11 May 2025
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
tatkala.co
No Result
View All Result

Dokter dan Sepotong Filsafat

Putu Arya NugrahabyPutu Arya Nugraha
February 22, 2019
inEsai
Dokter dan Sepotong Filsafat

Foto diambil dari buku "Merayakan Ingatan" (Mahima, 2019).

118
SHARES

“In order to cure the human body, it is necessary to have a knowledge of the whole of things”

Hippocrates (460-377SM), dalam untaian kata-katanya yang begitu bersahaja, telah membangunkan kesadaran kita dari lelap tidur dini hari yang dingin akan spirit komunal yang memeluk hangat. Ia tak hanya mengajak dokter untuk kembali memahami tubuh manusia yang utuh akan fisik (body), pikiran (mind) dan jiwa (soul), juga menegaskan keniscayaan akan prinsip-prinsip dasar penghormatan terhadap semesta alam dan hidup itu sendiri.

Seakan-akan Hippocrates yang visioner telah meramalkan ilmu kedokteran yang kian mutakhir di masa depan bukan hanya kemudian potensial menceraikan dokter dengan sejawatnya sendiri, juga memisahkan mereka dengan pasien dari hubungan yang seharusnya begitu dekat macam anak kunci dengan gemboknya. Serupa dengan musisi-musisi adiluhung masyur yang lahir berkat gubahan-gubahan fenomenalnya maka takkan pernah ada dokter yang hebat bila tak ada pasien yang rumit, oleh karenanya filosofi “pasien adalah guru bagi dokter” menjadi begitu faktual.

Kita, dokter, atau siapa saja, dapat menjadi besar dan dimuliakan berkat cara-cara yang sangat sederhan, yaitu kerendahan hati dan welas asih. Kembali pada makna rangkaian kata-kata sederhana sang mahaguru Hippocrates, maka bekerja menjadi dokter, melayani semesta insani kita patut merunduk serendah-rendahnya pada hasil dan imbalan dan sebaliknya menggapai setinggi-tingginya pada intelegensia, nurani serta kebijaksanaan.

Hippocrates mungkin dongeng bagi kita, namun ia abadi karena kesetiaannya pada pelayanan. Untaian-untaian emas filsafat bajik seperti ini boleh bertebaran di belahan bumi mana saja dan hidup di zaman apa saja, namun ia abadi untuk dianut.

Coba kita lihat kemudian, seorang wanita perkasa yang boleh kita sebut sebagai “dokter untuk kaum papa”, Bunda Theresa, telah mendedikasikan seluruh hidupnya untuk kemanusiaan. Ia melayani orang-orang miskin sakit dan kotor di sepanjang jalanan Kota Kalkuta, India yang kumuh, mengangkut ke rumah penampungan, memandikan, menyuapi makan, memberikan obat, menyembuhkan atau menjadikan kematian mereka lebih terhormat.

Maka tak berlebih lalu Bunda Theresa dimuliakan dengan hadiah Nobel Perdamaian tahun 1979 lalu diabadikan sebagai orang suci (santa) oleh Paus Fransiskus.

Jika Bunda Theresa pernah mengucapkan kata-kata yang sangat tersohor bahwa ujung dari cinta kasih adalah pelayanan, maka betapa bersyukurnya kita sebagai dokter yang berada pada ujung cinta kasih itu. Tak perlu menjemput ke jalanan kumuh memberi pelayanan untuk kaum papa, namun profesi mulia ini telah begitu mendekatkan kita dengan nilai-nilai humanisme.

Lalu terperciklah api-api pertanyaan yang agak mengagetkan karena panasnya, “Kapan kita  terakhir kali memeluk seorang pasien dengan hati yang dalam?”, atau “Pernahkah kita  menggratiskan biaya berobat seorang pasien tak mampu?’, atau “Bersediakah kita hadir  kembali  saat  seorang  pasien  yang  kita  rawat  dalam  keadaan  sangat  kritis?”.

