1 June 2025
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
tatkala.co
No Result
View All Result

Dokter dan Sepotong Filsafat

Putu Arya NugrahabyPutu Arya Nugraha
February 22, 2019
inEsai
Dokter dan Sepotong Filsafat

Foto diambil dari buku "Merayakan Ingatan" (Mahima, 2019).

118
SHARES

“In order to cure the human body, it is necessary to have a knowledge of the whole of things”

Hippocrates (460-377SM), dalam untaian kata-katanya yang begitu bersahaja, telah membangunkan kesadaran kita dari lelap tidur dini hari yang dingin akan spirit komunal yang memeluk hangat. Ia tak hanya mengajak dokter untuk kembali memahami tubuh manusia yang utuh akan fisik (body), pikiran (mind) dan jiwa (soul), juga menegaskan keniscayaan akan prinsip-prinsip dasar penghormatan terhadap semesta alam dan hidup itu sendiri.

Seakan-akan Hippocrates yang visioner telah meramalkan ilmu kedokteran yang kian mutakhir di masa depan bukan hanya kemudian potensial menceraikan dokter dengan sejawatnya sendiri, juga memisahkan mereka dengan pasien dari hubungan yang seharusnya begitu dekat macam anak kunci dengan gemboknya. Serupa dengan musisi-musisi adiluhung masyur yang lahir berkat gubahan-gubahan fenomenalnya maka takkan pernah ada dokter yang hebat bila tak ada pasien yang rumit, oleh karenanya filosofi “pasien adalah guru bagi dokter” menjadi begitu faktual.

Kita, dokter, atau siapa saja, dapat menjadi besar dan dimuliakan berkat cara-cara yang sangat sederhan, yaitu kerendahan hati dan welas asih. Kembali pada makna rangkaian kata-kata sederhana sang mahaguru Hippocrates, maka bekerja menjadi dokter, melayani semesta insani kita patut merunduk serendah-rendahnya pada hasil dan imbalan dan sebaliknya menggapai setinggi-tingginya pada intelegensia, nurani serta kebijaksanaan.

Hippocrates mungkin dongeng bagi kita, namun ia abadi karena kesetiaannya pada pelayanan. Untaian-untaian emas filsafat bajik seperti ini boleh bertebaran di belahan bumi mana saja dan hidup di zaman apa saja, namun ia abadi untuk dianut.

Coba kita lihat kemudian, seorang wanita perkasa yang boleh kita sebut sebagai “dokter untuk kaum papa”, Bunda Theresa, telah mendedikasikan seluruh hidupnya untuk kemanusiaan. Ia melayani orang-orang miskin sakit dan kotor di sepanjang jalanan Kota Kalkuta, India yang kumuh, mengangkut ke rumah penampungan, memandikan, menyuapi makan, memberikan obat, menyembuhkan atau menjadikan kematian mereka lebih terhormat.

Maka tak berlebih lalu Bunda Theresa dimuliakan dengan hadiah Nobel Perdamaian tahun 1979 lalu diabadikan sebagai orang suci (santa) oleh Paus Fransiskus.

Jika Bunda Theresa pernah mengucapkan kata-kata yang sangat tersohor bahwa ujung dari cinta kasih adalah pelayanan, maka betapa bersyukurnya kita sebagai dokter yang berada pada ujung cinta kasih itu. Tak perlu menjemput ke jalanan kumuh memberi pelayanan untuk kaum papa, namun profesi mulia ini telah begitu mendekatkan kita dengan nilai-nilai humanisme.

Lalu terperciklah api-api pertanyaan yang agak mengagetkan karena panasnya, “Kapan kita  terakhir kali memeluk seorang pasien dengan hati yang dalam?”, atau “Pernahkah kita  menggratiskan biaya berobat seorang pasien tak mampu?’, atau “Bersediakah kita hadir  kembali  saat  seorang  pasien  yang  kita  rawat  dalam  keadaan  sangat  kritis?”.

