18 January 2021
  • Beranda
  • Peristiwa
    • Kilas
    • Khas
    • Perjalanan
    • Persona
    • Acara
  • Esai
    • Opini
    • Ulasan
    • Kiat
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Hard News
  • Penulis
  • Login
  • Register
No Result
View All Result
tatkala.co
tatkala.co
  • Beranda
  • Peristiwa
    • Kilas
    • Khas
    • Perjalanan
    • Persona
    • Acara
  • Esai
    • Opini
    • Ulasan
    • Kiat
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Hard News
  • Penulis
No Result
View All Result
tatkala.co
No Result
View All Result
Home Esai

Swastyastu, Nama Saya Cangak

IGA Darma Putra by IGA Darma Putra
January 29, 2019
in Esai
307
SHARES

Perkenalkan, nama saya Cangak. Entah siapa yang menamakan begitu. Mungkin bapak, mungkin ibu, atau mungkin orang-orang desa dan kota. Siapa saja yang menamai begitu, saya ucapkan terimakasih. Terus terang saya suka.

Di dalam bahasa Bali, Cangak itu dekat pengucapannya dengan cingak yang artinya melihat. Melihat yang dekat dan yang jauh adalah ciri-ciri kebijaksanaan. Saya dinamakan Cangak, mungkin karena diharapkan untuk mencapai kebijaksanaan.

Nama memang adalah salah satu cara untuk menunjukkan pengharapan, selain sebagai pengakuan. Mencapai kebijaksanaan adalah tujuan hidup, setelah bijaksana kedamaian akan dinikmati oleh ia yang bijaksana. Begitu menurut buku-buku agama yang saya baca dan hayati. Benar atau tidak, itu persoalan lain lagi.

Bukan perkara mudah mencapai kebijaksanaan, apalagi dalam hitungan detik, menit, jam, hari, minggu, bulan, tahunan. Sebab, itu kebijaksanaan hanya lahir dari tempaan pengalaman hidup. Betul sekali, hidup memang pengalaman.

Di dalamnya ada pengalaman suka, duka, sehat dan sakit. Untuk mengerti bagaimana hidup mengajarkan tetralogi suka-duka-sakit-sehat, maka hari ini saya membiarkan perut tetap kosong. Tujuannya hanya satu, untuk belajar pada tubuh, sejujur apakah dia.

Konon tubuh itu jujur, maka dengan kejujurannya dia menyatakan dirinya lapar, lelah, sakit, dingin, hangat, dan sebagainya. Tetapi percayalah, tubuh tidak sejujur itu.

Tubuh bisa bohong! Cara tubuh berbohong, sangat halus dan sulit dideteksi. Lapisan tubuh yang bisa berbohong itu disebut pikiran. Tidaklah aneh, jika banyak orang yang ditipu pikiran-pikiran sendiri.

Agar bisa mengetahui kejujuran pikiran, maka berjanjilah untuk mengujinya. Karena berjanji kepada diri sendiri, dan diucapkan sendiri, maka dijalani juga sendiri. Janji diri itu disebut brata. Itulah hasil berkontemplasi, merenungi hal-hal yang oleh kebanyakan orang dilupakan, terkecuali oleh calon Cangak suci seperti saya.

Mengosongkan perut tanpa makan dan minum, adalah jalan untuk mempelajari, memahami, dan mengalami penderitaan. Penderitaan itu mestilah dilewati untuk mencapai kebahagian. Jadi dengan begini, saya bisa melihat lebih jelas, dari jarak yang tepat segala hal yang dekat dan yang jauh. Apalagi karena saya adalah Cangak.

Cangak nama burung dengan leher yang panjang. Dengan leher super panjang itu, saya bisa lebih jelas melihat hal-hal yang ada di bawah leher, atau pun di atas kepala. Saking panjangnya, leher itu saya rasakan seperti lorong jalan bebas hambatan.

Di tol leher itu, makanan yang ingin masuk tidak perlu membayar. Itu karena saya tidak lagi perlu uang, sudah saya tinggalkan semua itu. Sungguh. Percayalah!

Jangan tanya mengapa, sebab akan banyak yang bisa diceritakan oleh Cangak terpelajar seperti saya ini. Jadi penjelasannya begini, uang adalah godaan yang mengikat. Jika banyak uang, maka segalanya bisa dibeli, termasuk kewarasan.

Itulah sebabnya, karena saya sedang menanjaki dunia kesunyian yang konon seperti gunung, maka godaan uang harus saya tinggalkan. Beratlah jika kaki melangkah dengan beban super berat.

Bagaimana jika terbang? Ya betul, saya memang bisa terbang, tapi tidak akan saya gunakan untuk mempermudah pendakian gunung itu. Mendaki harus dibayar dengan melangkah, bukan terbang, apalagi terbang-terbangan.

Langkah dihitung mulai dari satu, sampai langkah terakhir ketika sampai di puncak gunung. Kurang lebih seperti menghitung penyesalan bahwa semasa hidup telah memakan banyak sekali ikan-ikan tak berdosa hanya karena dalih perut lapar. Betapa beratnya dosa saya itu.

Sekarang, karena saya sudah tercerahkan, jadi tidak lagi ikan-ikan itu akan saya makan. Kapok. Serius.

Oh iya, “Om Swastyastu”, maaf tadi saya lupa memberi salam. Begitu seharusnya seorang yang terpelajar. Om itu kuta mantra untuk menyebut Tuhan.

Swastyastu berasal dari dua kata, swasti dan astu. Swasti artinya selamat, astu artinya semoga. Ya Tuhan Semoga Selamat. Selamat dari segala jenis ikatan, terutama ikatan suka dan duka. Begitulah arti dan maknanya. Berasal dari mana istilah itu? Sudah saya bilang jangan menanyakan hal-hal seperti itu, sebab semuanya sudah saya pahami betul.

Jadi begini, konon kata swastyastu berasal dari bahasa Sanskerta. Ya bahasa Sanskerta. Bahasanya para dewa. Bahasa itu banyak ditulis-tulis pada kitab-kitab suci, agak suci, sampai pada kitab-kitab yang sangat suci.

Meskipun saya tidak terlalu mengerti, tetap saja bukan halangan, sebab banyak buku-buku terjemahan orang-orang pintar yang bisa dibaca dan dipelajari. Tidak akan ada yang curiga dengan penguasaan bahasa, apalagi penguasaan sastra. Yang penting sudah belajar dari penuturan banyak orang. Sekarang tinggal meneduhkan pandangan mata, dan berbicara lembut. Maka tidak akan ada yang curiga. So what?

Menurut orang banyak, kata swastyastu ternyata disebutkan dalam kakawin Bharatayuddha, yang konon digubah oleh Mpu kenamaan bernama Mpu Sedah dan Mpu Panuluh. Mpu sekaliber itu menulis kata swastyastu, maka wajarlah jika salam itu juga diucapkan oleh orang-orang yang ingin disebut terpelajar.

Saya salah satunya yang terpelajar itu. Lihatlah, raut wajah yang tenang ini. Jika tidak percaya, lihatlah baik-baik pada baliho-baliho. Percayalah, tidak ada lagi keserakahan itu. Paruh ini tidak lagi mematuk daging ikan. Leher ini tidak lagi enak menelannya.

Inilah memang saatnya menjadi pertapa, atau bahasa kerennya sanyasin. Menyepi di hutan dan hanya makan buah-buahan juga sayur-sayuran. Daging sudah tidak boleh, apalagi tuak dan arak, itu minuman bhuta kala. Mana mungkin saya minum yang begitu-begitu, meski memang enak, mantap dan memabukkan.

Salam, sekali lagi, nama saya Cangak. Yang dalam cerita Tantri, menjadi pendeta dan berhenti makan ikan. Saya telah belajar tentang dharma, yang tidak saya pahami. Saya adalah burung yang bisa terbang, mengangkut ikan-ikan untuk diselamatkan dari telaga yang mengering. Tidak baik jika ikan-ikan mati begitu saja karena telaga semakin kering, sempit, pengap, dan bau.

Sekaranglah saatnya pergi mencari telaga lain, yang lebih luas, jernih, dan bening. Siapa ikan yang ingin ikut? (T)

Tags: agamacerita rakyatdongengfilsafatrenungan
IGA Darma Putra

IGA Darma Putra

Penulis, tinggal di Bangli

MEDIA SOSIAL

  • 3.4k Fans
  • 41 Followers
  • 1.5k Followers

ADVERTISEMENT

ENGLISH COLUMN

  • All
  • Essay
  • Features
  • Fiction
  • Poetry
9 perempuan book launch
Essay

Still We Rise | Balinese Women Movements: 2 Empowering Projects, 21 Inspiring Women

