12 May 2025
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
tatkala.co
No Result
View All Result

Lama-lama, Dompet Kita Tebal Bukan Karena Uang, tapi Gara-gara Kartu

Ozik Ole-olangbyOzik Ole-olang
November 26, 2018
inEsai
Lama-lama, Dompet Kita Tebal Bukan Karena Uang, tapi Gara-gara Kartu

Ilustrasi diolah dari Google

3
SHARES

BANYAK yang bilang, kaya dan tidaknya seseorang itu bisa dilihat dari isi dompet. Tebal atau tidaknya dompet yang kita miliki dapat menentukan persepsi masyarakat tentang strata ekonomi. Jadi, untuk mengakali biar berkesan kaya tinggal isi aja tuh dompet dengan kartu yang bermacam-macam, kan tebal tuh jadinya.

Dahulu, ketika saya kecil, ketika saya sering meminta uang saku sekolah (sebenarnya sekarang sih masih tetap minta), ayah atau ibu biasanya mengeluarkan uang lembaran dari dompet mereka berdua lalu memberikannya pada saya.

Lambat laun jadi kepengen punya dompet sendiri meski isinya tetap minta sama orang tua tapi ya yang namanya pengen gaya-gayaan, pengen niru-niru orang dewasa gitu, jadi akhirnya dibelikan dompet juga sama bapak. Ketika itu, dompet yang saya punya bisa dikatakan dompet jadul, ya maklum lah, kan masih tahun 2000-an. Iya, itu lho dompet yang masih ada perekatnya mirip di sepatu-sepatu anak yang kalo dibuka akan berbunyi “kreeek ….” Makanya banyak yang menyebut dompet itu dengan nama dompet kreeek-an (huruf e-nya tiga kali ya).

Katanya sih dompet norak. Sebab setiap kali buka dompet selalu keluar bunyi yang lumayan bisa didengar beberapa telinga dan menurut orang sekarang kalau masih bawa dompet gituan mesti dikatai norak.

Dipikir-pikir iya juga sih. Misal ketika pergi ke mall dan mau bayar barang lalu kita mengeluarkan dompet yang begituan kemudian dibuka, dan keluar suara “kreeek” sontak semua mata bakal tertuju pada kita kayak di film-film Korea. Beberapa ada yang berbisik, “Ih, masih jaman dompet gituan?” Ya, zaman memang berubah, padahal dompet yang begituan kata bapak sih dulu sudah bagus daripada pake dompet kecil reslitingan yang biasa dibawa ibu-ibu ke pasar. Iya, itu lho dompet emas yang dialihfungsikan jadi dompet uang. Hehe, bukan maksud meledek ibu-ibu lho ya.

Sekarang dompet yang ngetren adalah dompet yang sudah gak pake kreeek-an, gak pake perekat. Tinggal lipat, buka, udah gak usah pake acara bunyi-bunyian. Kata orang dengan begitu kita bisa “keep cool” alias gak usah rame-rame kalau mau keluarin duit.

Kan kata orang semakin keren dan gaul seseorang maka semakin gak berbunyi tuh barang-barangnya. Mobil makin bagus mana ada yang makin nyaring. Sepatu makin bagus makin gak bunyi tuh kalo menghantam tanah. Dan semakin ndeso label yang didapatkan orang, semakin nyaring pula apa-apa yang digunakannya. Sepeda motor dinyaringin biar orang satu kampung kedengeran, nikahan kalo gak pake sound gede dan lagu dangdut yang jedem-jedem rasanya masih kurang. Ya begitulah stigmatisisasi dalam kehidupan kita.

Tapi masalah yang sebenarnya bukan itu. Itukan cuma perihal selera gaya dan kata orang-orang. Sekarang nih gak usah lihat model dompetnya kayak apa, apakah pake dompet “keep cool” yang gak bunyi atau dompet “kreee-kan” yang katanya norak itu. Masalahnya, tuh dompet berisi atau tidak, nah itu pashiongaya yang musti ditingkatkan. Percuma dompet harganya dua ratus ribu tapi isinya malah dak lebih dari 5 persen harga tuh dompet. Percuma baju apik-apik, sandal mapan, tapi otak kayak sampan tenggelam. Ya begitulah kira-kira saudara.

Lambat laun, semakin dewasa kita semakin terikat pula kita dengan dompet. Artinya, keperluan ekonomi akan sangat meningkat seiring bertambahnya usia, nah di situlah peran dompet mulai terlihat bukan sekedar untuk gaya-gayaan.