Masih  banyak pertanyaan yang begitu mengusik nurani bila mata hati kita sebagai dokter telah  terbuka.  Pertanyaan-pertanyaan  ini  seharusnya  kita  jawab  dengan  heroik  demi  meneruskan api spirit kemanusiaan dan kebangsaan seorang dr. Sutomo, dr. Wahidin Sudirohusodo  dan  dr.  Cipto  Mangun  Kusumo.  Kenapa?  Karena  mereka  menampik  kebersamaan  dengan  Kompeni yang  perlente,  namun  patriotik  merangkul  melayani  bangsanya  yang  kumal. 

Dari  sinilah  sebetulnya  nilai-nilai  profesionalisme  seorang  dokter   telah   diikrarkan.   Seharusnya   kita   sujud,   menyelami   kembali   spirit  profesionalisme  yang  telah  ditanamkan  oleh  pendahulu  dokter  pejuang  itu,  demi  menggerus  lebur  berbagai isu  kelam  yang  menodai  kemuliaan  profesi ini seperti  isu  gratifikasi,  sindikasi  atau  fraud. 

Sepertinya  kita  takkan  menang  melawan  isu-isu  ini  hanya dengan bicara dan kata-kata. Maka marilah bekerja, bekerja dan bekerja. Kode  etik  profesi  dan  Standar  Operasional  Prosedur  (SOP)  telah  memandu  kita  bekerja,  namun dengan sedikit filsafat maka kita akan dapat menyusuri sungai jernih dan sejuk  kerendah  hatian,  dan ia  akan  melindungi  kita. 

Lebih  dari  cukup dokter  telah  belajar  mendalami sel, fungsi organ, mekanisme penyakit, modalitas terapi up to date, metode  pembedahan  canggih  sampai  pada   peluang  sel  punca  di  masa  depan.   Kenapa  tak  sedikit saja kita mencoba filsafat? 

Filsafat telah ditulis sejak awal ilmu pengetahuan untuk kemudian dapat menunutun manusia kelak menggunakan sains dan teknologi tidak hanya dengan benar, juga dengan bijak. Kita pasti akan meyakini, filsafatlah yang telah membawa Dr. dr. Lie Dharmawan SpB SpBTKV pada hakikat nilai seorang pelayan. Lalu mengabdikan separuh hidupnya pada RS Kapal yang berkeliling Nusantara untuk melayani sesama dalam spirit pluralisme.

Masih banyak panutan yang  kita, dokter-dokter Indonesia ini dapat ikuti untuk mempertahankan kemuliaan profesi  ini. Dalam perspektif tradisi lokal Hindu Bali, ada satu keyakinan yang disebut dengan Hukum Karmapala,  ini selaras dengan konsep fisika modern  yang  kita kenal dengan  prinsip-prinsip  kekekalan  energi. 

Dalam  ilmu  fisika,  hukum  kekekalan  energi  menyatakan bahwa jumlah energi dari sebuah sistem tertutup itu tidak berubah, ia akan  tetap  sama.  Energi  tersebut  tidak  dapat  diciptakan  maupun  dimusnahkan,  namun  ia  dapat  berubah  dari  satu  bentuk  energi  ke  bentuk  energi  yang  lain. (Hukum  I  Termodinamika) Maka, yakinilah setiap senyum atau pelukan tulus dokter akan dapat  menjadi  energi  penyembuhan  untuk  pasien-pasien  yang  dirawat. 

Dalam  perspektif  falsafah jenius lokal Karmapala, kita bahkan dikagetkan dengan fakta dinamika energi  yang sulit diterima namun niscaya kebenarannya. Hukum ini menyebutkan setiap orang,  kualitas  hidupnya,  nasib  atau  takdirnya,  ditentukannya  sendiri,  tak  sedikitpun  dipengaruhi  orang  lain!  Lalu,  apakah  senyuman,  pelukan  dan  pelayanan  terbaik  kita  untuk  pasien  takkan  mempengaruhi  nasib  kesehatan  mereka?  Betul,  tidak!  Wow!

