sendiri-sendiri.

Rumah Belajar Komunitas Mahima pada tanggal 31 Maret dalam rangka acara Mahima March March March itu tiba tiba berubah menjadi latar yang mengantar penonton menuju halaman masing-masing.

Di akhir pementasan puisi itu, saya sempat bertanya pada Mira mengenai latar belakangnya yang ternyata benar seperti dugaan saya. Latar belakang Mira adalah seorang yang juga bersentuhan dengan tari tradisi. Dengan gayanya bicara yang selalu berbinar-binar riang itu, ia menjawab bahwa ia memang sering menari namun tarian yang dipilih sering kali adalah tari untuk lelaki, Tari Teruna Jaya misalnya.

Pada pembacaan puisi dengan persiapan yang seperti itu, saya merasa beruntung bisa menonton. Sebab bagi saya, Mira telah berhasil mengatar saya menuju alam yang berbeda yang sesungguhnya masih ada dalam diri saya. Maka yakinlah saya bahwa dalam diri sendiri, keindahan itu ada, puisi bisa jadi salah satu jalan yang mengantarkan saya menuju alam dalam diri itu.

Akhirnya, Mahima March March March bagi saya tidak hanya memberi pengalaman berpikir, tetapi melalui pembacaan puisi ini, saya diajak menyelami diri dengan kata-kata yang menuntun tangan saya untuk sesekali menikmati endapan pengalaman yang sudah ada di dalam diri. [T]

Tags: Komunitas MahimaPuisisastra
Agus Wiratama

Agus Wiratama

Bernama lengkap I Wayan Agus Wiratama. Lahir di Pejeng Kangin Pengembungan, Gianyar. Kini kuliah di Undiksha jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia. Hobinya tak karuan, tapi kini mulai senang menulis, terutama menulis status di facebook

MEDIA SOSIAL

  • 3.4k Fans
  • 41 Followers
  • 1.5k Followers

ADVERTISEMENT

ENGLISH COLUMN

  • All
  • Essay
  • Features
  • Fiction
  • Poetry
Essay

Towards Success: Re-evaluating the Ecological Development in Indonesia in the Era of Anthropocene

Indonesia has long been an active participant of the environmental policy formation and promotion. Ever since 1970, as Dr Emil...

by Etheldreda E.L.T Wongkar
January 18, 2021

FIKSI

  • All
  • Fiksi
  • Cerpen
  • Puisi
  • Dongeng
Ilustrasi tatkala.co | Satia Guna
Cerpen

Sinar Bulan di Jalan Tantular | Cerpen Jong Santiasa Putra

by Jong Santiasa Putra
February 27, 2021
Agus Wiratama || Ilustrasi tatkala.co || Nana Partha
Esai

Persaudaraan di Bali, Barong dan Penjarahan

Orang Bali sangat suka bersaudara. Percayalah! Bayangkan jika sesama orang Bali bertemu di tempat perantauan, mereka tidak jarang akan berkumpul ...

September 28, 2020
Foto poster oleh Juli Sastrawan
Ulasan

Film Bumi Manusia Belum Capai Ekspektasi

Merayakan peringatan kemerdekaan RI dengan menonton film Bumi Manusia garapan Hanung Bramantyo, sungguh mencengangkan. Film yang dipayungi oleh Falcon Picture ...

August 18, 2019
Warga Banjar Gelulung Sukawati Gianyar di Tukad Bembeng [Foto=foto Sukaya Sukawati]
Khas

BEMBENG, DARI SIGAR KE TUKAD BANGKA || Bagian terakhir dari tiga tulisan

PENGANTAR: Tukad Bembeng di kawasan Banjar Gelulung, Sukawati, Gianyar, Bali merupakan salah satu sungai yang sudah puluhan tahun terlupakan. Sejak ...

December 15, 2020
Esai

Kumpulan Esai Serba-serbi KKN: Cinlok, Uji Kesetiaan dan Pembuktian Kaum Jomlo

Kuliah Kerja Nyata (KKN) adalah proses akademik, namun di dalamnya ada sesuatu yang selalu seperti mendominasi, ialah Romantika. Bukan hanya ...

February 2, 2018
Karya: Nyoman Erawan (2016)
Puisi

Angga Wijaya# Puisi: Nocturno, Skizofrenia-3, Skizofrenia-4

. NOCTURNO Daun-daun menguning Kenangan membiru Lebam oleh waktu Dimanakah kita bertemu Di ranjang atau kuburan Tempat segala usia Berakhir ...

February 2, 2018

PERISTIWA

  • All
  • Peristiwa
  • Kilas
  • Khas
  • Perjalanan
  • Persona
  • Acara
Jaja Sengait dari Desa Pedawa dan benda-benda yang dibuat dari pohon aren [Foto Made Saja]
Khas

“Jaja Sengait” dan Gula Pedawa | Dan Hal Lain yang Bertautan dengan Pohon Aren

by Made Saja
February 25, 2021

ESAI

  • All
  • Esai
  • Opini
  • Kiat
  • Ulasan
Agus Phebi || Gambar: Nana Partha
Esai

Makepung, Penguasa dan Semangat Kegembiraan

by I Putu Agus Phebi Rosadi
February 27, 2021

POPULER

Foto: koleksi penulis

Kisah “Semaya Pati” dari Payangan Gianyar: Cinta Setia hingga Maut Menjemput

February 2, 2018
Istimewa

Tradisi Eka Brata (Amati Lelungan) Akan Melindungi Bali dari Covid-19 – [Petunjuk Pustaka Lontar Warisan Majapahit]

March 26, 2020

tatkala.co mengembangkan jurnalisme warga dan jurnalisme sastra. Berbagi informasi, cerita dan pemikiran dengan sukacita.

KATEGORI

Acara (67) Cerpen (156) Dongeng (11) Esai (1415) Essay (7) Features (5) Fiction (3) Fiksi (2) Hard News (10) Khas (340) Kiat (19) Kilas (196) Opini (478) Peristiwa (83) Perjalanan (53) Persona (9) Poetry (5) Puisi (102) Ulasan (336)

MEDIA SOSIAL

  • Penulis
  • Tentang & Redaksi
  • Kirim Naskah
  • Pedoman Media Siber

Copyright © 2018,BalikuCreative - Premium WordPress.

No Result
View All Result
  • Beranda
  • Peristiwa
    • Kilas
    • Khas
    • Perjalanan
    • Persona
    • Acara
  • Esai
    • Opini
    • Ulasan
    • Kiat
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Hard News
  • Penulis
  • Login
  • Sign Up

Copyright © 2018,BalikuCreative - Premium WordPress.

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms below to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In