1 June 2025
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
tatkala.co
No Result
View All Result

Swastyastu, Nama Saya Cangak

IGA Darma PutrabyIGA Darma Putra
January 29, 2019
inEsai
Swastyastu, Nama Saya Cangak
307
SHARES

Perkenalkan, nama saya Cangak. Entah siapa yang menamakan begitu. Mungkin bapak, mungkin ibu, atau mungkin orang-orang desa dan kota. Siapa saja yang menamai begitu, saya ucapkan terimakasih. Terus terang saya suka.

Di dalam bahasa Bali, Cangak itu dekat pengucapannya dengan cingak yang artinya melihat. Melihat yang dekat dan yang jauh adalah ciri-ciri kebijaksanaan. Saya dinamakan Cangak, mungkin karena diharapkan untuk mencapai kebijaksanaan.

Nama memang adalah salah satu cara untuk menunjukkan pengharapan, selain sebagai pengakuan. Mencapai kebijaksanaan adalah tujuan hidup, setelah bijaksana kedamaian akan dinikmati oleh ia yang bijaksana. Begitu menurut buku-buku agama yang saya baca dan hayati. Benar atau tidak, itu persoalan lain lagi.

Bukan perkara mudah mencapai kebijaksanaan, apalagi dalam hitungan detik, menit, jam, hari, minggu, bulan, tahunan. Sebab, itu kebijaksanaan hanya lahir dari tempaan pengalaman hidup. Betul sekali, hidup memang pengalaman.

Di dalamnya ada pengalaman suka, duka, sehat dan sakit. Untuk mengerti bagaimana hidup mengajarkan tetralogi suka-duka-sakit-sehat, maka hari ini saya membiarkan perut tetap kosong. Tujuannya hanya satu, untuk belajar pada tubuh, sejujur apakah dia.

Konon tubuh itu jujur, maka dengan kejujurannya dia menyatakan dirinya lapar, lelah, sakit, dingin, hangat, dan sebagainya. Tetapi percayalah, tubuh tidak sejujur itu.

Tubuh bisa bohong! Cara tubuh berbohong, sangat halus dan sulit dideteksi. Lapisan tubuh yang bisa berbohong itu disebut pikiran. Tidaklah aneh, jika banyak orang yang ditipu pikiran-pikiran sendiri.

Agar bisa mengetahui kejujuran pikiran, maka berjanjilah untuk mengujinya. Karena berjanji kepada diri sendiri, dan diucapkan sendiri, maka dijalani juga sendiri. Janji diri itu disebut brata. Itulah hasil berkontemplasi, merenungi hal-hal yang oleh kebanyakan orang dilupakan, terkecuali oleh calon Cangak suci seperti saya.

Mengosongkan perut tanpa makan dan minum, adalah jalan untuk mempelajari, memahami, dan mengalami penderitaan. Penderitaan itu mestilah dilewati untuk mencapai kebahagian. Jadi dengan begini, saya bisa melihat lebih jelas, dari jarak yang tepat segala hal yang dekat dan yang jauh. Apalagi karena saya adalah Cangak.

Cangak nama burung dengan leher yang panjang. Dengan leher super panjang itu, saya bisa lebih jelas melihat hal-hal yang ada di bawah leher, atau pun di atas kepala. Saking panjangnya, leher itu saya rasakan seperti lorong jalan bebas hambatan.

Di tol leher itu, makanan yang ingin masuk tidak perlu membayar. Itu karena saya tidak lagi perlu uang, sudah saya tinggalkan semua itu. Sungguh. Percayalah!

Jangan tanya mengapa, sebab akan banyak yang bisa diceritakan oleh Cangak terpelajar seperti saya ini. Jadi penjelasannya begini, uang adalah godaan yang mengikat. Jika banyak uang, maka segalanya bisa dibeli, termasuk kewarasan.

Itulah sebabnya, karena saya sedang menanjaki dunia kesunyian yang konon seperti gunung, maka godaan uang harus saya tinggalkan. Beratlah jika kaki melangkah dengan beban super berat.

Bagaimana jika terbang? Ya betul, saya memang bisa terbang, tapi tidak akan saya gunakan untuk mempermudah pendakian gunung itu. Mendaki harus dibayar dengan melangkah, bukan terbang, apalagi terbang-terbangan.

Langkah dihitung mulai dari satu, sampai langkah terakhir ketika sampai di puncak gunung. Kurang lebih seperti menghitung penyesalan bahwa semasa hidup telah memakan banyak sekali ikan-ikan tak berdosa hanya karena dalih perut lapar. Betapa beratnya dosa saya itu.

Sekarang, karena saya sudah tercerahkan, jadi tidak lagi ikan-ikan itu akan saya makan. Kapok. Serius.

Oh iya, “Om Swastyastu”, maaf tadi saya lupa memberi salam. Begitu seharusnya seorang yang terpelajar. Om itu kuta mantra untuk menyebut Tuhan.

Swastyastu berasal dari dua kata, swasti dan astu. Swasti artinya selamat, astu artinya semoga. Ya Tuhan Semoga Selamat. Selamat dari segala jenis ikatan, terutama ikatan suka dan duka. Begitulah arti dan maknanya. Berasal dari mana istilah itu? Sudah saya bilang jangan menanyakan hal-hal seperti itu, sebab semuanya sudah saya pahami betul.

Jadi begini, konon kata swastyastu berasal dari bahasa Sanskerta. Ya bahasa Sanskerta. Bahasanya para dewa. Bahasa itu banyak ditulis-tulis pada kitab-kitab suci, agak suci, sampai pada kitab-kitab yang sangat suci.

Meskipun saya tidak terlalu mengerti, tetap saja bukan halangan, sebab banyak buku-buku terjemahan orang-orang pintar yang bisa dibaca dan dipelajari. Tidak akan ada yang curiga dengan penguasaan bahasa, apalagi penguasaan sastra. Yang penting sudah belajar dari penuturan banyak orang. Sekarang tinggal meneduhkan pandangan mata, dan berbicara lembut. Maka tidak akan ada yang curiga. So what?

Menurut orang banyak, kata swastyastu ternyata disebutkan dalam kakawin Bharatayuddha, yang konon digubah oleh Mpu kenamaan bernama Mpu Sedah dan Mpu Panuluh. Mpu sekaliber itu menulis kata swastyastu, maka wajarlah jika salam itu juga diucapkan oleh orang-orang yang ingin disebut terpelajar.

Saya salah satunya yang terpelajar itu. Lihatlah, raut wajah yang tenang ini. Jika tidak percaya, lihatlah baik-baik pada baliho-baliho. Percayalah, tidak ada lagi keserakahan itu. Paruh ini tidak lagi mematuk daging ikan. Leher ini tidak lagi enak menelannya.

Inilah memang saatnya menjadi pertapa, atau bahasa kerennya sanyasin. Menyepi di hutan dan hanya makan buah-buahan juga sayur-sayuran. Daging sudah tidak boleh, apalagi tuak dan arak, itu minuman bhuta kala. Mana mungkin saya minum yang begitu-begitu, meski memang enak, mantap dan memabukkan.

Salam, sekali lagi, nama saya Cangak. Yang dalam cerita Tantri, menjadi pendeta dan berhenti makan ikan. Saya telah belajar tentang dharma, yang tidak saya pahami. Saya adalah burung yang bisa terbang, mengangkut ikan-ikan untuk diselamatkan dari telaga yang mengering. Tidak baik jika ikan-ikan mati begitu saja karena telaga semakin kering, sempit, pengap, dan bau.

Sekaranglah saatnya pergi mencari telaga lain, yang lebih luas, jernih, dan bening. Siapa ikan yang ingin ikut? (T)

Tags: agamacerita rakyatdongengfilsafatrenungan
Previous Post

Cerita Mama Leon dan Bhante Uttamo tentang Keyakinan Dhamma

Next Post

Memangnya Enak jadi Pemimpin?

IGA Darma Putra

IGA Darma Putra

Penulis, tinggal di Bangli

Next Post
Memangnya Enak jadi Pemimpin?

Memangnya Enak jadi Pemimpin?

