11 May 2025
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
tatkala.co
No Result
View All Result

Memulihkan Trauma Kultural – Catatan dari Flores Timur

Silvester Petara HuritbySilvester Petara Hurit
January 28, 2019
inEsai
Memulihkan Trauma Kultural – Catatan dari Flores Timur

Foto Dok. Disparbudkab Flotim.

228
SHARES

Hari Jumat tanggal 28 Agustus tahun 1970 adalah hari yang teramat pahit bagi masyarakat adat Lewotala Lewolema Flores Timur NTT. Rumah adat (korke) yang menjadi pusat kegiatan ritual, sosial dan budaya dibongkar dan dibakar.

Rumah yang mempersatukan masyarakat 5 kampung (Lewotala, Lamatou, Belogili, Kawaliwu dan Leworahang) sekaligus menjadi tempat dimana hal-hal krusial yang menyangkut kehidupan mereka direncanakan, dimusyawarahkan serta diputuskan dibakar di hadapan mayoritas masyarakat yang mensakralkannya.

Para tetua tak berdaya menyaksikan  anak-anaknya sendiri yang bertindak sebagai aparat keamanan desa (hansip) membongkar  dan membakarnya. Bagaimana mereka  bisa melakukan tindakan membakar rumah adat  yang menjadi jangkar  kehidupan nenek-moyang mereka sejak berabad-abad lampau?  Entah drama macam apa dan siapa aktor-aktor yang ada di balik itu, bagi tetua kampung yang lugu, tak fasih berbahasa Indonesia apalagi tidak bersekolah, tak banyak yang dapat mereka lakukan sebagai bentuk protes atau gugatan.

 Apa yang diajarkan kepada anak-cucunya di sekolah sehingga menyebut tetua kampungnya: setan, kafir dan pemuja berhala? Bangunan yang  dipercaya sebagai tempat suci kini dijauhi, dianggap sebagai rumah berhala, pusat tradisi dan praktek kekafiran. Tetua adat dituduh mendirikan agama baru.  Disiksa berjalan kaki  sejauh 17 KM untuk  membersihkan rumput di halaman kantor camat  selama sebulan tanpa disediakan makan dan minum.

 Ritus dan sejumlah tradisi seperti:  menenun, membuat tato etnik,  meratakan gigi,  melubangkan daun telinga dilarang. Pohon-pohon besar  di situs-situs penting yang berkaitan dengan keyakinan lokal ditebang. Kain dan peralatan tenun dimusnahkan. Rumah-rumah tradisional, lumbung, simbol-simbol serta segala ekspresi budaya seperti:  nyanyian etnik, sastra lisan, musik dan tarian adat  perlahan-lahan hilang dari kehidupan masyarakat.

Tetua adat sebagai pelaku  dan penjaga tradisi dibikin keder dengan sekian tuduhan (fitnah) yang tak mereka pahami. Mereka tidak tahu siapa yang ada dibalik semua itu. Yang terjadi kemudian adalah masyarakat terbelah antara yang menjalankan tradisi adat dan yang melepaskan diri darinya dengan menjalankan secara murni agama formal yang diwajibkan negara.  Ada yang bingung dan atau menjalankan kedua-duanya. Yang menjalankan kedua-duanya, oleh pemeluk teguh agama formal,  dicemooh sebagai plin-plan dan tak punya sikap. Ketegangan tersebut berlangsung sepanjang puluhan tahun  walau tidak mencuat sampai perseteruan fisik.

Momen pemulihan

Tanggal 5-7 Oktober 2018 adalah hari yang bersejarah bagi masyarakat adat Lewolema. Hari dimana mereka boleh merayakan kembali seni, ritus dan atraksi budaya secara kolektif dalam Festival Nubun Tawa. Atraksi panahan massal (leon tenada) sebagai bagian dari ritus membangun rumah adat, tinju tradisional (sadok nonga) yang dilaksanakan sebagai ekspresi sukacita panen, ritus afiliasi anak ke dalam suku/marga (lodo ana) dengan tari dan nyanyian sepanjang malam digelar kembali di Lewolema.

Masyarakat tumpah ruah di jalan. Menari tanpa alas kaki di siang terik. Berpanas-panasan mengikuti sekian pegelaran. Memikul sejumlah perlengkapan, membawa senter mendaki bukit demi menyaksikan sejumlah pertunjukan di malam hari. Festival menjadi ruang pengakuan dan pemulihan hak ekspresi kultural masyarakat.

