25 January 2021
  • Beranda
  • Peristiwa
    • Kilas
    • Khas
    • Perjalanan
    • Persona
    • Acara
  • Esai
    • Opini
    • Ulasan
    • Kiat
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Hard News
  • Penulis
  • Login
  • Register
No Result
View All Result
tatkala.co
tatkala.co
  • Beranda
  • Peristiwa
    • Kilas
    • Khas
    • Perjalanan
    • Persona
    • Acara
  • Esai
    • Opini
    • Ulasan
    • Kiat
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Hard News
  • Penulis
No Result
View All Result
tatkala.co
No Result
View All Result
Home Khas
Teater Galang Kangin SMAN 4 Singaraja dalam Parade Teater Canasta 2018

Teater Galang Kangin SMAN 4 Singaraja dalam Parade Teater Canasta 2018

Hal-Hal Kecil yang Teater? – Pertanyaan di Parade Teater Canasta 2018

Jong Santiasa Putra by Jong Santiasa Putra
November 3, 2018
in Khas
5
SHARES

KAMIS 1 November 2018,  pukul 21.00 Wita, diskusi berlangsung.

Malam itu ada dua pertunjukan di Parade Teater Canasta 2018. Teater Angin SMA N 1 Denpasar dengan naskah “CUT OUT” dan Teater Galang Kangin SMA N 4 Singaraja dengan naskah “Tentang Kita dan Pertemuan yang Hilang”.

Dua pentas itu didiskusikan usai pentas. Moderatornya I Wayan Sumahardika dengan berbagai kemungkinan dan daya jelajahnya membaca perkembangan teater di Bali, melompat-lompat memberi umpan jalur obrolan. Tapi ada yang lain, yang menarik perhatian saya.

Diskusi berlangsung di halaman belakang Canasta Creative Space, beralas tikar pandan berwarna coklat, sesekali ada gerombolan anak muda hilir mudik, keluar-masuk ke ruang diskusi, kadang dengan sengaja berjarak. Pintu kamar mandi belakang terbuka-lampunya menyala terang, memamerkan kloset duduk, yang selangnya terjatuh, jika diperhatikan lebih seksama, di atas kloset dua sabun berwarna kuning dan putih berdiri tegak. Entah siapa yang mendirikannya.

Dua-tiga kawan penonton masuk ke kamar kecil, suara flush samar terdengar usai menuntaskan tujuan mereka. Pintu terbuka, tapi lampu dibiarkan menyala.

Di sebelah kamar mandi ada selang hijau menjuntai, satu ujungnya melilit kepala kran, yang lain memutar sekenannya dibagian bawah. Ada satu baju warna hitam, dan satu handuk warna biru, berjemur dari tadi siang. Puntung-puntung rokok tergeletak, filternya penyet diijak, terkonsentrasi di beberapa bagian halaman-ada pula mencar satu sama lainnya.

Sandal-sandal tergeletak pula, rebah, telentang, bertumpuk satu sama lainnya, seperti desakan para umat memasuki halaman pura ketika odalan. Kain hitam backdrop yang beberapa bagiannya bercap kaki-debu, terpasang dibagian tembok selatan, seperti ombak hitam siap menggulung peserta diskusi.

Di belakang kain hitam ada semacam gang buatan, untuk menuju bagian belakang peserta diskusi. Beberapa kali bergerak ketika beberapa kawan melintasinya, karena malu terlambat saat diskusi. Sesekali tim dokumentasi masuk mengambil moment, lalu keluar. Menyisakan gestur tubuhnya ketika hendak mengabadikan kegiatan, di kepala saya pribadi.

 

BACA JUGA:

  • Tiga Lapis Kesedihan Teater Kalangan – Hari Pertama Parade Teater Canasta 2018
  • Melalui Kesunyian Suara Bisa Terdengar – Bersama Wanggi Hoed di Parade Teater Canasta 2018

 

Juga ada kawan masuk dapur, menyalakan lampu kuning, lalu sibuk sendiri beberapa saat, kemudian keluar membawa hasil racikannya. Menyisakan suara lenting gelas, atau bendabenda bantuan yang ia gunakan. Entah sadar atau tidak, tubuhnya menjadi bagian kecil adegan dari ruang yang lebih luas.

Sesekali diskusi khidmat, tapi banyak juga mengundang tawa. Sesekali bahan diskusi dilempar ke penonton, sesekali juga penonton meresponnya. Penonton yang lain, asik dengan riuh rendahnya masing-masing, ada yang berdiskusi sambil berbisik-bersama kelompoknya, ada yang sibuk dengan gawainya, ada yang asik lihat story dari instagram.

Terdengar lumayan deru, ulak-ulik suara kendaraan bermotor dari jalan, kadang rendah, kadang kencang dan cepat, kadang pula hanya deruan desah dari kejauhan, juga terdengar celotehan kawan-kawan diluar yang tidak mengikuti diskusi.

Di meja depan ada dua kawan volunteer menjaga buku jualan dan merchandise. Keduanya menunggu diskusi selesai, agar cepat merapikan barang dagangan, lalu pulang. Dikusi berlangsung hingga pukul 22.00 wita, harus cepat selesai, karena kawan-kawan teater dari Teater Galang Kangin, sudah di jemput kendaraanya. Saya menyambangi sopirnya, kemudian menawarkan secangkir kopi dan nasi bungkus, saya katakan setelah diskusi baru bisa pulang ke Singaraja, sopir mengiyakan. Diskusi tetap berlanjut.

Dua tim teater itu saling memuji, saling menanyakan, bagaimana proses kreatif dari masing-masing tim, sehingga mendapat formula bentukan sedemikiannya. Ada yang bingung, ada yang benar-benar bingung, ada pula yang dianggap paham.

Setidaknya menimbulkan pertanyaan, “Pulang dari parade ini, saya pasti masih menanyakan pementasan yang tadi. Tadi itu apa yah?” ucap Ni Made Etik Suryani Pembina Teater Galang Kangin.

Lalu jauh dari semua itu, hadir pertanyaan, siapa yang sebenarnya berteater? Dua pertunjukan yang telah usai, perdebatan diskusi, lalu lalang kendaraan itu atau jangan-jangan sabun yang lebih artistik. Tapi patut di pahami adalah suatu kesadaran yang terbentuk secara keseluruhan membentuk suatu peristiwa. Dalam struktur tersebut beberapa komponen mendukung, dalam kesenian tentu bisa meniadakan salah satu komponen kemudian menghasilkan kemungkinan yang lain.

Malam itu, bagi saya teaternya adalah usai pementasan, yaaaa yang saja jelaskan tadi di atas-lah, semuanya alami saja berlangsung tanpa tedensi apapun, tanpa politik, tanpa intervensi yang menyesakkan, tanpa bentukan interpretasi.

Jadi ingat apa kalimat Om Jun (Wayan Juniarta) beberapa waktu lalu, saat orasi di Canasta. “Kita harus meniadakan waktu”

Yah benar, sesekali memang manusia harus memiliki dirinya masing-masing. (T)

Tags: Parade Teater CanastaTeater
Jong Santiasa Putra

Jong Santiasa Putra

Pedagang yang suka menikmati konser musik, pementasan teater, dan puisi. Tinggal di Denpasar

MEDIA SOSIAL

  • 3.4k Fans
  • 41 Followers
  • 1.5k Followers

ADVERTISEMENT

ENGLISH COLUMN

  • All
  • Essay
  • Features
  • Fiction
  • Poetry
Essay

Towards Success: Re-evaluating the Ecological Development in Indonesia in the Era of Anthropocene

Indonesia has long been an active participant of the environmental policy formation and promotion. Ever since 1970, as Dr Emil...

by Etheldreda E.L.T Wongkar
January 18, 2021

FIKSI

  • All
  • Fiksi
  • Cerpen
  • Puisi
  • Dongeng
Sketsa Nyoman Wirata
Puisi

Puisi-puisi Alit S Rini | Aku dan Pertiwi, Percakapan di Depan Api

by Alit S Rini
January 23, 2021
Foto: koleksi Suprik
Opini

Organisasi Mahasiswa, Bikin Untung atau Rugi? Saya sih Untung

PERNAH ikut OSIS? Pernah ikut HMJ, SENAT,BEM? Enakkah? Serukah? Untungkah? Rugikah? Hanya kalian yang pernah ikut organisasi siswa atau kemahasiswaan ...