Please login to join discussion

ADVERTISEMENT

POPULER

  • “Muruk” dan “Nutur”, Belajar dan Diskusi ala Anak Muda Desa Munduk-Buleleng

    “Muruk” dan “Nutur”, Belajar dan Diskusi ala Anak Muda Desa Munduk-Buleleng

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Sang Hyang Eta-Eto: Memahami Kalender Hindu Bali & Baik-Buruk Hari dengan Rumusan ‘Lanus’

    23 shares
    Share 23 Tweet 0
  • Hari Lahir dan Pantangan Makanannya dalam Lontar Pawetuan Jadma Ala Ayu

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Film “Mungkin Kita Perlu Waktu” Tayang 15 Mei 2025 di Bioskop

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Tulak Tunggul Kembali ke Jantung Imajinasi

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

KRITIK & OPINI

  • All
  • Kritik & Opini
  • Esai
  • Opini
  • Ulas Buku
  • Ulas Film
  • Ulas Rupa
  • Ulas Pentas
  • Kritik Sastra
  • Kritik Seni
  • Bahasa
  • Ulas Musik

Tembakau, Kian Dilarang Kian Memukau

by Petrus Imam Prawoto Jati
May 31, 2025
0
Refleksi Semangat Juang Bung Tomo dan Kepemimpinan Masa Kini

PARA pembaca yang budiman, tanggal 31 Mei adalah Hari Tanpa Tembakau Sedunia. Tujuan utama dari peringatan ini adalah untuk meningkatkan...

Read more

Melahirkan Guru, Melahirkan Peradaban: Catatan di Masa Kolonial

by Pandu Adithama Wisnuputra
May 30, 2025
0
Mengemas Masa Silam: Tantangan Pembelajaran Sejarah bagi Generasi Muda

Prolog Melalui pendidikan, seseorang berkesempatan untuk mengembangkan kompetensi dirinya. Pendidikan menjadi sarana untuk mendapatkan pengetahuan sekaligus mengasah keterampilan bahkan sikap...

Read more

Menjawab Stigmatisasi Masa Aksi Kurang Baca

by Mansurni Abadi
May 30, 2025
0
Bersama dalam Fitri dan Nyepi: Romansa Toleransi di Tengah Problematika Bangsa

SEBELUM memulai pembahasan lebih jauh, marilah kita sejenak mencurahkan doa sembari mengenang kembali rangkaian kebiadaban yang terjadi pada masa-masa Reformasi,...

Read more
Selengkapnya

BERITA

  • All
  • Berita
  • Ekonomi
  • Pariwisata
  • Pemerintahan
  • Budaya
  • Hiburan
  • Politik
  • Hukum
  • Kesehatan
  • Olahraga
  • Pendidikan
  • Pertanian
  • Lingkungan
  • Liputan Khusus
Perpres 61 Tahun 2025 Keluar, STAHN Mpu Kuturan Sah Naik Status jadi Institut

Perpres 61 Tahun 2025 Keluar, STAHN Mpu Kuturan Sah Naik Status jadi Institut

May 29, 2025
 Haul Buya Syafii Maarif : Kelas Reading Buya Syafii Gelar Malam Puisi dan Diskusi Publik

Haul Buya Syafii Maarif : Kelas Reading Buya Syafii Gelar Malam Puisi dan Diskusi Publik

May 27, 2025
911—Nomor Cantik, Semoga Nomor Keberuntungan Buleleng di Porprov Bali 2025

911—Nomor Cantik, Semoga Nomor Keberuntungan Buleleng di Porprov Bali 2025

May 21, 2025
Inilah Daftar Panjang Kusala Sastra Khatulistiwa 2025

Inilah Daftar Panjang Kusala Sastra Khatulistiwa 2025

May 17, 2025
Meningkat, Antusiasme Warga Muslim Bali Membuka Tabungan Haji di BSI Kantor Cabang Buleleng

Meningkat, Antusiasme Warga Muslim Bali Membuka Tabungan Haji di BSI Kantor Cabang Buleleng

May 16, 2025
Selengkapnya

FEATURE

  • All
  • Feature
  • Khas
  • Tualang
  • Persona
  • Historia
  • Milenial
  • Kuliner
  • Pop
  • Gaya
  • Pameran
  • Panggung
Perayaan Penuh Kelezatan di Ubud Food Festival 2025
Panggung

