2 June 2025
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
tatkala.co
No Result
View All Result

Warna Warni Satu Tujuan – Pentas Teater Taksu di Parade Teater Canasta 2018

Agus Noval RivaldibyAgus Noval Rivaldi
November 4, 2018
inUlasan
Warna Warni Satu Tujuan – Pentas Teater Taksu di Parade Teater Canasta 2018

Personel Teater Taksu yang mentas di Parade Teater Canasta 2018

“APA yang kini terjadi diluar sana?” Kata itu terucap sebagai dialog pertama untuk memulai pertanda pementasan hari ketiga acara Parade Teater Canasta, 31 Oktober 2018. Saat itu, Teater Taksu SMAN 2 Semarapura membawakan naskah “Aku Bukan Perempuan Lagi” karya Cok Sawitri.

Ketika lampu nyala, menyiram sedikit demi sedikit tubuh para aktor, saya merasa seram sekali dengan pakaian yang dipakai, terutama oleh pemeran utama. Pakaiannya serba putih. Ah, sepertinya mereka akan mementaskan calonarang, pikir saya.

Perasaan seram ini semakin menjadi-jadi ditambah dengan lagu sinden atau kidung Bali yang dinyanyikan. Setelah mereka berjalan dan berdialog begitu lama akhirnya saya mengerti bahwa mereka sedang menceritakan tentang kerajaan zaman dulu yang kacau balau. Naskah ini bercerita tentang seorang perempuan yang ingin menjaga keutuhan negara dan rakyatnya tapi dibantah atau tidak disetujui oleh bayangnya sendiri.

Saya tidak mengerti tokoh siapa yang sedang diperankan dalam pentas tersebut. Tujuh orang perempuan, dengan selendang warna-warni yang dibentangkan tiga dari arah kanan dan tiga dari arah kiri. Tengah liukan selendang yang digoyang-goyangkan, tampak satu perempuan lagi menjadi titik tumpu dari enam selendang itu. Di sampingnya, terlihat aktor pemeran utama mondar mandir dan berdialog di sekitar ketujuh perempuan itu. Sang pemeran utama itu hanya merespon satu orang perempuan di sebelah kanan saja. Itupun hanya sekali.

Saya jadi bertanya, sebenarnya mereka itu jadi apa? Apakah berperan sebagai rakyat atau mungkin ada wacana lain yang disusun sutradara. Saya tidak mengerti. Saya simpan ketidakmengertian itu untuk nanti saya tanyakan saat diskusi. Di tengah ketidakmengertian saya tentang pementasan tersebut, yang paling terlihat menonjol justru semangat, antusias dan keseriusan mereka berteater.

Saya lihat dari sebelum pementasan hingga pementasan berlangsung, terlihat kekompakan kerjasama mereka. Walaupun lelah dalam perjalanan dari Klungkung ke Denpasar, tak menjadi alasan bagi mereka untuk tetep bersemangat untuk mengikuti parade ini. Kenapa saya bilang begitu? Karena pembacaan saya belakangan ini tentang teater SMA adalah mereka cenderung akan sibuk jikalau ada kegiatan lomba saja.

“Berteater yen ade lomba mare jee megulet” mungkin gitu bahasa Bali-nya. Kalau sudah begitu segala aspek pun kadang mereka siapkan untuk lomba. Padahal, Parade Teater Canasta 2018 kali ini kan sebenarnya menjadi wadah laboratorium untuk mencari dan mengeluarkan imaji muda mereka masing-masing harus ada persaingan menang kalah.

 

BACA JUGA

  • Hal-hal Kecil yang Teater? – Pertanyaan di Parade Teater Canasta 2018
  • Tiga Lapis Kesedihan Teater Kalangan – Hari Pertama Parade Teater Canasta 2018
  • Melalui Kesunyian Suara Bisa Terdengar – Bersama Wanggi Hoed di Parade Teater Canasta 2018

 

Oke cuuuuut! Kembali lagi ke pementasan mereka, tiba-tiba saja aktor perempuan yang saya perhatikan tadi, berubah menjadi seorang lelaki. Bayangan dirinya yang tampak pada sepotong cermin mengatakan bahwa sang perempuan tersebut harus menjadi lelaki agar terlihat lebih dipercayai oleh rakyatnya. Ia barangkali akan terlihat gagah seperti pendekar agar tetap bisa menjaga keutuhan negara dan rakyatnya.

Tidak hanya sampai di sana. Setelah perempuan itu berubah menjadi seorang lelaki, bayangan itu tak henti-henti menghantuinya. Dalam cerita itu, saya simpulkan sebenarnya musuh terbesar itu bukanlah musuh yang berada diluar sana, musuh terbesar itu sebenarnya adalah diri kita sendiri kalau kita tidak bisa menangani dan memposisikan diri kita sendiri.

Akhirnya tiba saat yang saya nantikan yaitu diskusi. Kenapa saya nantikan? Agar rasa penasaran saya tentang perempuan pembawa selendang warna-warni itu yang saya katakan tadi, bisa saya ketahui apa maksud dan tujuannya.

Pertama saya kaget saat melihat semua aktor dan orang-orang di balik pementasan Teater Taksu kebanyakan adalah perempuan. Kurang lebih sekitar sembilan belas orang termasuk pemeran utama, pemeran bayangan, dalang, serta crew lain seperti penata musik dan lighting semua perempuan.

Hanya satu saya lihat lelaki, yaitu tokoh utama dalam cerita saat berubah menjadi sosok lelaki yang terlihat gagah sesuai keinginan sang bayangan di balik cermin tadi. KERENNNNN!!!

Belum sampai disana kekerenan mereka. Penataan konsep dan adegan itupun dilakukan melalui beberapa diskusi. Dalam prosesnya, sebenarnya mereka punya pembina tetapi pembina mereka pun membiarkan atau membebaskan ide mereka dalam menata konsep atau proses merespon naskah itu sendiri. Ini menarik sekali bagi saya. Bayangkan saja, anak-anak seumuran mereka sudah bisa membuat konsep yang menarik bagi saya karena diskusi kecil yang mereka lakukan secara mandiri.

Saya menjadi mendapat gambaran bagaiman teater ke depannya. Andai mereka terus seperti ini, pasti mereka akan menemukan bentuk mereka masing- masing.

Lalu kembali pada penasaran saya tentang selendang warna-warni itu, dijawablah oleh salah satu aktor begini katanya, “Gini kak, awalnya kami menyimbulkan itu sebagai cahaya yang beragam warna dalam naskah, yang ikut menghantui dan membisikan seruan pada pemeran utama, awalnya kami hanya ingin memakai beberpa lampu warna tetapi karena kami telah membaca ruang terlebih dahulu sepertinya tidak mungkin bisa memasang banyak lampu, jadi kami pakai simbol selendang warna-warni untuk menyimbulkanya” begitu jawabnya.

Kemudian saya hanya termenung karena jawabanya menarik, ini nih sebenarnya embrio muda yang mungkin orang tua harapakan pikirku “hahahaa”. Akhirnya saya mengerti maksud tentang selendang itu dan saya merasa lebih paham akan ceritanya.

Sayangnya saya tidak bisa berdiskusi lebih lama lagi untuk mempertanyakan proses kreatif mereka, karena kata mereka harus langsung pulang ke Semarapura untuk beristirahat karena besoknya mereka harus berkegiatan sekolah seperti biasanya. Padahal ada yang ingin saya tanyakan dari beberapa anak yang lain tentang pembagian tugas dan kesepakatanya.

Sepertinya itu menarik jika saya tuliskan disini, ya kan? Karena mungkin itu bisa menjadi sebuah panutan untuk anak-anak SMA yang lain agar memunculkan rasa kebebasan berekspresi mereka agar akhirnya tidak menjadi gila sendiri karena terlalu banyak pikiran seperti yang saya rasakan saat ini “hahahaa”.

Saya berharap nanti bertemu anak muda semangat lainya yang seperti mereka agar mendapat pemblajaran baru. Agar saya merasa masih muda juga. Oia, setelah pentas Teater Taksu, ada pula pentas dari UKM Teater Kampus Seribu Jendela. Anak-anak muda bersemangat lainnya dari Undiksha, Singaraja. Namun apa daya, karena keterbatasan waktu, mungkin pentas mereka akan saya ulas di lain kesempatan. Pokoknya, salam anak muda! OYE!!! (T)

Tags: KlungkungParade Teater CanastasekolahTeater
Previous Post

Catatan Pelatihan Juru Bicara Pancasila (1): Merajut Kebhinekaan dalam Keberagaman

Next Post

Kenang Berulang Masa SMP – Menonton Sanggar Seni Kelakar di Parade Teater Canasta 2018

Agus Noval Rivaldi

Agus Noval Rivaldi

Adalah penulis yang suka menulis budaya dan musik dari tahun 2018. Tulisannya bisa dibaca di media seperti: Pop Hari Ini, Jurnal Musik, Tatkala dan Sudut Kantin Project. Beberapa tulisannya juga dimuat dalam bentuk zine dan dipublish oleh beberapa kolektif lokal di Bali.

Next Post
Kenang Berulang Masa SMP – Menonton Sanggar Seni Kelakar di Parade Teater Canasta 2018

Kenang Berulang Masa SMP – Menonton Sanggar Seni Kelakar di Parade Teater Canasta 2018

Please login to join discussion

ADVERTISEMENT

POPULER

  • “Muruk” dan “Nutur”, Belajar dan Diskusi ala Anak Muda Desa Munduk-Buleleng

    “Muruk” dan “Nutur”, Belajar dan Diskusi ala Anak Muda Desa Munduk-Buleleng

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Sang Hyang Eta-Eto: Memahami Kalender Hindu Bali & Baik-Buruk Hari dengan Rumusan ‘Lanus’

    23 shares
    Share 23 Tweet 0
  • Hari Lahir dan Pantangan Makanannya dalam Lontar Pawetuan Jadma Ala Ayu

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Film “Mungkin Kita Perlu Waktu” Tayang 15 Mei 2025 di Bioskop

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Lonte!

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

KRITIK & OPINI

  • All
  • Kritik & Opini
  • Esai
  • Opini
  • Ulas Buku
  • Ulas Film
  • Ulas Rupa
  • Ulas Pentas
  • Kritik Sastra
  • Kritik Seni
  • Bahasa
  • Ulas Musik

Seberapa Pantas Seseorang Disebut Cendekiawan?

by Ahmad Sihabudin
June 2, 2025
0
Syair Pilu Berbalut Nada, Dari Ernest Hemingway Hingga Bob Dylan

SIAPAKAH yang pantas kita sebut sebagai cendekiawan?. Kita tidak bisa mengaku-ngaku sebagai ilmuwan, cendekiawan, ilmuwan, apalagi mengatakan di depan publik...

Read more

Screen Time vs Quality Time: Pilihan Berkata Iya atau Tidak dari Rayuan Dunia Digital

by dr. Putu Sukedana, S.Ked.
June 1, 2025
0
Screen Time vs Quality Time: Pilihan Berkata Iya atau Tidak dari Rayuan Dunia Digital

LELAH dan keringat di badan terasa hilang setelah mendengar suaranya memanggilku sepulang kerja. Itu suara anakku yang pertama dan kedua....

Read more

Google Launching Veo: Antropologi Trust Issue Manusia dalam Postmodernitas dan Sunyi dalam Jaringan

by Dr. Geofakta Razali
June 1, 2025
0
Tat Twam Asi: Pelajaran Empati untuk Memahami Fenomenologi Depresi Manusia

“Mungkin, yang paling menyakitkan dari kemajuan bukanlah kecepatan dunia yang berubah—tapi kesadaran bahwa kita mulai kehilangan kemampuan untuk saling percaya...

Read more
Selengkapnya

BERITA

  • All
  • Berita
  • Ekonomi
  • Pariwisata
  • Pemerintahan
  • Budaya
  • Hiburan
  • Politik
  • Hukum
  • Kesehatan
  • Olahraga
  • Pendidikan
  • Pertanian
  • Lingkungan
  • Liputan Khusus
Perpres 61 Tahun 2025 Keluar, STAHN Mpu Kuturan Sah Naik Status jadi Institut

Perpres 61 Tahun 2025 Keluar, STAHN Mpu Kuturan Sah Naik Status jadi Institut

May 29, 2025
 Haul Buya Syafii Maarif : Kelas Reading Buya Syafii Gelar Malam Puisi dan Diskusi Publik

Haul Buya Syafii Maarif : Kelas Reading Buya Syafii Gelar Malam Puisi dan Diskusi Publik

May 27, 2025
911—Nomor Cantik, Semoga Nomor Keberuntungan Buleleng di Porprov Bali 2025

911—Nomor Cantik, Semoga Nomor Keberuntungan Buleleng di Porprov Bali 2025

May 21, 2025
Inilah Daftar Panjang Kusala Sastra Khatulistiwa 2025

Inilah Daftar Panjang Kusala Sastra Khatulistiwa 2025

May 17, 2025
Meningkat, Antusiasme Warga Muslim Bali Membuka Tabungan Haji di BSI Kantor Cabang Buleleng

Meningkat, Antusiasme Warga Muslim Bali Membuka Tabungan Haji di BSI Kantor Cabang Buleleng

May 16, 2025
Selengkapnya

FEATURE

  • All
  • Feature
  • Khas
  • Tualang
  • Persona
  • Historia
  • Milenial
  • Kuliner
  • Pop
  • Gaya
  • Pameran
  • Panggung
Pindang Ayam Gunung: Aroma Rumah dari Pangandaran yang Menguar di Ubud Food Festival 2025
Panggung

Pindang Ayam Gunung: Aroma Rumah dari Pangandaran yang Menguar di Ubud Food Festival 2025

UBUD Food Festival (UFF) 2025 kala itu tengah diselimuti mendung tipis saat aroma rempah perlahan menguar dari panggung Teater Kuliner,...

by Dede Putra Wiguna
June 2, 2025
GEMO FEST #5 : Mahasiswa Wujudkan Aksi, Bukan Sekadar Teori
Panggung

GEMO FEST #5 : Mahasiswa Wujudkan Aksi, Bukan Sekadar Teori

MALAM Itu, ombak kecil bergulir pelan, mengusap kaki Pantai Lovina dengan ritme yang tenang, seolah menyambut satu per satu langkah...

by Komang Puja Savitri
June 2, 2025
Pramana Experience Luncurkan Rasayatra Edisi Kedua: Manjakan Indera, Sentuh Kesadaran Historis — Koneksi Tamu, Tradisi, Waktu
Panggung

Pramana Experience Luncurkan Rasayatra Edisi Kedua: Manjakan Indera, Sentuh Kesadaran Historis — Koneksi Tamu, Tradisi, Waktu

HUJAN itu mulai reda. Meski ada gerimis kecil, acara tetap dimulai. Anak-anak muda lalu memainkan Gamelan Semar Pagulingan menyajikan Gending...

by Nyoman Budarsana
June 1, 2025
Selengkapnya

FIKSI

  • All
  • Fiksi
  • Cerpen
  • Puisi
  • Dongeng
Lengkingan Gagak Hitam | Cerpen Mas Ruscitadewi

Lengkingan Gagak Hitam | Cerpen Mas Ruscitadewi

May 31, 2025
Puisi-puisi Eddy Pranata PNP | Stasiun, Lorong, Diam

Puisi-puisi Eddy Pranata PNP | Stasiun, Lorong, Diam

May 31, 2025
Kampusku Sarang Hantu [1]: Ruang Kuliah 13 yang Mencekam

Kampusku Sarang Hantu [17]: Wanita Tua dari Jalur Kereta

May 29, 2025
Menunggu Istri | Cerpen IBW Widiasa Keniten

Menunggu Istri | Cerpen IBW Widiasa Keniten

May 25, 2025
Kampusku Sarang Hantu [1]: Ruang Kuliah 13 yang Mencekam

Kampusku Sarang Hantu [16]: Genderuwo di Pohon Besar Kampus

May 22, 2025
Selengkapnya

LIPUTAN KHUSUS

  • All
  • Liputan Khusus
Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan
Liputan Khusus

Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan

SEBAGAIMANA Banyuwangi di Pulau Jawa, secara geografis, letak Pulau Lombok juga cukup dekat dengan Pulau Bali, sehingga memungkinkan penduduk kedua...

by Jaswanto
February 28, 2025
Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan
Liputan Khusus

Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan

SUNGGUH kasihan. Sekelompok remaja putri dari Desa Baturiti, Kecamatan Kerambitan, Tabanan—yang tergabung dalam  Sekaa Gong Kebyar Wanita Tri Yowana Sandhi—harus...

by Made Adnyana Ole
February 13, 2025
Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti
Liputan Khusus

Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti

BULELENG-BANYUWANGI, sebagaimana umum diketahui, memiliki hubungan yang dekat-erat meski sepertinya lebih banyak terjadi secara alami, begitu saja, dinamis, tak tertulis,...

by Jaswanto
February 10, 2025
Selengkapnya

ENGLISH COLUMN

  • All
  • Essay
  • Fiction
  • Poetry
  • Features
Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

March 8, 2025
Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

November 30, 2024
The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

September 10, 2024
The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

July 21, 2024
Bali, the Island of the Gods

Bali, the Island of the Gods

May 19, 2024

TATKALA.CO adalah media umum yang dengan segala upaya memberi perhatian lebih besar kepada seni, budaya, dan kreativitas manusia dalam mengelola kehidupan di tengah-tengah alam yang begitu raya

  • Penulis
  • Tentang & Redaksi
  • Kirim Naskah
  • Pedoman Media Siber
  • Kebijakan Privasi
  • Desclaimer

Copyright © 2016-2024, tatkala.co

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis

Copyright © 2016-2024, tatkala.co