9 May 2025
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
tatkala.co
No Result
View All Result

Kenangan, Ketidakpastian, Obat Penawar, dan Lain-lain

Julio SaputrabyJulio Saputra
February 5, 2018
inEsai
Kenangan, Ketidakpastian, Obat Penawar, dan Lain-lain
6
SHARES

Om swastiastu

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Nammo Buddhaya

Salam Sejahtera untuk kita semua

SALAM BUDAYAAAA!!!!!!

Pertama-tama marilah kita panjatkan puja dan puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan nikmat, rahmat, serta karunia-Nya yang diberikan kepada kita semua, terutama nikmat sehat dan nikma panjang umur, sehingga syukur alhamdullilah kita semua berkesempatan untuk menyaksikan bersama-sama proses kreatif Teater Kalangan dari awal sampai akhir.

Pembaca yang terhormat, Bapak-bapak, Ibu-ibu, saudara saudari sebangsa dan setanah air.

Atas nama Teater Kalangan saya ingin mengucapkan terima kasih banyak kepada Bapak-bapak, Ibu-ibu, adik-adik, kakak-kakak, suadara sebangsa setanah air yang telah menyempatkan diri untuk hadir menonton pementasan Teater Kalangan (terutama pementasan Monolog Anjing Gila karya Putu Wijaya pada tangggal 26 Desember 2017 di Wantilan Kampus Bawah Undiksha), baik itu dari awal sampai akhir atau hanya beberapa bagian saja, dan terima kasih serta apreasiasi sebesar-besarnya juga kepada saudara-saudari pembaca yang telah meluangkan waktunya untuk membaca dan membuang sedikit kuota internetnya. Jika tak ada kalian yang menonton dan membaca, tentu tidak akan berarti apa-apa. Maka dari itu saya sebenarnya berhutang budi pada kalian semua. Entah bagaimana cara saya membalas budi kalian.

Yang kedua saya mohon maaf sebesar-besarnya jika sekiranya sambutan saya ini tidak berfaedah apa-apa. Hahahaha

Bapak-bapak, Ibu-ibu, saudara saudari sebangsa dan setanah air yang dimulaikan Tuhan

Percaya atau tidak, akhir-akhir ini tak henti-hentinya saya memanjatkan puja dan puji syukur (di dalam lubuk hati yang paling dalam) kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat Beliau saya dapat bertemu dengan Teater Kalangan. Ah, bukan bertemu. Maksud saya berproses kreatif bersama Teater Kalangan. Kepada Tuhan dan Teater Kalangan saya ucapkan terima kasih. Jujur,saya banyak berhutang budi, terutama kepada Tuhan karena banyak hal lain yang diberikan selain mempertemukan saya dengan Teater Kalangan.

Tapi cukuplah Teater Kalangan saja yang saya bahas kali ini. Tak ada banyak waktu. Butuh waktu bertahun-tahun kalau saya harus cerita hal lain, semisal perihal patah hati saya ditinggal calon pacar atau diputusin gebetan sebelum nembak. