KETIKA muncul lagu “Sunset Di Tanah Anarki” (SDTA) karya SID, sekitar Maret 2014, dengan video klip tentang penghilang paksa Widji Thukul, pembunuhan kejam atas Munir, kita dibuat kembali terjaga dan ingat.
Kita, warga bangsa ini, cepat sekali lupa.
Video klip SDTA membuka borok sejarah bangsa ini. Munir dan Widji, dan begitu juga banyak anak bangsa yang dihilangkan di generasi sebelumnya, yang terlupakan dalam kematiannya yang keji, disuarakan kembali dalam video klip itu.
“Lawan!”
Itu teriak Widji Thukul. Di masa itu, karena ia menulis dan membaca puisi, bersuara lantang dalam berbagai demontrasi: Ia dilenyapkan! Lahir 26 Agustus1963, setelah demontrasi April 1998, Widji seperti ditelan bumi. Dilenyapkan! Bacalah kumpulan puisi Widji Thukul: ‘Puisi Pelo’ (1984), ‘Darman dan Lain-lain’ (1994), ‘Mencari Tanah Lapang’ (1994), ‘Aku Ingin Jadi Peluru’ (2000); kita akan diberi spekturm yang luas kenapa ia mengajak kita teriak satu kata: Lawan! Widji adalah salah satu pemuda yang gigih melawan penindasan rezim Soeharto.
Jujur, sederhana, berani menegakkan dan menyuarakan suara rakyat, hak asasi manusia, itu yang melekat pada diri Munir Said Thalib (lahir 8 Desember 1965). Ia dibungkam paksa dengan racun berpulang di atas pesawat dalam perjalanannya ke Belanda, 7 September 2004. Kematian Munir sang aktivis Hak Azasi Manusia (HAM), tokoh anti korupsi, sampai kini masih menyimpan sejumlah misteri. Tinggal rasa pedih jika mengenangnya, terlebih mereka yang pernah mengenal sosok sahaja Munir. Tinggal geram jika membaca kembali bagaimana ia diracun di atas pesawat. Kejam dan biadab.
Klip dan lagu SDTA adalah kejutan perlawanan yang muncul dari dunia panggung kesenian yang tidak biasa.
Baru kali ini dalam sejarah NKRI ada sebuah lagu yang demikian menggugah didedikasikan untuk mereka yang dibungkam, dilenyapkan, atau dibunuh secara keji. Lagu SDTA bukan lagu wajib kebangsaan, tapi ditulis oleh pemuda yang mengibarkan semangat kecintaan pada negerinya dengan cara “berontak dan kritis”, “melawan lupa dan bersikap”, “berpikir historis dan bersuara lantang”, melakukan perlawanan pada lupa dan abai – menjadi penyemangat dalam mengibarkan bendera perlawanan dalam berbagai demontrasi pembelaan lingkungan hidup.
SID lewat SDTA, dan tentunya banyak lagu lainnya, mengibarkan semangat melawan lupa dan melawan abai pada kebijakan pemerintah yang dalam banyak hal tidak peka lingkungan dan memang harus disikapi. Sungguh, tidak biasanya ada sekumpulan anak muda dengan bandnya menyuarakan secara konsisten sikapnya pada kebijakan politik, ekonomi, lingkungan di negeri ini.
BACA JUGA:
SID (Superman Is Dead) — grup musik yang beranggotakan tiga pemuda asal Bali: Bobby Kool (I Made Putra Budi Sartika) sebagai gitaris dan vokalis; Eka Rock (I Made Eka Arsana) sebagi bassis; dan Jerinx (I Gede Ari Astina) sebagai drummer — telah secara konsisten lebih satu dekade mengibarkan semangat perlawanan. SID bukan sekedar penghibur penawar rasa galau. SDTA dan lagu-lagu SID lainnya adalah berkah tersendiri di tengah dunia hiburan Indonesia yang banyak menyajikan kegalauan dan ketakbersikapan. SDTA dipersembahkan untuk Munir, untuk Widji, dan mereka yang dihilangkan. Menonton video klip SDTA kita diajak mengenang Munir dan Widji Thukul. Ruh perlawanan Munir dan Widji adalah ruh SDTA dan video klipnya.
Di bawah lirik ini adalah link atau tautan dari video klip Sunset Di Tanah Anarki yang disertai testimoni dari Suciwati Munir, Sipon Widji Thukul, dan Ilham Aidit yang dipersembahkan untuk GERAKAN MENOLAK LUPA.
Sunset Di Tanah Anarki
Andaiku malaikat, kupotong sayapku dan rasakan perih di dunia bersamamu
Perang kan berakhir, cinta kan abadi, di tanah anarki romansa terjadi
Desing peluru tak bertuan, hari-hari yang tak benderang
Setiap detik nyawa ini kupertahankan untukmu
Alasanku ada di sini, dan parasmu yang kurindukan
Di neraka kan kumenangkan, hariku bersamamu
Dalam gelisahku menunggu, berita tentang gerilyamu
Semerbak rindu kuasai udara panas ini
Sepucuk surat telah tiba, dan senja pun ikut berdebar
Kalimat indah dan kisahmu tentang perang dan cinta
Kubasuh luka dengan air mata
Oh hatimu beku, serta jiwamu yang lelah
Tak henti lawan dunia dengan mimpi besar untuk cinta
Dan jalanmu tuk pulang, di ujung waktu kan ada cahaya
Itulah aku, raihlah mimpimu
Video klipnya: https://www.youtube.com/watch?v=U8Oc2zZ82eM