1 June 2025
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
tatkala.co
No Result
View All Result

Aturan Mati: Jangan Mati Sembarangan

IGA Darma PutrabyIGA Darma Putra
February 12, 2019
inEsai
Swastyastu, Nama Saya Cangak
79
SHARES

Jangan kira segala urusan selesai jika napas lenyap dari tubuh. Jelas itu tidak mungkin terjadi. Setelahnya akan ada urusan administrasi yang musti diselesaikan, baik yang dapat dilihat dengan mata terbuka, atau tertutup.

Urusan yang bisa dilihat dengan mata terbuka seperti misalnya tentang bagaimana tubuh akan diperlakukan kemudian, apakah dibakar, dikubur, dicincang, atau dibagaimanakan. Yang mengurus semua itu, tentu mereka yang masih hidup. Belum pernah saya melihat atau mendengar ada yang mengubur mayatnya sendiri. Tapi kalau mendengar cerita tentang ada yang membakar mayatnya sendiri, pernah. Itu dalam sebuah kakawin.

Ada juga urusan yang tidak dapat dilihat hanya dengan mengandalkan mata terbuka, misalnya tentang perjalanan ruh, itu jelas sangat personal. Ada banyak cerita yang bisa dipercaya tentang perjalanan ruh.  Cerita itu menyediakan jawaban, untuk pertanyaan-pertanyaan semacam; Kemanakah ruh itu pergi? Maaf, pertanyaan saya ulangi, kemanakah ruh itu kembali?

Kedua jenis pertanyaan tadi sangat mungkin ditanyakan kepada sembarang makhluk. Jawabannya pun akan beraneka ragam. Ada yang menjawab begini, ada yang menjawab begitu. Begini dan begitunya jawaban, tergantung pada apa yang diyakini oleh pemberi jawaban. Karena sudah menjadi keyakinan, maka sulitlah untuk menolak jika diberikan sudut pandang berbeda dari yang diyakininya.

Contoh keyakinan yang sulit ditentang adalah tentang Tuhan. Bagi yang terlanjur meyakini bahwa Tuhan itu Maha Segala-gala-gala-galanya, akan sulit melepaskan keyakinan bahwa Tuhan itu tidak ada. Bagi yang terlanjur meyakini, dia bisa saja pura-pura tidak yakin. Caranya adalah dengan memberikan kritik ini dan itu kepada yang dianggapnya berke-Tuhan-an. Upacara itu begini, upacara ini begitu. Kebenaran seolah menjadi miliknya sendiri di dunia antah berantah ini. Konon Tuhan sudah ia matikan!

Jika Tuhan sudah mati, apa yang bisa ia yakini? Menghilangkan satu keyakinan, akan menumbuhkan keyakinan yang lain. Jika Tuhan yang Segala Maha itu sudah tiada, lalu dicari-carilah jawaban atas segala penyebab. Contohnya adalah penyebab tubuh bisa hidup. Menurut teori-teori tentang tubuh, ia bisa hidup karena di dalamnya berisi kehidupan yang disebutnya sebagai atma. Atma itulah Tuhan! Demikian katanya besar-besar pada alat pembesar suara sehingga mengejutkan para pendengar yang sebetulnya sudah terkejut saat Tuhan dimatikan.

Lalu untuk apa tubuh ini dihidupkan? Tenang, teka-teki semacam itu sudah tersedia jawabannya. Jawabannya adalah untuk berkarma. Berkarma artinya berbuat sesuatu, baik dengan pikiran, perkataan maupun tingkah laku. Ketiganya diikat oleh benang yang kasat mata. Benang itulah karma. Karma itulah kerja. Ada satu ungkapan dalam salah satu kitab termasyur, bahwa bekerjalah dalam tidak bekerja!

Adakah suatu akibat nantinya sebagai hasil kerja itu? Tentu saja ada. Akibatnya adalah hasil dari kerja atau hasil dari karma. Dalam bahasa pergaulan di tingkat tertentu, disebut karma phala. Karma ternyata sudah punya pasangan setia bernama phala. Begitu juga phala, punya pasangan yang tidak kalah setianya bernama karma. Tidak ada sesuatu hal pun yang bisa memisahkannya.

Sampai pada penjelasan itu, adakah yang belum jelas? Semoga saja tidak ada. Karena penjelasan selanjutnya lebih penting lagi dari penjelasan tadi. Penjelasan lanjutan ini hanya akan diberikan kepada mereka yang sudah expert. Saya ingin menjelaskan, bahwa hasil dari karma itu akan mempengaruhi kehidupan setelah kematian. Bagi mereka yang meyakini, setelah kehidupan ini mati, akan ada kehidupan lain yang hidup. Saat itu terjadi, segala hal yang telah terjadi kini, akan dilupakan mendatang. Umumnya begitu, meski pada suatu kasus tertentu ada saja yang bisa mengingat kehidupannya yang terdahulu.

Bagi yang lahir kembali, itu berarti masih ada sisa-sisa perbuatan yang harus ia nikmati di kehidupan selanjutnya. Semacam ada janji yang belum usai. Tapi entah karena apa, kebanyakan yang lahir kembali, lupa pada janjinya. Atau bahkan, tidak tahu apa janjinya di kehidupan terdahulu.

Jika benar demikian, akankah semuanya berpusing-pusing saja seperti bumi? Tidak! Itulah jawaban tegas menurut sumbernya. Keyakinan memberikan petunjuk bahwa lingkaran hidup-mati-hidup-mati bisa diputuskan. Caranya bukan dengan mengirimkan SMS, WA, nelfon, voice call, video call, messenger, kalau “kita putus”. Bukan juga dengan cara menghilang tiba-tiba saat lagi sayang-sayangnya.

Tidak sesederhana itu. Ada proses yang harus dilewati bagi mereka yang sudah bosan mengikuti lingkaran. Prosesnya adalah…, sebaiknya tidak saya jelaskan disini. Takut ada yang mendengar, sebab itu jalan sunyi yang rahasia. Jika ingin mengetahui, sebaiknya ikuti saya menyeberang dari wilayah ini. Terus terang, sudah tidak kondusif lagi ini wilayah. Tetapi saya bisa menceritakan bagaimana aturan kematian itu. Jangan kecewa.

Karena belum pernah mati, jadi kita bisa belajar tentang itu pada cerita-cerita yang diwariskan dari zaman kakek moyang sampai sekarang.Di dalam cerita, ada yang mati karena dibunuh. Pembunuhan itu dilakukan pada saat perang. Dalam banyak cerita, yang dibunuh adalah raksasa. Raksasa selalu menjadi korban pembunuhan. Dalam cerita epic yang lain, sudut pandang menjadi berbeda. Semisal dalam cerita Mahabharata, di dalamnya terdapat cerita manusia membunuh manusia lainnya atas nama perang. Korbannya bukan raksasa, tapi manusia.

.

Serial Cangak Sebelumnya:

Swastyastu, Nama Saya Cangak

Pemimpin dan Pandita

.

Ada juga yang mati karena tipu muslihat. Menurut cerita, dua tokoh sakti mandra guna yaitu Raja Singa dan Raja Kerbau, sama-sama mati karena dihasut oleh prajuritnya sendiri. Yang dipercayai menjadi prajurit adalah kawanan anjing. Kepada Raja Singa, kawanan anjing berkata ini dan itu. Kepada Raja Kerbau, kawanan anjing berkata itu dan ini. Keduanya diberikan informasi palsu. Hoax. Hasilnya kedua Raja yang gagah perkasa itu berperang, sampai akhirnya keduanya mati. Kawanan anjing yang sudah lama kelaparan, merajalela dan memakan bangkai kedua Rajanya. Siapa bilang hoax itu hanya masa kini?

Ada lagi korban hoaxyang lain. Namanya Kakua. Si Kakua adalah binatang yang cerdas. Karena kecerdasannya ia dipilih menjadi Panglima di suatu provinsi pada negara Telaga. Entah karena apa, tiba-tiba negara telaga itu mengering. Si Kakua bingung harus bagaimana. Tapi begitulah cerita, konon ada dua angsa yang ingin membantu menerbangkannya. Diambilkannya sepotong kayu, kedua angsa memegang masing-masing ujung dengan paruhnya. Sedangkan Si Kakua disuruhnya untuk menggigit bagian tengah kayu. Syaratnya hanya satu, Kakua tidak boleh bicara.

Di tengah perjalanan, kawanan anjing melihat Kakua dan kedua angsa itu terbang. Perut anjing mereka yang kelaparan, memberikan ide cemerlang. PENGHASUTAN. Dibangunlah opini publik, bahwa angsa sedang menerbangkan kotoran sapi. Kakua dan angsa-angsa mendengarnya. Mereka tahu sedang dihasut.

Tapi segala kepintaran, kecerdasan yang dimiliki Kakua hilang tiba-tiba. Sebabnya hanya, rasa tidak terima dan marah. Marah membuatnya lupa pada syarat lalu tanpa sadar membuka mulut dan sekaligus menghilangkan nyawanya karena jatuh dari tempat yang tinggi. Anjing-anjing tersenyum sinis, akhirnya perut mereka yang lapar bisa terpuaskan. Sayangnya, yang namanya perut tidak pernah kenyang dalam waktu lama. Perut anjing mereka selalu menagih korban lainnya.

Beberapa cerita tadi menunjukkan ada banyak cara mati. Bukannya tidak ada kematian yang tenang. Cerita tentang mati yang tenang tidak kalah serunya dengan cerita kematian tadi. Dharma Putra [bukan saya], kakak tertua Pandawa, mati dengan tenang. Atau bahkan tidak jelas apakah dia mati atau tidak. Setelah mengalahkan seratus Korawa, bersama istri dan adik-adiknya, Dharma Putra menaiki gunung untuk mati. Mereka juga diikuti oleh seekor anjing hitam.

Di akhir cerita, Dharma Putra dijemput untuk masuk ke surga dengan syarat meninggalkan anjing hitamnya. Dharma Putra tidak setuju, maka ia lebih memilih untuk diam dan tidak masuk surga kecuali anjingnya ikut. Saat itulah anjing itu berubah menjadi ayahnya, Dewa Dharma. Dharma Putra berarti putra dari Dharma. Karena Dewa Dharma menyamar menjadi anjing, bukan berarti Dewa Dharma sama dengan anjing, dan putranya adalah anak anjing. Itu jelas kasus yang berbeda.

Ada lagi cerita lainnya. Yudistira melawan Nilacandra dalam suatu lomba yang prestisius, menangkap ruh [ngejuk atma]. Bukan main lomba itu memang. Yudistira melepaskan ruhnya dari sangkar tubuh seperti melepaskan burung. Nilacandra dengan sigap menangkapnya, entah dengan apa. Giliran Nilacandra yang menguasai Aji Pegat itu, melepaskan burung ruhnya dari sangkar tubuh, bersembunyi di sudut paling rahasia dan sama sekali tidak terlihat kecuali oleh Shiwa. Akhirnya Yudistira mampu menangkapnya berkat bantuan Shiwa. Nilacandra tidak jadi mati, padahal sudah bisa mati.

Ada banyak lagi cerita tentang mati, beserta aturan-aturannya. Untuk bisa mati dengan tenang, sebelumnya harus mempersiapkan kematian. Contoh menyiapkan mati dengan tenang, adalah dengan berlomba-lomba ngayah. Jika tidak pernah ngayah, maka kematian menjadi terancam tidak tenang.

Yama Purwa Tattwa bisa menjadi rujukan dalam melihat aturan kematian. Di dalamnya termuat jenis-jenis kematian beserta cara-caranya setelah kematian. Ada mati yang baik dan ada pula mati yang buruk. Mati yang buruk disebutnya mati yang salah, atau mati karena ulah. Jenis-jenis itu kemudian ditiadakan oleh para pengampu kebijakan karena entah apa. Mungkin karena kemanusiaan. Tidak baik memang sudah mati tertimpa tangga.

Bagi yang ingin mati dengan tenang, saya sarankan untuk pintar-pintar membayangkan. Terutama bagi para ikan yang tidak ingin menyeberang. Jadi untuk para ikan, bayangkanlah bunga teratai yang bunganya sedang kuncup. Bunga yang kuncup itu mirip dengan aksara yang sangat terkenal di kalangan pengenalnya. Aksara itu bernama Ulu Candra. Aksara itu biasanya berada di atas aksara Okara yang sering ditulis oleh banyak insan. Bunganya yang kuncup adalah Nada, bulir air yang menempel adalah windu yang bulat itu. Arda candranya adalah daunnya yang terlihat melengkung. Okara adalah akarnya yang jauh tertanam di dalam lumpur.

Itulah salah satu praktik spiritual yang dahsyat hasilnya. Tetapi apakah praktik spiritual hanyalah sebentuk pelarian dari kebosanan? Saya hanya bertanya, jawabannya terserah anda. Tidak maulah saya, jika kemudian dituntut menistakan agama. Takut. Tetapi satu yang bisa saya katakan sebagai Cangak bagi para ikan: Jangan mati sembarangan!

Tags: dongengfilsafatkemanusiaanrenungan
Previous Post

Berkreasi di Kepulauan – Dari “Bali Architecture Week 2019: Popo Danes And Friends”

Next Post

Sarapan Yuk, Biar Kuat Bila Di-bully Nitizen yang Maha Benar

IGA Darma Putra

IGA Darma Putra

Penulis, tinggal di Bangli

Next Post
Sarapan Yuk, Biar Kuat Bila Di-bully Nitizen yang Maha Benar

Sarapan Yuk, Biar Kuat Bila Di-bully Nitizen yang Maha Benar

Please login to join discussion

ADVERTISEMENT

POPULER

  • “Muruk” dan “Nutur”, Belajar dan Diskusi ala Anak Muda Desa Munduk-Buleleng

    “Muruk” dan “Nutur”, Belajar dan Diskusi ala Anak Muda Desa Munduk-Buleleng

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Sang Hyang Eta-Eto: Memahami Kalender Hindu Bali & Baik-Buruk Hari dengan Rumusan ‘Lanus’

    23 shares
    Share 23 Tweet 0
  • Hari Lahir dan Pantangan Makanannya dalam Lontar Pawetuan Jadma Ala Ayu

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Film “Mungkin Kita Perlu Waktu” Tayang 15 Mei 2025 di Bioskop

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Tulak Tunggul Kembali ke Jantung Imajinasi

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

KRITIK & OPINI

  • All
  • Kritik & Opini
  • Esai
  • Opini
  • Ulas Buku
  • Ulas Film
  • Ulas Rupa
  • Ulas Pentas
  • Kritik Sastra
  • Kritik Seni
  • Bahasa
  • Ulas Musik

Tembakau, Kian Dilarang Kian Memukau

by Petrus Imam Prawoto Jati
May 31, 2025
0
Refleksi Semangat Juang Bung Tomo dan Kepemimpinan Masa Kini

PARA pembaca yang budiman, tanggal 31 Mei adalah Hari Tanpa Tembakau Sedunia. Tujuan utama dari peringatan ini adalah untuk meningkatkan...

Read more

Melahirkan Guru, Melahirkan Peradaban: Catatan di Masa Kolonial

by Pandu Adithama Wisnuputra
May 30, 2025
0
Mengemas Masa Silam: Tantangan Pembelajaran Sejarah bagi Generasi Muda

Prolog Melalui pendidikan, seseorang berkesempatan untuk mengembangkan kompetensi dirinya. Pendidikan menjadi sarana untuk mendapatkan pengetahuan sekaligus mengasah keterampilan bahkan sikap...

Read more

Menjawab Stigmatisasi Masa Aksi Kurang Baca

by Mansurni Abadi
May 30, 2025
0
Bersama dalam Fitri dan Nyepi: Romansa Toleransi di Tengah Problematika Bangsa

SEBELUM memulai pembahasan lebih jauh, marilah kita sejenak mencurahkan doa sembari mengenang kembali rangkaian kebiadaban yang terjadi pada masa-masa Reformasi,...

Read more
Selengkapnya

BERITA

  • All
  • Berita
  • Ekonomi
  • Pariwisata
  • Pemerintahan
  • Budaya
  • Hiburan
  • Politik
  • Hukum
  • Kesehatan
  • Olahraga
  • Pendidikan
  • Pertanian
  • Lingkungan
  • Liputan Khusus
Perpres 61 Tahun 2025 Keluar, STAHN Mpu Kuturan Sah Naik Status jadi Institut

Perpres 61 Tahun 2025 Keluar, STAHN Mpu Kuturan Sah Naik Status jadi Institut

May 29, 2025
 Haul Buya Syafii Maarif : Kelas Reading Buya Syafii Gelar Malam Puisi dan Diskusi Publik

Haul Buya Syafii Maarif : Kelas Reading Buya Syafii Gelar Malam Puisi dan Diskusi Publik

May 27, 2025
911—Nomor Cantik, Semoga Nomor Keberuntungan Buleleng di Porprov Bali 2025

911—Nomor Cantik, Semoga Nomor Keberuntungan Buleleng di Porprov Bali 2025

May 21, 2025
Inilah Daftar Panjang Kusala Sastra Khatulistiwa 2025

Inilah Daftar Panjang Kusala Sastra Khatulistiwa 2025

May 17, 2025
Meningkat, Antusiasme Warga Muslim Bali Membuka Tabungan Haji di BSI Kantor Cabang Buleleng

Meningkat, Antusiasme Warga Muslim Bali Membuka Tabungan Haji di BSI Kantor Cabang Buleleng

May 16, 2025
Selengkapnya

FEATURE

  • All
  • Feature
  • Khas
  • Tualang
  • Persona
  • Historia
  • Milenial
  • Kuliner
  • Pop
  • Gaya
  • Pameran
  • Panggung
Perayaan Penuh Kelezatan di Ubud Food Festival 2025
Panggung

Perayaan Penuh Kelezatan di Ubud Food Festival 2025

MEMASUKI tahun ke-10 penyelenggaraannya, Ubud Food Festival (UFF) 2025 kembali hadir dengan semarak yang lebih kaya dari sebelumnya. Perayaan kuliner...

by Dede Putra Wiguna
May 31, 2025
ft. moreNarra di Acara “ASMARALOKA”—Album Launch Showcase dari Arkana: “Ya, Biarkan”
Panggung

ft. moreNarra di Acara “ASMARALOKA”—Album Launch Showcase dari Arkana: “Ya, Biarkan”

MENYOAL asmara atau soal kehidupan. Ada banyak manusia tidak tertolong jiwanya-sakit akibat berharap pada sesuatu berujung kekecewaan. Tentu. Tidak sedikit...

by Sonhaji Abdullah
May 29, 2025
Sulaman Sejarah dan Alam dalam Peed Aya Duta Buleleng untuk PKB 2025
Panggung

Sulaman Sejarah dan Alam dalam Peed Aya Duta Buleleng untuk PKB 2025

LANGIT Singaraja masih menitikkan gerimis, Selasa 27 Mei 2025, ketika seniman-seniman muda itu mempersiapkan garapan seni untuk ditampilkan pada pembukaan...

by Komang Puja Savitri
May 28, 2025
Selengkapnya

FIKSI

  • All
  • Fiksi
  • Cerpen
  • Puisi
  • Dongeng
Lengkingan Gagak Hitam | Cerpen Mas Ruscitadewi

Lengkingan Gagak Hitam | Cerpen Mas Ruscitadewi

May 31, 2025
Puisi-puisi Eddy Pranata PNP | Stasiun, Lorong, Diam

Puisi-puisi Eddy Pranata PNP | Stasiun, Lorong, Diam

May 31, 2025
Kampusku Sarang Hantu [1]: Ruang Kuliah 13 yang Mencekam

Kampusku Sarang Hantu [17]: Wanita Tua dari Jalur Kereta

May 29, 2025
Menunggu Istri | Cerpen IBW Widiasa Keniten

Menunggu Istri | Cerpen IBW Widiasa Keniten

May 25, 2025
Kampusku Sarang Hantu [1]: Ruang Kuliah 13 yang Mencekam

Kampusku Sarang Hantu [16]: Genderuwo di Pohon Besar Kampus

May 22, 2025
Selengkapnya

LIPUTAN KHUSUS

  • All
  • Liputan Khusus
Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan
Liputan Khusus

Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan

SEBAGAIMANA Banyuwangi di Pulau Jawa, secara geografis, letak Pulau Lombok juga cukup dekat dengan Pulau Bali, sehingga memungkinkan penduduk kedua...

by Jaswanto
February 28, 2025
Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan
Liputan Khusus

Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan

SUNGGUH kasihan. Sekelompok remaja putri dari Desa Baturiti, Kecamatan Kerambitan, Tabanan—yang tergabung dalam  Sekaa Gong Kebyar Wanita Tri Yowana Sandhi—harus...

by Made Adnyana Ole
February 13, 2025
Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti
Liputan Khusus

Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti

BULELENG-BANYUWANGI, sebagaimana umum diketahui, memiliki hubungan yang dekat-erat meski sepertinya lebih banyak terjadi secara alami, begitu saja, dinamis, tak tertulis,...

by Jaswanto
February 10, 2025
Selengkapnya

ENGLISH COLUMN

  • All
  • Essay
  • Fiction
  • Poetry
  • Features
Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

March 8, 2025
Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

November 30, 2024
The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

September 10, 2024
The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

July 21, 2024
Bali, the Island of the Gods

Bali, the Island of the Gods

May 19, 2024

TATKALA.CO adalah media umum yang dengan segala upaya memberi perhatian lebih besar kepada seni, budaya, dan kreativitas manusia dalam mengelola kehidupan di tengah-tengah alam yang begitu raya

  • Penulis
  • Tentang & Redaksi
  • Kirim Naskah
  • Pedoman Media Siber
  • Kebijakan Privasi
  • Desclaimer

Copyright © 2016-2024, tatkala.co

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis

Copyright © 2016-2024, tatkala.co