Perayaan Penuh Kelezatan di Ubud Food Festival 2025

MEMASUKI tahun ke-10 penyelenggaraannya, Ubud Food Festival (UFF) 2025 kembali hadir dengan semarak yang lebih kaya dari sebelumnya. Perayaan kuliner...

by Dede Putra Wiguna
May 31, 2025
ft. moreNarra di Acara “ASMARALOKA”—Album Launch Showcase dari Arkana: “Ya, Biarkan”
Panggung

ft. moreNarra di Acara “ASMARALOKA”—Album Launch Showcase dari Arkana: “Ya, Biarkan”

MENYOAL asmara atau soal kehidupan. Ada banyak manusia tidak tertolong jiwanya-sakit akibat berharap pada sesuatu berujung kekecewaan. Tentu. Tidak sedikit...

by Sonhaji Abdullah
May 29, 2025
Sulaman Sejarah dan Alam dalam Peed Aya Duta Buleleng untuk PKB 2025
Panggung

Sulaman Sejarah dan Alam dalam Peed Aya Duta Buleleng untuk PKB 2025

LANGIT Singaraja masih menitikkan gerimis, Selasa 27 Mei 2025, ketika seniman-seniman muda itu mempersiapkan garapan seni untuk ditampilkan pada pembukaan...

by Komang Puja Savitri
May 28, 2025
Selengkapnya

FIKSI

  • All
  • Fiksi
  • Cerpen
  • Puisi
  • Dongeng
Lengkingan Gagak Hitam | Cerpen Mas Ruscitadewi

Lengkingan Gagak Hitam | Cerpen Mas Ruscitadewi

May 31, 2025
Puisi-puisi Eddy Pranata PNP | Stasiun, Lorong, Diam

Puisi-puisi Eddy Pranata PNP | Stasiun, Lorong, Diam

May 31, 2025
Kampusku Sarang Hantu [1]: Ruang Kuliah 13 yang Mencekam

Kampusku Sarang Hantu [17]: Wanita Tua dari Jalur Kereta

May 29, 2025
Menunggu Istri | Cerpen IBW Widiasa Keniten

Menunggu Istri | Cerpen IBW Widiasa Keniten

May 25, 2025
Kampusku Sarang Hantu [1]: Ruang Kuliah 13 yang Mencekam

Kampusku Sarang Hantu [16]: Genderuwo di Pohon Besar Kampus

May 22, 2025
Selengkapnya

LIPUTAN KHUSUS

  • All
  • Liputan Khusus
Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan
Liputan Khusus

Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan

SEBAGAIMANA Banyuwangi di Pulau Jawa, secara geografis, letak Pulau Lombok juga cukup dekat dengan Pulau Bali, sehingga memungkinkan penduduk kedua...

by Jaswanto
February 28, 2025
Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan
Liputan Khusus

Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan

SUNGGUH kasihan. Sekelompok remaja putri dari Desa Baturiti, Kecamatan Kerambitan, Tabanan—yang tergabung dalam  Sekaa Gong Kebyar Wanita Tri Yowana Sandhi—harus...

by Made Adnyana Ole
February 13, 2025
Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti
Liputan Khusus

Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti

BULELENG-BANYUWANGI, sebagaimana umum diketahui, memiliki hubungan yang dekat-erat meski sepertinya lebih banyak terjadi secara alami, begitu saja, dinamis, tak tertulis,...

by Jaswanto
February 10, 2025
Selengkapnya

ENGLISH COLUMN

  • All
  • Essay
  • Fiction
  • Poetry
  • Features
Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

March 8, 2025
Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

November 30, 2024
The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

September 10, 2024
The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

July 21, 2024
Bali, the Island of the Gods

Bali, the Island of the Gods

May 19, 2024

TATKALA.CO adalah media umum yang dengan segala upaya memberi perhatian lebih besar kepada seni, budaya, dan kreativitas manusia dalam mengelola kehidupan di tengah-tengah alam yang begitu raya

  • Penulis
  • Tentang & Redaksi
  • Kirim Naskah
  • Pedoman Media Siber
  • Kebijakan Privasi
  • Desclaimer

Copyright © 2016-2024, tatkala.co

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis

Copyright © 2016-2024, tatkala.co