Bagaimana  bisa?  Ya  bisa,  begitulah  hukum  obyektif  maha  adil  itu  bekerja.  Persis  seperti, karena Arjuna atau Srikandi kah Begawan Bisma gugur ? Dalam kisah drama  marcapada ya, namun dalam kontemplasi filsafat ini, sesepuh Keluarga Barata ini gugur  mutlak  karena  hutangnya  yang  telah  menyia-nyiakan  Dewi  Amba  dalam  sebuah  sayembara.

Itulah kenapa Mahatma Gandhi saat ditembak terbunuh oleh seorang militan  Hindu seketika memaafkan pembunuhnya, karena ia meyakini itu adalah kematian atas  takdirnya  sendiri.  Tapi jangan  buru-buru  menarik  senyuman,  pelukan  dan  pelayanan  terbaik kita, justru diperkuat lagi karena semakin jelas semua yang kita lakukan adalah  untuk kemuliaan kita sendiri dan kesembuhan pasien mungkin adalah dampaknya.

Jadi  kita akan senantiasa berikhtiar berusaha yang terbaik untuk pasien sebagai bagian dari  profesionalitas kerja lalu selalu menanamkan kesadaran pasien dan keluarganya bahwa  kita tetap memohon yang di atas. Seperti cerita orang tua kita, petani yang hebat adalah  mereka  yang  menanam  bibit  dengan  baik  lalu  merawatnya  dengan  baik  tanpa  mengikatkan  diri dari hasilnya,  maka mereka bebas dan bahagia. 

Begitulah kira-kira kebahagiaan Dr. dr. Lie Dharmawan SpB SpBTKV yang tunduk setia pada tugas sebagai pelayan dan bebas dari ikatan pamrih. Ia secara alamiah tetap mendekatkan diri dengan masyarakat yang memang di mana seorang dokter harus berada. Berada dekat di sana hanya dengan menjalankan tugas-tugas alamiahnya sebagai pelayan rakyat.

Mengakhiri tulisan ini, masih sangat relevan gagasan seorang Mahatma Gandhi, jangankan mengubah dunia, mengubah satu orang pun belum tentu kita mampu, kalau begitu ubahlah diri sendiri menuju kebaikan, jika setiap orang mau melakukannya maka dunia dengan sendirinya akan menjadi lebih baik. [T]

Tags: dokterfilsafatkemanusiaankesehatan
Previous Post

Megibung Rebung di Desa Pedawa

Next Post

Manusia di Antara Binatang dan Tanaman

Putu Arya Nugraha

Putu Arya Nugraha

Dokter dan penulis. Penulis buku "Merayakan Ingatan", "Obat bagi Yang Sehat" dan "Filosofi Sehat". Kini menjadi Direktur Utama Rumah Sakit Umum Daerah Buleleng

Next Post
Manusia di Antara Binatang dan Tanaman

Manusia di Antara Binatang dan Tanaman

Please login to join discussion

ADVERTISEMENT

POPULER

  • “Muruk” dan “Nutur”, Belajar dan Diskusi ala Anak Muda Desa Munduk-Buleleng

    “Muruk” dan “Nutur”, Belajar dan Diskusi ala Anak Muda Desa Munduk-Buleleng

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Sang Hyang Eta-Eto: Memahami Kalender Hindu Bali & Baik-Buruk Hari dengan Rumusan ‘Lanus’

    23 shares
    Share 23 Tweet 0
  • Hari Lahir dan Pantangan Makanannya dalam Lontar Pawetuan Jadma Ala Ayu

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Film “Mungkin Kita Perlu Waktu” Tayang 15 Mei 2025 di Bioskop

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Tulak Tunggul Kembali ke Jantung Imajinasi

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

KRITIK & OPINI

  • All
  • Kritik & Opini
  • Esai
  • Opini
  • Ulas Buku
  • Ulas Film
  • Ulas Rupa
  • Ulas Pentas
  • Kritik Sastra
  • Kritik Seni
  • Bahasa
  • Ulas Musik

Tembakau, Kian Dilarang Kian Memukau

by Petrus Imam Prawoto Jati
May 31, 2025
0
Refleksi Semangat Juang Bung Tomo dan Kepemimpinan Masa Kini

PARA pembaca yang budiman, tanggal 31 Mei adalah Hari Tanpa Tembakau Sedunia. Tujuan utama dari peringatan ini adalah untuk meningkatkan...

Read more

Melahirkan Guru, Melahirkan Peradaban: Catatan di Masa Kolonial

by Pandu Adithama Wisnuputra
May 30, 2025
0
Mengemas Masa Silam: Tantangan Pembelajaran Sejarah bagi Generasi Muda

Prolog Melalui pendidikan, seseorang berkesempatan untuk mengembangkan kompetensi dirinya. Pendidikan menjadi sarana untuk mendapatkan pengetahuan sekaligus mengasah keterampilan bahkan sikap...

Read more

Menjawab Stigmatisasi Masa Aksi Kurang Baca

by Mansurni Abadi
May 30, 2025
0
Bersama dalam Fitri dan Nyepi: Romansa Toleransi di Tengah Problematika Bangsa

SEBELUM memulai pembahasan lebih jauh, marilah kita sejenak mencurahkan doa sembari mengenang kembali rangkaian kebiadaban yang terjadi pada masa-masa Reformasi,...

Read more
Selengkapnya

BERITA

  • All
  • Berita
  • Ekonomi
  • Pariwisata
  • Pemerintahan
  • Budaya
  • Hiburan
  • Politik
  • Hukum
  • Kesehatan
  • Olahraga
  • Pendidikan
  • Pertanian
  • Lingkungan
  • Liputan Khusus
Perpres 61 Tahun 2025 Keluar, STAHN Mpu Kuturan Sah Naik Status jadi Institut

Perpres 61 Tahun 2025 Keluar, STAHN Mpu Kuturan Sah Naik Status jadi Institut

May 29, 2025
 Haul Buya Syafii Maarif : Kelas Reading Buya Syafii Gelar Malam Puisi dan Diskusi Publik

Haul Buya Syafii Maarif : Kelas Reading Buya Syafii Gelar Malam Puisi dan Diskusi Publik

May 27, 2025
911—Nomor Cantik, Semoga Nomor Keberuntungan Buleleng di Porprov Bali 2025

911—Nomor Cantik, Semoga Nomor Keberuntungan Buleleng di Porprov Bali 2025

May 21, 2025
Inilah Daftar Panjang Kusala Sastra Khatulistiwa 2025

Inilah Daftar Panjang Kusala Sastra Khatulistiwa 2025

May 17, 2025
Meningkat, Antusiasme Warga Muslim Bali Membuka Tabungan Haji di BSI Kantor Cabang Buleleng

Meningkat, Antusiasme Warga Muslim Bali Membuka Tabungan Haji di BSI Kantor Cabang Buleleng

May 16, 2025
Selengkapnya

FEATURE

  • All
  • Feature
  • Khas
  • Tualang
  • Persona
  • Historia
  • Milenial
  • Kuliner
  • Pop
  • Gaya
  • Pameran
  • Panggung
Perayaan Penuh Kelezatan di Ubud Food Festival 2025
Panggung

Perayaan Penuh Kelezatan di Ubud Food Festival 2025

MEMASUKI tahun ke-10 penyelenggaraannya, Ubud Food Festival (UFF) 2025 kembali hadir dengan semarak yang lebih kaya dari sebelumnya. Perayaan kuliner...