Masih  banyak pertanyaan yang begitu mengusik nurani bila mata hati kita sebagai dokter telah  terbuka.  Pertanyaan-pertanyaan  ini  seharusnya  kita  jawab  dengan  heroik  demi  meneruskan api spirit kemanusiaan dan kebangsaan seorang dr. Sutomo, dr. Wahidin Sudirohusodo  dan  dr.  Cipto  Mangun  Kusumo.  Kenapa?  Karena  mereka  menampik  kebersamaan  dengan  Kompeni yang  perlente,  namun  patriotik  merangkul  melayani  bangsanya  yang  kumal. 

Dari  sinilah  sebetulnya  nilai-nilai  profesionalisme  seorang  dokter   telah   diikrarkan.   Seharusnya   kita   sujud,   menyelami   kembali   spirit  profesionalisme  yang  telah  ditanamkan  oleh  pendahulu  dokter  pejuang  itu,  demi  menggerus  lebur  berbagai isu  kelam  yang  menodai  kemuliaan  profesi ini seperti  isu  gratifikasi,  sindikasi  atau  fraud. 

Sepertinya  kita  takkan  menang  melawan  isu-isu  ini  hanya dengan bicara dan kata-kata. Maka marilah bekerja, bekerja dan bekerja. Kode  etik  profesi  dan  Standar  Operasional  Prosedur  (SOP)  telah  memandu  kita  bekerja,  namun dengan sedikit filsafat maka kita akan dapat menyusuri sungai jernih dan sejuk  kerendah  hatian,  dan ia  akan  melindungi  kita. 

Lebih  dari  cukup dokter  telah  belajar  mendalami sel, fungsi organ, mekanisme penyakit, modalitas terapi up to date, metode  pembedahan  canggih  sampai  pada   peluang  sel  punca  di  masa  depan.   Kenapa  tak  sedikit saja kita mencoba filsafat? 

Filsafat telah ditulis sejak awal ilmu pengetahuan untuk kemudian dapat menunutun manusia kelak menggunakan sains dan teknologi tidak hanya dengan benar, juga dengan bijak. Kita pasti akan meyakini, filsafatlah yang telah membawa Dr. dr. Lie Dharmawan SpB SpBTKV pada hakikat nilai seorang pelayan. Lalu mengabdikan separuh hidupnya pada RS Kapal yang berkeliling Nusantara untuk melayani sesama dalam spirit pluralisme.

Masih banyak panutan yang  kita, dokter-dokter Indonesia ini dapat ikuti untuk mempertahankan kemuliaan profesi  ini. Dalam perspektif tradisi lokal Hindu Bali, ada satu keyakinan yang disebut dengan Hukum Karmapala,  ini selaras dengan konsep fisika modern  yang  kita kenal dengan  prinsip-prinsip  kekekalan  energi. 

Dalam  ilmu  fisika,  hukum  kekekalan  energi  menyatakan bahwa jumlah energi dari sebuah sistem tertutup itu tidak berubah, ia akan  tetap  sama.  Energi  tersebut  tidak  dapat  diciptakan  maupun  dimusnahkan,  namun  ia  dapat  berubah  dari  satu  bentuk  energi  ke  bentuk  energi  yang  lain. (Hukum  I  Termodinamika) Maka, yakinilah setiap senyum atau pelukan tulus dokter akan dapat  menjadi  energi  penyembuhan  untuk  pasien-pasien  yang  dirawat. 

Dalam  perspektif  falsafah jenius lokal Karmapala, kita bahkan dikagetkan dengan fakta dinamika energi  yang sulit diterima namun niscaya kebenarannya. Hukum ini menyebutkan setiap orang,  kualitas  hidupnya,  nasib  atau  takdirnya,  ditentukannya  sendiri,  tak  sedikitpun  dipengaruhi  orang  lain!  Lalu,  apakah  senyuman,  pelukan  dan  pelayanan  terbaik  kita  untuk  pasien  takkan  mempengaruhi  nasib  kesehatan  mereka?  Betul,  tidak!  Wow!