2021 - A New Year for More Female Voices “Still I rise”. Lecturer, writer, and feminist activist Sonia Kadek Piscayanti...

by Irina Savu-Cristea
December 24, 2020

FIKSI

  • All
  • Fiksi
  • Cerpen
  • Puisi
  • Dongeng
Digital Drawing ✍️:
Rayni N. Massardi
Puisi

Noorca M. Massardi | 7 Puisi Sapta dan 5 Puisi Panca

by Noorca M. Massardi
January 16, 2021
Bermain pantomim pop bali di Rumah Mahima
Esai

Tujuan Pulang Kampung yang Tidak Terduga

Apa tujuan pulang kampung di masa pandemi seperti ini? Kesibukan apa yang dapat dilakukan disaat ada himbauan tidak boleh berkumpul ...

July 3, 2020
Google
Esai

Catatan Harian Sugi Lanus: ‘Tuhan’ Dalam Batang Kangkung

  "'Tuhan' tak usah diperdebatkan. Jika mencoba memahaminya silahkan nyemplung ke sungai, cari dan petik kangkung dan belah batangnya", begitulah ...

February 2, 2018
Foto diambil dari internet
Ulasan

Sedikit-Sedikit Mengenai Puisi Wislawa Szymborska: Keanggunan Berpikir, Kenakalan Perspektif

SUNGGUH sulit membayangkan kehidupan tanpa humor. Namun anehnya, saya pikir lebih sulit lagi membayangkan humor dapat hidup dalam puisi. Kesan ...

February 2, 2018
Ilustrasi foto: Mursal Buyung
Esai

Idulfitri yang Berbeda & Kepura-puraan Kita

Seorang awam sepertiku, bisa merampungkan puasa Ramadan sebulan penuh—tentu atas izin-Nya—dengan susah payah, adalah sebuah prestasi yang sangat menggembirakan. Ya, ...

May 23, 2020
Warga Banjar Gelulung Sukawati Gianyar di Tukad Bembeng [Foto=foto Sukaya Sukawati]
Khas

BEMBENG YANG NGEMBENG || Bagian pertama dari tiga tulisan

PENGANTAR: Tukad Bembeng di kawasan Banjar Gelulung, Sukawati, Gianyar, Bali merupakan salah satu sungai yang sudah puluhan tahun terlupakan. Sejak ...

December 15, 2020

PERISTIWA

  • All
  • Peristiwa
  • Kilas
  • Khas
  • Perjalanan
  • Persona
  • Acara
Jukut paku di rumah Pan Rista di Desa Manikyang, Selemadeg, Tabanan
Khas

Jukut Paku, Dari Tepi Sungai ke Pasar Kota | Kisah Tengkulak Budiman dari Manikyang

by Made Nurbawa
January 16, 2021

ESAI

  • All
  • Esai
  • Opini
  • Kiat
  • Ulasan
Made Adnyana Ole [Ilustrasi Nana Partha]
Esai

Dilarang Meniru Petani

by Made Adnyana Ole
January 18, 2021

POPULER

Foto: koleksi penulis

Kisah “Semaya Pati” dari Payangan Gianyar: Cinta Setia hingga Maut Menjemput

February 2, 2018
Istimewa

Tradisi Eka Brata (Amati Lelungan) Akan Melindungi Bali dari Covid-19 – [Petunjuk Pustaka Lontar Warisan Majapahit]

March 26, 2020

tatkala.co mengembangkan jurnalisme warga dan jurnalisme sastra. Berbagi informasi, cerita dan pemikiran dengan sukacita.

KATEGORI

Acara (65) Cerpen (149) Dongeng (10) Esai (1349) Essay (6) Features (5) Fiction (3) Fiksi (2) Hard News (2) Khas (308) Kiat (19) Kilas (192) Opini (471) Peristiwa (83) Perjalanan (53) Persona (6) Poetry (5) Puisi (96) Ulasan (327)

MEDIA SOSIAL

  • Penulis
  • Tentang & Redaksi
  • Kirim Naskah
  • Pedoman Media Siber

Copyright © 2018,BalikuCreative - Premium WordPress.

No Result
View All Result
  • Beranda
  • Peristiwa
    • Kilas
    • Khas
    • Perjalanan
    • Persona
    • Acara
  • Esai
    • Opini
    • Ulasan
    • Kiat
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Hard News
  • Penulis
  • Login
  • Sign Up

Copyright © 2018,BalikuCreative - Premium WordPress.

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms below to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In