13 April 2021
  • Beranda
  • Peristiwa
    • Kilas
    • Khas
    • Perjalanan
    • Persona
    • Acara
  • Esai
    • Opini
    • Ulasan
    • Kiat
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Hard News
  • Penulis
  • Login
  • Register
No Result
View All Result
tatkala.co
tatkala.co
  • Beranda
  • Peristiwa
    • Kilas
    • Khas
    • Perjalanan
    • Persona
    • Acara
  • Esai
    • Opini
    • Ulasan
    • Kiat
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Hard News
  • Penulis
No Result
View All Result
tatkala.co
No Result
View All Result
Home Esai
Foto: Mursal Buyung

Foto: Mursal Buyung

“Kaja-Kangin” Bukan Timur-Laut

Made Nurbawa by Made Nurbawa
February 15, 2018
in Esai
35
SHARES

DALAM bahasa Bali, Kaja, Kangin, Kelod dan Kauh  adalah arah mata angin. Kaja dalam Bahasa Indonesia berarti Utara, Kangin  berarti Timur, Kelod  berarti Selatan dan Kauh berarti Barat.

Tetapi dalam tatanan budaya Bali  terkait filosofi Luanan dan Tebenen (Hulu-Teben), Kaja tidak selalu identik atau berarti Utara. Demikian juga Kangin tidak selalu indentik atau berarti Timur.  Demikian juga Kaja-Kangin  bukan selalu berarti Timur-Laut.

Dalam tata ruang Bali, kata Kaja berarti atau simbul Gunung dan kata Kangin berarti mewakili simbul Matahari.

Dalam keyakinan budaya Bali, Gunung dan Matahari diyakini sebagai Hulu yaitu  Gunung simbul dari Hulu Air dan Matahari adalah Hulu Energi  dalam hidup dab kehidupan.

Berdasarkan keyakinan itu maka orang Bali (Hindu) dalam membuat “tempat suci” (sanggah) di pekarangan rumah, letak atau lokasinya pasti “berkiblat” pada Hulu yaitu Kaja dan Kangin, atau Kaja-Kangin.

Dalam budaya Bali penghormatan terhadap posisi Hulu adalah sebuah keyakinan dan sudah membudaya secara turun temurun. Hal itu nampak jelas jika kita lihat tata letak pekarangan atau rumah orang Bali.

Menurut keyakinan orang Bali, pengertian “Rumah” adalah apabila dalam satu pekarangan (tegak umah) sudah terdapat Sanggah Kemulan/Rong Telu (tempat yang disucikan),  walaupun bentuk bangunan fisik rumah sangat sederhana.

Demikian juga sebaliknya apabila dalam satu pekarangan ada bangunan rumah yang besar dan megah tetapi belum dilengkapi dengan sanggah kemulan, orang Bali menyebutnya Kubu. Kubu  bisa berarti rumah sementara atau semacam rumah singgah.

Jadi “Hulu” pekarangan rumah orang Bali Hindu di Bali adalah “Sanggah”, dan “Hulu Sanggah” adalah “Kaja”, “Kangin”, atau “Kaja-Kangin”.

Di wilayah Pulau Bali bagian selatan, sebutan Kaja, Kangin, atau Kaja-Kangin  mungkin tidak terlalu membingungkan, karena arah Kaja, Kangin dan Kaja-Kangin  kebetulan sama dengan arah Utara, Timur atau Timur-Utara (Timur Laut) dalam bahasa Indonesia. 

Namun di Bali bagian utara (Buleleng) sebutan Kaja, Kangin dan Kaja-Kangin  bukan berarti Utara, Timur, dan Timur-Utara (Timur Laut).  Demikian juga di beberapa wilayah lain di Bali.

Kalau mengatakan Kaja di Buleleng orang akan menunjuk arah Selatan (Gunung). Begitu juga jika menunjuk Kelod, orang akan menunjuk arah Utara (laut). Dengan begitu, jika menunjuk arah Kaja-Kangin di Buleleng, maka yang ditunjuk adalah arah Tenggara.