Bagaimana  bisa?  Ya  bisa,  begitulah  hukum  obyektif  maha  adil  itu  bekerja.  Persis  seperti, karena Arjuna atau Srikandi kah Begawan Bisma gugur ? Dalam kisah drama  marcapada ya, namun dalam kontemplasi filsafat ini, sesepuh Keluarga Barata ini gugur  mutlak  karena  hutangnya  yang  telah  menyia-nyiakan  Dewi  Amba  dalam  sebuah  sayembara.

Itulah kenapa Mahatma Gandhi saat ditembak terbunuh oleh seorang militan  Hindu seketika memaafkan pembunuhnya, karena ia meyakini itu adalah kematian atas  takdirnya  sendiri.  Tapi jangan  buru-buru  menarik  senyuman,  pelukan  dan  pelayanan  terbaik kita, justru diperkuat lagi karena semakin jelas semua yang kita lakukan adalah  untuk kemuliaan kita sendiri dan kesembuhan pasien mungkin adalah dampaknya.

Jadi  kita akan senantiasa berikhtiar berusaha yang terbaik untuk pasien sebagai bagian dari  profesionalitas kerja lalu selalu menanamkan kesadaran pasien dan keluarganya bahwa  kita tetap memohon yang di atas. Seperti cerita orang tua kita, petani yang hebat adalah  mereka  yang  menanam  bibit  dengan  baik  lalu  merawatnya  dengan  baik  tanpa  mengikatkan  diri dari hasilnya,  maka mereka bebas dan bahagia. 

Begitulah kira-kira kebahagiaan Dr. dr. Lie Dharmawan SpB SpBTKV yang tunduk setia pada tugas sebagai pelayan dan bebas dari ikatan pamrih. Ia secara alamiah tetap mendekatkan diri dengan masyarakat yang memang di mana seorang dokter harus berada. Berada dekat di sana hanya dengan menjalankan tugas-tugas alamiahnya sebagai pelayan rakyat.

Mengakhiri tulisan ini, masih sangat relevan gagasan seorang Mahatma Gandhi, jangankan mengubah dunia, mengubah satu orang pun belum tentu kita mampu, kalau begitu ubahlah diri sendiri menuju kebaikan, jika setiap orang mau melakukannya maka dunia dengan sendirinya akan menjadi lebih baik. [T]

Tags: dokterfilsafatkemanusiaankesehatan
Previous Post

Megibung Rebung di Desa Pedawa

Next Post

Manusia di Antara Binatang dan Tanaman

Putu Arya Nugraha

Putu Arya Nugraha

Dokter dan penulis. Penulis buku "Merayakan Ingatan", "Obat bagi Yang Sehat" dan "Filosofi Sehat". Kini menjadi Direktur Utama Rumah Sakit Umum Daerah Buleleng

Next Post
Manusia di Antara Binatang dan Tanaman

Manusia di Antara Binatang dan Tanaman

Please login to join discussion

ADVERTISEMENT

POPULER

  • Refleksi Semangat Juang Bung Tomo dan Kepemimpinan Masa Kini

    Apakah Menulis Masih Relevan di Era Kecerdasan Buatan?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Tulak Tunggul Kembali ke Jantung Imajinasi

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Ulun Pangkung Menjadi Favorit: Penilaian Sensorik, Afektif, atau Intelektual?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • ”Married by Accident” Bukan Pernikahan Manis Cinderella

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Duel Sengit Covid-19 vs COVID-19 – [Tentang Bahasa]

    11 shares
    Share 11 Tweet 0

KRITIK & OPINI

  • All
  • Kritik & Opini
  • Esai
  • Opini
  • Ulas Buku
  • Ulas Film
  • Ulas Rupa
  • Ulas Pentas
  • Kritik Sastra
  • Kritik Seni
  • Bahasa
  • Ulas Musik

Krisis Literasi di Buleleng: Mengapa Ratusan Siswa SMP Tak Bisa Membaca?

by Putu Gangga Pradipta
May 11, 2025
0
Masa Depan Pendidikan di Era AI: ChatGPT dan Perplexity, Alat Bantu atau Tantangan Baru?