February 2, 2018
Umbu Landu Paranggi/Lukisan Wayan Redika, 2016
Opini

“Mencari Umbu Mencari Suaka Waktu” – Refleksi Bali di Ulang Tahun Umbu Landu Paranggi

  GURU, waktu, Umbu (penyair Umbu Wulang Landu Paranggi) telah menjadi tiga topik yang menyertai perjalanan hidup saya. Mungkin karena ...

February 2, 2018
“Pure Passion – After Murni” (variable dimension, mixed media, 2016).  karya Mella Jaarsma. #Foto: Eka
Ulasan

Puting Digigit Buaya dan Gaya Lain – Berbagai Rupa Perayaan Murni

ISU kesetaraan gender masih menjadi topik relevan yang dibahas melalui media verbal maupun non verbal. Tak terkecuali melalui medium seni ...

February 2, 2018
Esai

Bahasa Bali, Cipta Lagu di Antara Pilihan – [Webinar Talksow #4 SAPBB STAHN Mpu Kuturan Singaraja]

Ikang wwang tan wruh ring subhasita mapunggung manraseng sadrasa “Orang yang tak tahu bahasa yang baik, maka ia tak tahu ...

July 28, 2020
Esai

Kampung dan Kota, Siapa Cemburu Pada Siapa?

Ketika tidak begitu punya kesempatan untuk bepergian, tentu kita harus menemukan berbagai cara demi bisa tetap nyaman berada di rumah. ...

August 11, 2020

PERISTIWA

  • All
  • Peristiwa
  • Kilas
  • Khas
  • Perjalanan
  • Persona
  • Acara
Pemandangan alam di Desa Pedawa, Kecamatan Banjar, Buleleng, Bali. [Foto oleh Made Swisen]
Khas

“Uba ngamah ko?” | Mari Belajar Bahasa Pedawa

by tatkala
January 22, 2021

ESAI

  • All
  • Esai
  • Opini
  • Kiat
  • Ulasan
Sayang Kukiss/Diah Cintya
Esai

7 Jurus Memperbaiki Diri untuk Melangkah pada Rencana Panjang | tatkalamuda

by Sayang Kukiss
January 25, 2021

POPULER

Foto: koleksi penulis

Kisah “Semaya Pati” dari Payangan Gianyar: Cinta Setia hingga Maut Menjemput

February 2, 2018
Istimewa

Tradisi Eka Brata (Amati Lelungan) Akan Melindungi Bali dari Covid-19 – [Petunjuk Pustaka Lontar Warisan Majapahit]

March 26, 2020

tatkala.co mengembangkan jurnalisme warga dan jurnalisme sastra. Berbagi informasi, cerita dan pemikiran dengan sukacita.

KATEGORI

Acara (66) Cerpen (150) Dongeng (10) Esai (1360) Essay (7) Features (5) Fiction (3) Fiksi (2) Hard News (4) Khas (310) Kiat (19) Kilas (192) Opini (471) Peristiwa (83) Perjalanan (53) Persona (6) Poetry (5) Puisi (97) Ulasan (329)

MEDIA SOSIAL

  • Penulis
  • Tentang & Redaksi
  • Kirim Naskah
  • Pedoman Media Siber

Copyright © 2018,BalikuCreative - Premium WordPress.

No Result
View All Result
  • Beranda
  • Peristiwa
    • Kilas
    • Khas
    • Perjalanan
    • Persona
    • Acara
  • Esai
    • Opini
    • Ulasan
    • Kiat
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Hard News
  • Penulis
  • Login
  • Sign Up

Copyright © 2018,BalikuCreative - Premium WordPress.

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms below to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In