Semakin dewasa, semakin bermacam-macam pula isi dompet yang kita punya. Dulu ketika kecil mungkin isinya mentok sisa uang saku yang buat ditabung sama mungkin foto-foto entah foto sendiri, foto ibuk, atau juga ayah. Sekarang, tuh dompet gak karuan apa isinya. Semua yang kira-kira seukuran dengan kantong dompet masuk berdesakan. Mulai dari kartu, slip pembayaran, foto, jimat juga mungkin, sampai yang terakhir uang. Kenapa uang disebutin terakhir? Sebab sekarang isi dompet yang dominan bukan uang, tapi kartu.

Gimana? Setuju saudara-saudara? Ya setuju lah. Kan uangnya udah masuk kartu ATM bro. Kalo perlu apa-apa tinggal gesek, selesai deh. Eaa, gak usah banyak alesan deh. Bilang aja biar kelihatan tebal diisi banyak katu ATM mulai dari BRI, BTN, BCA, dan semua ATM bank-bank lain meski sebenarnya gak ada saldonya.

Ya begitulah teman-teman, semakin hari semakin canggih teknologi kita, semakin menyusut pula benda-benda di dunia ini. Komputer dulu besar sekali bahkan sampai seukuran rumah sekarang cukup di genggaman tangan saja. Dulu celengan dan brangkas ukurannya besar, sekarang cukup dengan selembar kartu, iya betul, ATM. Dan seterusnya berlalu. Bahkan baju-baju model sekarang juga ikutan mengecil tuh, makin singset, makin keliatan semua tubuhnya meski sudah pake baju. Dan seterusnya sampe gak pake baju. Eh, eh, sorry kecepolosan.

Tapi akhir-akhir ini, semakin saya merasa dewasa, semakin sering saya mengamati isi dompet saya. Bukan karena gak ada uangnya, bukan. Kalau itu kan persoalan semua orang. Tapi dari tahun ke tahun rasanya penghuni tetap dompet tuh terus saja bertambah. Kalau uang kan penghuni sementara yang hanya singgah beberapa hari di hatiku … Hehe.

Sampai saya membayangkan betapa nanti dompet kita tebal bukan karena uang, tapi karena kebanyakan kartu. Mulai dari KTP, ATM, SIM (SIM A, B, dan seterusnya lengkap), kartu mahasiswa, kartu organisasi, dan semacamnya. Seiring berlanjut usia, bukan tidak mungkin kita akan jadi anggota di banyak organisasi yang mengharuskan adanya kartu. Lah, nambah lagi tuh penghuni dompet. Eh, Belakangan ini malah ada kebijakan yang mungkin bakal menambah penghuni dompet kita ternyata, eits bukan uang tapi ya.

Mentri Agama belakagan ini mengumumkan bahwa sedang berencana mengubah tanda bukti pernikahan yang asalnya buku menjadi kartu. Banyak tuh beritanya di media-media, bisa kamu searching di Google. Atas dasar efisiensi dan kemudahan membawa, maka bukti nikah dipandang perlu untuk dijadikan sekecil mungkin. Jadi gak perlu bawa buku nikah ke mana-mana. Cukup bawa kartu saja.

Prinsipnya bisa dikatakan mirip ATM. Cuman kalau ATM isinya uang, tapi kalo kartu nikah ini hanya sekedar bukti resmi bin sah bahwa kita sudah menikah.

Gimana? Kan bakal ketambahan teman tuh KTP, ATM, SIM, dan sebagainya di dompet.

Dompet dapat diibaratkan lumbung atau persediaan. Di dalam dompet ada persediaan hidup kita meski tidak musti pangan atau sandang. Di sana ada uang meski sekarang sudah berbentuk ATM. Selain itu ada kartu-kartu identitas.

ATM bisa kita anggap sebagai lumbung uang dan kebutuhan ekonomi kita, sementara kartu-kartu lain yang ada di dompet adalah lumbung dan persediaan identitas kita. Dengan kartu itu orang-orang bisa mengetahui identitas resmi kita sebagai penduduk negara mana dan anggota organisasi mana.

Terlepas dari efektifitas dan persoalan yang akan timbul bila bukti nikah diganti kartu (bisa saja mudah hilang atau malah akan terjadi skandal mirip penggelapan identitas layaknya kasus KTP), namun yang bisa saya katakan sekarang adalah betapa fungsi dompet kita sudah beralih fungsi. Yang dulunya digunakan sebagai tempat menyimpanan uang atau sebagai lumbung ekonomi kita, sekarang mungkin bisa dikatakan lebih dominan sebagai tempat atau lumbung identitas kita dengan lebih banyaknya kartu daripada uang dalam dompet tersebut.

Jadi sekarang dompet tuh buat menyimpan kartu-kartu, sementara untuk uang mungkin hanya dalam durasi beberapa hari saja. Atau bisa jadi kelak manusia akan punya dompet dua, satu untuk menumpuk kartu, dan satu lagi untuk tempat uang, itupun kalau ada uangnya, hiks.