PADA April 2025, masyarakat Indonesia dikejutkan oleh laporan yang menyebutkan bahwa ratusan siswa Sekolah Menengah Pertama (SMP) di Kabupaten Buleleng,...

Read more

Animal Farm dalam Interpretasi Pemalsuan Kepercayaan

by Karisma Nur Fitria
May 11, 2025
0
Animal Farm dalam Interpretasi Pemalsuan Kepercayaan

PEMALSUAN kepercayaan sekurangnya tidak asing di telinga pembaca. Tindakan yang dengan sengaja menciptakan atau menyebarkan informasi tidak valid kepada khalayak....

Read more

Enggan Jadi Wartawan

by Edi Santoso
May 11, 2025
0
Refleksi Hari Pers Nasional Ke-79: Tak Semata Soal Teknologi

MENJADI wartawan itu salah satu impian mahasiswa Ilmu Komunikasi. Tapi itu dulu, sebelum era internet. Sebelum media konvensional makin tak...

Read more
Selengkapnya

BERITA

  • All
  • Berita
  • Ekonomi
  • Pariwisata
  • Pemerintahan
  • Budaya
  • Hiburan
  • Politik
  • Hukum
  • Kesehatan
  • Olahraga
  • Pendidikan
  • Pertanian
  • Lingkungan
  • Liputan Khusus
“Bali Stroke Care”: Golden Period, Membangun Sistem di Tengah Detik yang Maut

“Bali Stroke Care”: Golden Period, Membangun Sistem di Tengah Detik yang Maut

May 8, 2025
Mosphit Skena Segera Tiba, yang Ngaku-Ngaku Anak Skena Wajib Hadir!

Mosphit Skena Segera Tiba, yang Ngaku-Ngaku Anak Skena Wajib Hadir!

May 7, 2025
Bimo Seno dan Dolog Gelar Pertandingan Tenis Lapangan di Denpasar

Bimo Seno dan Dolog Gelar Pertandingan Tenis Lapangan di Denpasar

April 27, 2025
Kebersamaan di Desa Wanagiri dalam Aksi Sosial Multisektor Paras.IDN dalam PASSION Vol.2 Bali

Kebersamaan di Desa Wanagiri dalam Aksi Sosial Multisektor Paras.IDN dalam PASSION Vol.2 Bali

April 23, 2025
Menghidupkan Warisan Leluhur, I Gusti Anom Gumanti Pimpin Tradisi Ngelawar di Banjar Temacun Kuta

Menghidupkan Warisan Leluhur, I Gusti Anom Gumanti Pimpin Tradisi Ngelawar di Banjar Temacun Kuta

April 22, 2025
Selengkapnya

FEATURE

  • All
  • Feature
  • Khas
  • Tualang
  • Persona
  • Historia
  • Milenial
  • Kuliner
  • Pop
  • Gaya
  • Pameran
  • Panggung
Diskusi dan Pameran Seni dalam Peluncuran Fasilitas Black Soldier Fly di Kulidan Kitchen and Space
Pameran

Diskusi dan Pameran Seni dalam Peluncuran Fasilitas Black Soldier Fly di Kulidan Kitchen and Space

JUMLAH karya seni yang dipamerkan, tidaklah terlalu banyak. Tetapi, karya seni itu menarik pengunjung. Selain idenya unik, makna dan pesan...