Perasaan lepas (tanpa beban intimidasi) menyembulkan energi kegembiraan/sukacita. Energi tersebut bertaut (:bersinergi). Saling menguatkan. Membangkitkan kembali gairah kreativitas masyarakat serta memberi ruang bagi keleluasaan berpikir dan bergerak dalam mewujudkan jati diri kolektif-kulturalnya. Kegembiraan dan keleluasaan menjadi angin segar yang memungkinkan masyarakat dapat kembali melihat modal sosial dan budaya, memungut kembali potongan-potongan sejarah serta pengalaman sosialnya termasuk menyembuhkan diri dari trauma sejarah kultural masa lalunya.

Relevansi festival

Festival sebagai perayaan dan ritus sosial memperlihatkan bagaimana kecerdasan dan kemampuan masyarakat mengorganisir dirinya. Absennya peristiwa budaya yang bersifat kolektif/massal selama ini menghilangkan juga kemampuan bekerjasama dan menyesuaikan diri satu terhadap yang lainnya. Yang muncul selama beberapa dekade terakhir adalah kebingungan, rasa rendah diri, kecurigaan, rasa benar sendiri dan superioritas diri yang sempit akibat kehadiran yang satu tidak mengakui yang lain dalam ruang egaliter kebudayaan. Klaim kebenaran satu pihak tidak mengakui kebenaran yang dimiliki oleh pihak lain.

Foto: Dok. Disparbudkab Flotim

Festival Nubun Tawa, dalam bahasa Lamaholot bermakna “lahirnya tunas/generasi baru”, menjadi perayaan atau pesta masyarakat dimana ruang egaliter kebudayaan diciptakan kembali. Masyarakat adat Lewolema yang hampir setengah abad tidak diakui ruang ekspresi kulturalnya dan dilemahkan nilai serta sendi-sendi dasar yang merawat bangunan hidup kolektifnya, melalui festival, menemukan kembali kekuatan kebersamaan melalui peristiwa-peristiwa kolektif kesenian yang mempersatukan.

Kesenian mempersatukan dan mengobarkan kegembiraan. Jalan untuk merawat kembali kesehatan jiwa dan daya hidup masyarakat. Bahwa mereka bukan kafir, setan dan pemuja berhala. Pun bukan masyarakat gunung yang bodoh dan  primitif. Mereka adalah masyarakat tradisional yang religius. Yang merawat hidup dengan ritus, mantra, doa, nyanyian dan tarian. Yang memeterai dirinya dengan tato etnik dan motif-motif tenun serta pelbagai asesoris  yang merupakan pertunjuk (wahyu)  dari dunia transenden.

Festival membuat mereka menemukan kembali kenyataan dirinya sebagai pemberani (ata breket), prajurit dan satria perang yang handal di masa lalu.  Atraksi panahan massal (leon tenada) dari desa Lamatou misalnya, memperlihatkan kehebatan memanah yang selama ini tidak diapresiasi sebagai ketrampilan kultural masyarakat.

Festival Nubun Tawa yang lahir atas inisiatif Pemerintah Daerah (Dinas Pariwisata dan Kebudayaan) Kabupaten Flores Timur bekerjasama dengan Garasi Performance Institute serta sejumlah komunitas seni di Larantuka  menemukan   tempat dan relevansinya di dalam kehidupan masyarakat. Festival bukan terutama pukauan dan kekaguman pada kerja-kerja  artistik pentas-pentas kesenian melainkan lebih pada mempertautkan masyarakat dalam satu spirit perayaan dimana melaluinya mereka menghimpun kembali tenaga kembangkitan, menemukan jati diri kultural dan berkarya membangun masa depannya.

Tags: BudayaFloreskebudayaanNTTrumah adat
Previous Post

“Bubuh Nasi”, Olahan Nasi Sisa ala Pedesaan di Bali

Next Post

Cerita Mama Leon dan Bhante Uttamo tentang Keyakinan Dhamma

Silvester Petara Hurit

Silvester Petara Hurit

Esais, Pengamat Seni Pertunjukan. Tinggal di Lewotala Flores Timur.

Next Post
Cerita Mama Leon dan Bhante Uttamo tentang Keyakinan Dhamma

Cerita Mama Leon dan Bhante Uttamo tentang Keyakinan Dhamma

Please login to join discussion

ADVERTISEMENT

POPULER

  • Refleksi Semangat Juang Bung Tomo dan Kepemimpinan Masa Kini

    Apakah Menulis Masih Relevan di Era Kecerdasan Buatan?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Tulak Tunggul Kembali ke Jantung Imajinasi

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Ulun Pangkung Menjadi Favorit: Penilaian Sensorik, Afektif, atau Intelektual?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • ”Married by Accident” Bukan Pernikahan Manis Cinderella

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Duel Sengit Covid-19 vs COVID-19 – [Tentang Bahasa]

    11 shares
    Share 11 Tweet 0

KRITIK & OPINI

  • All
  • Kritik & Opini
  • Esai
  • Opini
  • Ulas Buku
  • Ulas Film
  • Ulas Rupa
  • Ulas Pentas
  • Kritik Sastra
  • Kritik Seni
  • Bahasa
  • Ulas Musik

“Pseudotourism”: Pepesan Kosong dalam Pariwisata

by Chusmeru
May 10, 2025
0
Efek “Frugal Living” dalam Pariwisata

KEBIJAKAN libur panjang (long weekend) yang diterapkan pemerintah selalu diprediksi dapat menggairahkan industri pariwisata Tanah Air. Hari-hari besar keagamaan dan...

Read more

Mendaki Bukit Tapak, Menemukan Makam Wali Pitu di Puncak

by Arix Wahyudhi Jana Putra
May 9, 2025
0
Mendaki Bukit Tapak, Menemukan Makam Wali Pitu di Puncak

GERIMIS pagi itu menyambut kami. Dari Kampus Undiksha Singaraja sebagai titik kumpul, saya dan sahabat saya, Prayoga, berangkat dengan semangat...

Read more

Kreativitas dan Imajinasi: Dua Modal Utama Seorang Seniman

by Pitrus Puspito
May 9, 2025
0
Kreativitas dan Imajinasi: Dua Modal Utama Seorang Seniman

DALAM sebuah seminar yang diadakan Komunitas Salihara (2013) yang bertema “Seni Sebagai Peristiwa” memberi saya pemahaman mengenai dunia seni secara...

Read more
Selengkapnya

BERITA

  • All
  • Berita
  • Ekonomi
  • Pariwisata
  • Pemerintahan
  • Budaya
  • Hiburan
  • Politik
  • Hukum
  • Kesehatan
  • Olahraga
  • Pendidikan
  • Pertanian
  • Lingkungan
  • Liputan Khusus
“Bali Stroke Care”: Golden Period, Membangun Sistem di Tengah Detik yang Maut

“Bali Stroke Care”: Golden Period, Membangun Sistem di Tengah Detik yang Maut

May 8, 2025
Mosphit Skena Segera Tiba, yang Ngaku-Ngaku Anak Skena Wajib Hadir!

Mosphit Skena Segera Tiba, yang Ngaku-Ngaku Anak Skena Wajib Hadir!

May 7, 2025
Bimo Seno dan Dolog Gelar Pertandingan Tenis Lapangan di Denpasar

Bimo Seno dan Dolog Gelar Pertandingan Tenis Lapangan di Denpasar

April 27, 2025
Kebersamaan di Desa Wanagiri dalam Aksi Sosial Multisektor Paras.IDN dalam PASSION Vol.2 Bali

Kebersamaan di Desa Wanagiri dalam Aksi Sosial Multisektor Paras.IDN dalam PASSION Vol.2 Bali

April 23, 2025
Menghidupkan Warisan Leluhur, I Gusti Anom Gumanti Pimpin Tradisi Ngelawar di Banjar Temacun Kuta

Menghidupkan Warisan Leluhur, I Gusti Anom Gumanti Pimpin Tradisi Ngelawar di Banjar Temacun Kuta

April 22, 2025
Selengkapnya

FEATURE

  • All
  • Feature
  • Khas
  • Tualang
  • Persona
  • Historia
  • Milenial
  • Kuliner
  • Pop
  • Gaya
  • Pameran
  • Panggung
Fenomena Alam dari 34 Karya Perupa Jago Tarung Yogyakarta di Santrian Art Gallery
Pameran

Fenomena Alam dari 34 Karya Perupa Jago Tarung Yogyakarta di Santrian Art Gallery

INI yang beda dari pameran-pemaran sebelumnya. Santrian Art Gallery memamerkan 34 karya seni rupa dan 2 karya tiga dimensi pada...

by Nyoman Budarsana
May 10, 2025
“Jalan Suara”, Musikalisasi Puisi Yayasan Kesenian Sadewa Bali dan Komunitas Disabilitas Tunanetra
Panggung

“Jalan Suara”, Musikalisasi Puisi Yayasan Kesenian Sadewa Bali dan Komunitas Disabilitas Tunanetra

SEPERTI biasa, Heri Windi Anggara, pemusik yang selama ini tekun mengembangkan seni musikalisasi puisi atau musik puisi, tak pernah ragu...

by Nyoman Budarsana
May 6, 2025
Mengenang Perupa I Gusti Made Peredi dan Karya-karyanya yang Membingkai Zaman
Khas

Mengenang Perupa I Gusti Made Peredi dan Karya-karyanya yang Membingkai Zaman

TAK salah jika Pemerintah Kota Denpasar dan Pemerintah Provinsi Bali menganugerahkan penghargaan kepada Almarhum I Gusti Made Peredi, salah satu...

by Nyoman Budarsana
May 6, 2025
Selengkapnya

FIKSI

  • All
  • Fiksi
  • Cerpen
  • Puisi
  • Dongeng
Selendang Putih Bertuliskan Mantra | Cerpen I Wayan Kuntara

Selendang Putih Bertuliskan Mantra | Cerpen I Wayan Kuntara

May 10, 2025
Puisi-puisi Pramita Shade | Peranjakan Dua Puluhan

Puisi-puisi Pramita Shade | Peranjakan Dua Puluhan

May 10, 2025
Kampusku Sarang Hantu [1]: Ruang Kuliah 13 yang Mencekam

Kampusku Sarang Hantu [14]: Ayam Kampus Bersimbah Darah

May 8, 2025
Perempuan di Mata Mak Kaeh | Cerpen Khairul A. El Maliky

Perempuan di Mata Mak Kaeh | Cerpen Khairul A. El Maliky

May 4, 2025
Puisi-puisi Gimien Artekjursi | Tentang Harimau Jawa

Puisi-puisi Gimien Artekjursi | Tentang Harimau Jawa

May 4, 2025
Selengkapnya

LIPUTAN KHUSUS

  • All
  • Liputan Khusus
Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan
Liputan Khusus

Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan

SEBAGAIMANA Banyuwangi di Pulau Jawa, secara geografis, letak Pulau Lombok juga cukup dekat dengan Pulau Bali, sehingga memungkinkan penduduk kedua...

by Jaswanto
February 28, 2025
Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan
Liputan Khusus

Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan

SUNGGUH kasihan. Sekelompok remaja putri dari Desa Baturiti, Kecamatan Kerambitan, Tabanan—yang tergabung dalam  Sekaa Gong Kebyar Wanita Tri Yowana Sandhi—harus...

by Made Adnyana Ole
February 13, 2025
Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti
Liputan Khusus

Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti

BULELENG-BANYUWANGI, sebagaimana umum diketahui, memiliki hubungan yang dekat-erat meski sepertinya lebih banyak terjadi secara alami, begitu saja, dinamis, tak tertulis,...

by Jaswanto
February 10, 2025
Selengkapnya

ENGLISH COLUMN

  • All
  • Essay
  • Fiction
  • Poetry
  • Features
Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

March 8, 2025
Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

November 30, 2024
The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

September 10, 2024
The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

July 21, 2024
Bali, the Island of the Gods

Bali, the Island of the Gods

May 19, 2024

TATKALA.CO adalah media umum yang dengan segala upaya memberi perhatian lebih besar kepada seni, budaya, dan kreativitas manusia dalam mengelola kehidupan di tengah-tengah alam yang begitu raya

  • Penulis
  • Tentang & Redaksi
  • Kirim Naskah
  • Pedoman Media Siber
  • Kebijakan Privasi
  • Desclaimer

Copyright © 2016-2024, tatkala.co

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis

Copyright © 2016-2024, tatkala.co