So, kalau mau beli dompet sekarang jangan cari yang kantong uangnya lebih banyak atau lebih besar, tapi cari dompet yang kantong kartunya lebih banyak, kan fungsi dompet sudah bukan tempat uang lagi. Dan mungkin bisa saja akan muncul banyak lagi kebijakan pemerintah yang mengharuskan kita membawa kartu ke mana-mana. Kan sudah ada kartu Indonesia sehat, kartu Indonesia pintar, bahkan ada pula wacana kartu Indonesia jomblo. Hehe. (T)

Tags: dompetgaya hidupuang
Previous Post

Teka-Teki dari Jepang – Catatan Ikut Workshop Butoh di Yogya

Next Post

Membicarakan “Kenapa Memilih Hukum” di Sudut Kantin Kampus

Ozik Ole-olang

Ozik Ole-olang

Pemuda asal Madura yang lahir di Lamongan dan berdomisili di kota Malang.

Next Post
Membicarakan “Kenapa Memilih Hukum” di Sudut Kantin Kampus

Membicarakan “Kenapa Memilih Hukum” di Sudut Kantin Kampus

Please login to join discussion

ADVERTISEMENT

POPULER

  • Refleksi Semangat Juang Bung Tomo dan Kepemimpinan Masa Kini

    Apakah Menulis Masih Relevan di Era Kecerdasan Buatan?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Tulak Tunggul Kembali ke Jantung Imajinasi

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Ulun Pangkung Menjadi Favorit: Penilaian Sensorik, Afektif, atau Intelektual?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • ”Married by Accident” Bukan Pernikahan Manis Cinderella

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Duel Sengit Covid-19 vs COVID-19 – [Tentang Bahasa]

    11 shares
    Share 11 Tweet 0

KRITIK & OPINI

  • All
  • Kritik & Opini
  • Esai
  • Opini
  • Ulas Buku
  • Ulas Film
  • Ulas Rupa
  • Ulas Pentas
  • Kritik Sastra
  • Kritik Seni
  • Bahasa
  • Ulas Musik

Refleksi Visual Made Sudana

by Hartanto
May 12, 2025
0
Refleksi Visual Made Sudana

JUDUL Segara Gunung karya Made Sudana ini memadukan dua elemen alam yang sangat ikonikal: lautan dan gunung. Dalam tradisi Bali,...

Read more

Melihat Pelaku Pembulian sebagai Manusia, Bukan Monster

by Sonhaji Abdullah
May 12, 2025
0
Melihat Pelaku Pembulian sebagai Manusia, Bukan Monster

DI Sekolah, fenomena bullying (dalam bahasa Indoneisa biasa ditulis membuli) sudah menjadi ancaman besar bagi dunia kanak-kanak, atau remaja yang...

Read more

Pulau dan Kepulauan di Nusantara: Nama, Identitas, dan Pengakuan

by Ahmad Sihabudin
May 12, 2025
0
Syair Pilu Berbalut Nada, Dari Ernest Hemingway Hingga Bob Dylan

“siapa yang mampu memberi nama,dialah yang menguasai, karena nama adalah identitas,dan sekaligus sebuah harapan.”(Michel Foucoult) WAWASAN Nusantara sebagai filosofi kesatuan...

Read more
Selengkapnya

BERITA

  • All
  • Berita
  • Ekonomi
  • Pariwisata
  • Pemerintahan
  • Budaya
  • Hiburan
  • Politik
  • Hukum
  • Kesehatan
  • Olahraga
  • Pendidikan
  • Pertanian
  • Lingkungan
  • Liputan Khusus
“Bali Stroke Care”: Golden Period, Membangun Sistem di Tengah Detik yang Maut

“Bali Stroke Care”: Golden Period, Membangun Sistem di Tengah Detik yang Maut

May 8, 2025
Mosphit Skena Segera Tiba, yang Ngaku-Ngaku Anak Skena Wajib Hadir!

Mosphit Skena Segera Tiba, yang Ngaku-Ngaku Anak Skena Wajib Hadir!