by Nyoman Budarsana
May 11, 2025
Fenomena Alam dari 34 Karya Perupa Jago Tarung Yogyakarta di Santrian Art Gallery
Pameran

Fenomena Alam dari 34 Karya Perupa Jago Tarung Yogyakarta di Santrian Art Gallery

INI yang beda dari pameran-pemaran sebelumnya. Santrian Art Gallery memamerkan 34 karya seni rupa dan 2 karya tiga dimensi pada...

by Nyoman Budarsana
May 10, 2025
“Jalan Suara”, Musikalisasi Puisi Yayasan Kesenian Sadewa Bali dan Komunitas Disabilitas Tunanetra
Panggung

“Jalan Suara”, Musikalisasi Puisi Yayasan Kesenian Sadewa Bali dan Komunitas Disabilitas Tunanetra

SEPERTI biasa, Heri Windi Anggara, pemusik yang selama ini tekun mengembangkan seni musikalisasi puisi atau musik puisi, tak pernah ragu...

by Nyoman Budarsana
May 6, 2025
Selengkapnya

FIKSI

  • All
  • Fiksi
  • Cerpen
  • Puisi
  • Dongeng
Selendang Putih Bertuliskan Mantra | Cerpen I Wayan Kuntara

Selendang Putih Bertuliskan Mantra | Cerpen I Wayan Kuntara

May 10, 2025
Puisi-puisi Pramita Shade | Peranjakan Dua Puluhan

Puisi-puisi Pramita Shade | Peranjakan Dua Puluhan

May 10, 2025
Kampusku Sarang Hantu [1]: Ruang Kuliah 13 yang Mencekam

Kampusku Sarang Hantu [14]: Ayam Kampus Bersimbah Darah

May 8, 2025
Perempuan di Mata Mak Kaeh | Cerpen Khairul A. El Maliky

Perempuan di Mata Mak Kaeh | Cerpen Khairul A. El Maliky

May 4, 2025
Puisi-puisi Gimien Artekjursi | Tentang Harimau Jawa

Puisi-puisi Gimien Artekjursi | Tentang Harimau Jawa

May 4, 2025
Selengkapnya

LIPUTAN KHUSUS

  • All
  • Liputan Khusus
Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan
Liputan Khusus

Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan

SEBAGAIMANA Banyuwangi di Pulau Jawa, secara geografis, letak Pulau Lombok juga cukup dekat dengan Pulau Bali, sehingga memungkinkan penduduk kedua...

by Jaswanto
February 28, 2025
Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan
Liputan Khusus

Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan

SUNGGUH kasihan. Sekelompok remaja putri dari Desa Baturiti, Kecamatan Kerambitan, Tabanan—yang tergabung dalam  Sekaa Gong Kebyar Wanita Tri Yowana Sandhi—harus...

by Made Adnyana Ole
February 13, 2025
Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti
Liputan Khusus

Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti

BULELENG-BANYUWANGI, sebagaimana umum diketahui, memiliki hubungan yang dekat-erat meski sepertinya lebih banyak terjadi secara alami, begitu saja, dinamis, tak tertulis,...

by Jaswanto
February 10, 2025
Selengkapnya

ENGLISH COLUMN

  • All
  • Essay
  • Fiction
  • Poetry
  • Features
Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

March 8, 2025
Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

November 30, 2024
The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

September 10, 2024
The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

July 21, 2024
Bali, the Island of the Gods

Bali, the Island of the Gods

May 19, 2024

TATKALA.CO adalah media umum yang dengan segala upaya memberi perhatian lebih besar kepada seni, budaya, dan kreativitas manusia dalam mengelola kehidupan di tengah-tengah alam yang begitu raya

  • Penulis
  • Tentang & Redaksi
  • Kirim Naskah
  • Pedoman Media Siber
  • Kebijakan Privasi
  • Desclaimer

Copyright © 2016-2024, tatkala.co

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis

Copyright © 2016-2024, tatkala.co