by Dede Putra Wiguna
May 31, 2025
ft. moreNarra di Acara “ASMARALOKA”—Album Launch Showcase dari Arkana: “Ya, Biarkan”
Panggung

ft. moreNarra di Acara “ASMARALOKA”—Album Launch Showcase dari Arkana: “Ya, Biarkan”

MENYOAL asmara atau soal kehidupan. Ada banyak manusia tidak tertolong jiwanya-sakit akibat berharap pada sesuatu berujung kekecewaan. Tentu. Tidak sedikit...

by Sonhaji Abdullah
May 29, 2025
Sulaman Sejarah dan Alam dalam Peed Aya Duta Buleleng untuk PKB 2025
Panggung

Sulaman Sejarah dan Alam dalam Peed Aya Duta Buleleng untuk PKB 2025

LANGIT Singaraja masih menitikkan gerimis, Selasa 27 Mei 2025, ketika seniman-seniman muda itu mempersiapkan garapan seni untuk ditampilkan pada pembukaan...

by Komang Puja Savitri
May 28, 2025
Selengkapnya

FIKSI

  • All
  • Fiksi
  • Cerpen
  • Puisi
  • Dongeng
Lengkingan Gagak Hitam | Cerpen Mas Ruscitadewi

Lengkingan Gagak Hitam | Cerpen Mas Ruscitadewi

May 31, 2025
Puisi-puisi Eddy Pranata PNP | Stasiun, Lorong, Diam

Puisi-puisi Eddy Pranata PNP | Stasiun, Lorong, Diam

May 31, 2025
Kampusku Sarang Hantu [1]: Ruang Kuliah 13 yang Mencekam

Kampusku Sarang Hantu [17]: Wanita Tua dari Jalur Kereta

May 29, 2025
Menunggu Istri | Cerpen IBW Widiasa Keniten

Menunggu Istri | Cerpen IBW Widiasa Keniten

May 25, 2025
Kampusku Sarang Hantu [1]: Ruang Kuliah 13 yang Mencekam

Kampusku Sarang Hantu [16]: Genderuwo di Pohon Besar Kampus

May 22, 2025
Selengkapnya

LIPUTAN KHUSUS

  • All
  • Liputan Khusus
Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan
Liputan Khusus

Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan

SEBAGAIMANA Banyuwangi di Pulau Jawa, secara geografis, letak Pulau Lombok juga cukup dekat dengan Pulau Bali, sehingga memungkinkan penduduk kedua...

by Jaswanto
February 28, 2025
Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan
Liputan Khusus

Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan

SUNGGUH kasihan. Sekelompok remaja putri dari Desa Baturiti, Kecamatan Kerambitan, Tabanan—yang tergabung dalam  Sekaa Gong Kebyar Wanita Tri Yowana Sandhi—harus...

by Made Adnyana Ole
February 13, 2025
Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti
Liputan Khusus

Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti

BULELENG-BANYUWANGI, sebagaimana umum diketahui, memiliki hubungan yang dekat-erat meski sepertinya lebih banyak terjadi secara alami, begitu saja, dinamis, tak tertulis,...

by Jaswanto
February 10, 2025
Selengkapnya

ENGLISH COLUMN

  • All
  • Essay
  • Fiction
  • Poetry
  • Features
Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

March 8, 2025
Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

November 30, 2024
The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

September 10, 2024
The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

July 21, 2024
Bali, the Island of the Gods

Bali, the Island of the Gods

May 19, 2024

TATKALA.CO adalah media umum yang dengan segala upaya memberi perhatian lebih besar kepada seni, budaya, dan kreativitas manusia dalam mengelola kehidupan di tengah-tengah alam yang begitu raya

  • Penulis
  • Tentang & Redaksi
  • Kirim Naskah
  • Pedoman Media Siber
  • Kebijakan Privasi
  • Desclaimer

Copyright © 2016-2024, tatkala.co

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis

Copyright © 2016-2024, tatkala.co