May 7, 2025
Bimo Seno dan Dolog Gelar Pertandingan Tenis Lapangan di Denpasar

Bimo Seno dan Dolog Gelar Pertandingan Tenis Lapangan di Denpasar

April 27, 2025
Kebersamaan di Desa Wanagiri dalam Aksi Sosial Multisektor Paras.IDN dalam PASSION Vol.2 Bali

Kebersamaan di Desa Wanagiri dalam Aksi Sosial Multisektor Paras.IDN dalam PASSION Vol.2 Bali

April 23, 2025
Menghidupkan Warisan Leluhur, I Gusti Anom Gumanti Pimpin Tradisi Ngelawar di Banjar Temacun Kuta

Menghidupkan Warisan Leluhur, I Gusti Anom Gumanti Pimpin Tradisi Ngelawar di Banjar Temacun Kuta

April 22, 2025
Selengkapnya

FEATURE

  • All
  • Feature
  • Khas
  • Tualang
  • Persona
  • Historia
  • Milenial
  • Kuliner
  • Pop
  • Gaya
  • Pameran
  • Panggung
Pendekatan “Deeflearning” dalam Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila 
Khas

Pendekatan “Deeflearning” dalam Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila

PROJEK Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P-5) di SMA Negeri 2 Kuta Selatan (Toska)  telah memasuki fase akhir, bersamaan dengan berakhirnya...

by I Nyoman Tingkat
May 12, 2025
Diskusi dan Pameran Seni dalam Peluncuran Fasilitas Black Soldier Fly di Kulidan Kitchen and Space
Pameran

Diskusi dan Pameran Seni dalam Peluncuran Fasilitas Black Soldier Fly di Kulidan Kitchen and Space

JUMLAH karya seni yang dipamerkan, tidaklah terlalu banyak. Tetapi, karya seni itu menarik pengunjung. Selain idenya unik, makna dan pesan...

by Nyoman Budarsana
May 11, 2025
Fenomena Alam dari 34 Karya Perupa Jago Tarung Yogyakarta di Santrian Art Gallery
Pameran

Fenomena Alam dari 34 Karya Perupa Jago Tarung Yogyakarta di Santrian Art Gallery

INI yang beda dari pameran-pemaran sebelumnya. Santrian Art Gallery memamerkan 34 karya seni rupa dan 2 karya tiga dimensi pada...

by Nyoman Budarsana
May 10, 2025
Selengkapnya

FIKSI

  • All
  • Fiksi
  • Cerpen
  • Puisi
  • Dongeng
Puisi-puisi Hidayatul Ulum | Selasar Sebelum Selasa

Puisi-puisi Hidayatul Ulum | Selasar Sebelum Selasa

May 11, 2025
Ambulan dan Obor Api | Cerpen Sonhaji Abdullah

Ambulan dan Obor Api | Cerpen Sonhaji Abdullah

May 11, 2025
Bob & Ciko | Dongeng Masa Kini

Bob & Ciko | Dongeng Masa Kini

May 11, 2025
Selendang Putih Bertuliskan Mantra | Cerpen I Wayan Kuntara

Selendang Putih Bertuliskan Mantra | Cerpen I Wayan Kuntara

May 10, 2025
Puisi-puisi Pramita Shade | Peranjakan Dua Puluhan

Puisi-puisi Pramita Shade | Peranjakan Dua Puluhan

May 10, 2025
Selengkapnya

LIPUTAN KHUSUS

  • All
  • Liputan Khusus
Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan
Liputan Khusus

Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan

SEBAGAIMANA Banyuwangi di Pulau Jawa, secara geografis, letak Pulau Lombok juga cukup dekat dengan Pulau Bali, sehingga memungkinkan penduduk kedua...

by Jaswanto
February 28, 2025
Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan
Liputan Khusus

Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan

SUNGGUH kasihan. Sekelompok remaja putri dari Desa Baturiti, Kecamatan Kerambitan, Tabanan—yang tergabung dalam  Sekaa Gong Kebyar Wanita Tri Yowana Sandhi—harus...

by Made Adnyana Ole
February 13, 2025
Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti
Liputan Khusus

Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti

BULELENG-BANYUWANGI, sebagaimana umum diketahui, memiliki hubungan yang dekat-erat meski sepertinya lebih banyak terjadi secara alami, begitu saja, dinamis, tak tertulis,...

by Jaswanto
February 10, 2025
Selengkapnya

ENGLISH COLUMN

  • All
  • Essay
  • Fiction
  • Poetry
  • Features
Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

March 8, 2025
Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

November 30, 2024
The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

September 10, 2024
The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

July 21, 2024
Bali, the Island of the Gods

Bali, the Island of the Gods

May 19, 2024

TATKALA.CO adalah media umum yang dengan segala upaya memberi perhatian lebih besar kepada seni, budaya, dan kreativitas manusia dalam mengelola kehidupan di tengah-tengah alam yang begitu raya

  • Penulis
  • Tentang & Redaksi
  • Kirim Naskah
  • Pedoman Media Siber
  • Kebijakan Privasi
  • Desclaimer

Copyright © 2016-2024, tatkala.co

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis

Copyright © 2016-2024, tatkala.co