Di Bali, konsep keyakinan dan penghormatan terhadap posisi Hulu juga berlaku dalam berbagai segi kehidupan. Kesadaran, pemahaman dan keyakinan terhadap filosofi/Tattwa Hulu-Teben akhirnya berpengaruh luas terhadap berbagai konsep/sisi kehidupan sekala-niskala baik dalam hal tatanan Parahyangan, Palemahan dan Pawongan. Konsep ini diyakini akan menciptakan keteraturan dalam kehidupan orang Bali (Hindu) di Pulau Bali. (T)

Tags: baligununghindulaut
Made Nurbawa

Made Nurbawa

Tinggal di Tabanan dan punya kecintaan yang besar terhadap tetek-bengek budaya pertanian. Tulisan-tulisannya bisa dilihat di madenurbawa.com

MEDIA SOSIAL

  • 3.5k Fans
  • 41 Followers
  • 1.5k Followers

ADVERTISEMENT

ENGLISH COLUMN

  • All
  • Essay
  • Features
  • Fiction
  • Poetry
Essay

Towards Success: Re-evaluating the Ecological Development in Indonesia in the Era of Anthropocene

Indonesia has long been an active participant of the environmental policy formation and promotion. Ever since 1970, as Dr Emil...

by Etheldreda E.L.T Wongkar
January 18, 2021

FIKSI

  • All
  • Fiksi
  • Cerpen
  • Puisi
  • Dongeng
Ilustrasi tatkala.co | Satia Guna
Cerpen

Utang | Cerpen Rastiti Era

by Rastiti Era
April 10, 2021
Foto: Mursal Buyung. /Foto hanya sebagai ilustrasi
Opini

Mahasiswa Akademis vs Mahasiswa Aktivis – Mana Lebih Baik, Mana Lebih Buruk?

  SAYA sering mendengar pertentangan pendapat dari sejumlah teman. Bahwa: mahasiswa akademis lebih unggul dibandingkan dengan mahasiswa aktivis, atau  mahasiswa ...

February 2, 2018
Photo Credit: Dion Clarensa
Essay

First Part of “PlayPlay: Charcoal For Children 2017/2018” was a Success

ON the first weekend of February 2018 at CushCush Gallery in Denpasar, Bali, CushCush Gallery and LagiLagi presented two plays ...

February 12, 2018
Esai

Kopi & Social Distancing

“Buatlah hidup ini seperti secangkir kopi, agar pahit dan manis boleh bertemu dalam kehangatan” (Anonim) Kopi yang selama ini telah ...

April 15, 2020
Ilutrasi dari Google
Esai

Penguatan Bahasa Nasional Indonesia di Era Disrupsi: Dominasi, Infiltrasi dan Dialogisasi

Menjadi salah satu mahasiswa yang mengambil program studi pendidikan sejarah merupakan sebuah labelitas yang cukup berat bagi saya. Karna untuk ...

March 16, 2020
Ilustrasi foto: Mursal Buyung
Cerpen

Ketemu Puisi di Jalan #catatanfiksidirumahsaja

Di masa pandemi ini, aku bertemu puisi yang paling muram ia tersungkur di trotoar Jalan Sudirman, Denpasar. Jalan besar yang ...

May 23, 2020

PERISTIWA

  • All
  • Peristiwa
  • Kilas
  • Khas
  • Perjalanan
  • Persona
  • Acara
Suasana upacara ngusaba kadasa di Desa Kedisan, kintamani, Bangli
Khas

“Ngusaba Kadasa” ala Desa Kedisan | Dimulai Yang Muda, Diselesaikan Yang Muda

by IG Mardi Yasa
April 10, 2021

ESAI

  • All
  • Esai
  • Opini
  • Kiat
  • Ulasan
Gde Suardana
Opini

Tatkala Pandemi, (Bali) Jangan Berhenti Menggelar Ritual Seni dan Budaya

by Gde Suardana
April 10, 2021

POPULER

Foto: koleksi penulis

Kisah “Semaya Pati” dari Payangan Gianyar: Cinta Setia hingga Maut Menjemput

February 2, 2018
Istimewa

Tradisi Eka Brata (Amati Lelungan) Akan Melindungi Bali dari Covid-19 – [Petunjuk Pustaka Lontar Warisan Majapahit]

March 26, 2020

tatkala.co mengembangkan jurnalisme warga dan jurnalisme sastra. Berbagi informasi, cerita dan pemikiran dengan sukacita.

KATEGORI

Acara (67) Cerpen (163) Dongeng (13) Esai (1455) Essay (7) Features (5) Fiction (3) Fiksi (2) Hard News (11) Khas (352) Kiat (20) Kilas (203) Opini (481) Peristiwa (83) Perjalanan (53) Persona (10) Poetry (5) Puisi (108) Ulasan (342)

MEDIA SOSIAL

  • Penulis
  • Tentang & Redaksi
  • Kirim Naskah
  • Pedoman Media Siber

Copyright © 2018,BalikuCreative - Premium WordPress.

No Result
View All Result
  • Beranda
  • Peristiwa
    • Kilas
    • Khas
    • Perjalanan
    • Persona
    • Acara
  • Esai
    • Opini
    • Ulasan
    • Kiat
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Hard News
  • Penulis
  • Login
  • Sign Up

Copyright © 2018,BalikuCreative - Premium WordPress.

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms below to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In