- Judul: Dilarang Menyanyi di Kamar Mandi
- Karya : Gusmel Riyadh diadaptasi dari Cerpen Seno Gumira Ajidarma
- Produksi: UKM Teater Kampus Seribu Jendela Undiksha Singaraja
- Sutradara : Rohmat Romadhan
- Pemain : Gian sebagi Suz, Rama sebagai Pak RT, Afi sebagai Hansip, Dodi dan Catur sebagai Bapak-bapak, Vina, Widia, Isma, Nanda, dan Nopti sebagai IRT
- Penata musik: Dodi Darmawan
- Penata lampu: Candra
- Artistik: Isma
.
Ini adalah pementasan kedua dari UKM Teater Kampus Seribu Jendela, Minggu, 03 Maret 2019, sebagai rangkaian Pelatihan Dasar Teater yang digelar kelompok teater kampus itu.
Panngungnya masih di basement Kampus Bawah Undiksha sebagaimana pementasan pertama, Petang di Taman. Namun, lokasi lebih spesifik adalah toilet basement. Dan kali ini tidak ada kain hitam sebagai back drop. Pemilihan tempat dipertimbangkan sesuai naskah oleh tim produksi. Setidaknya toilet dan kamar mandi itu masih ambigu di masyarakat kebanyakan, haha.
Pemain dalam naskah ini cukup banyak. Semua anggota tim bermain di dalamnya. Efeknya ada sedikit kewalahan dan kesalahpahaman dalam pengantian settingpanggung. Naskah ini dibawakan dengan cukup kocak.
Babak pertama dimulai dengan adegan Pak RT, hansip dan dua warga laki-laki menguping Suz yang sedang mandi di kamar mandi. Adegan ini saya rasa potongan dari babak ketiga, atau adegan paling kuat dalam naskah ini. Bisa dibilang spoiler sedikit diawal.
Proyeksi cahaya dalam pementasan naskah ini sedikit lebih luas dari pementasan sebelumnya “Petang di Taman” yang membuat panggung terlihat lebih luas pula. Dalam permainan ini mereka menambah satu adegan pada babak pertama.
Sempat saya tanya pada pemain mengapa demikian, katanya biar tidak mulai dari nol, seperti apa yang mereka dapat dalam workshop Pelatihan Dasar Teater. Saya tertawa kecil sambil membagi sedikit tentang apa yang saya ketahui tentang apa itu tidak mulai dari nol.
Yang paling saya suka dari pementasan naskah ini adalah ketika Pak RT, hansip, dan beberapa warga menguping saat Suz mandi. Lampu kuning ditaruh dalam di kamar mandi sehingga siluet seorang wanita yang mencopoti pakaiannya satu-satu tergambar jelas pada tembok. Menambah kesan bikin meringding dan seksi.
Dalam pementasan naskah ini lumayan banyak pembelajaran yang didapat. dari speaker mati dan menggeluarkan suara yang tidak perlu, lampu untuk siluet di kamar mandi yang sempat tak ketemu tombol pengontrolnya di mana. Hingga pemain yang tak sengaja menendang lampu saat penggantian setting panngung.
Pementasan ini lumayan singkat. Saat sesi duskusi pendalaman naskah cukup banyak dibahas. Sutradara dari pementasan ini menyebutkan bagaimana proses kreatif mereka menggarap adegan dalam naskah ini. Dan karakter apa yang harus mereka perlihatkan.
Pendalaman naskah mempengaruhi pengelolaan pemain dan pendukung begitu banyak. Pemain yang harusnya terlihat kuat yaitu Suz malah tak begitu nampak. Suara pendukung seperti suara jebyar-jebyur air saat Suz mandi, suara tali BH yang sebenarnya sangat kuat malah dihilangkan. Setidaknya begitulah yang Ibu Kadek Sonia Piscayanti (Pembina UKM Teater Kampus Seribu Jendela) sampaikan.
Saya senang teman-teman belajar, berusaha, dan berani menerapkan pengetahuan yang mereka dapat saat pelatihan dasar teater dalam garapannya. Mesipun belum mencapi apa yang dimaksud dalam workshop.
Maka dari itu kami harus menggiati lagi teater lebih dan lebih. Saat menggarap pementasan kami akan berproses. Sekaligus mendapat ilmu-ilmu baru. Mentargetkan apa yang ingin kami capai juga terdengar bagus haha. Sekian. [T]
BACA JUGA: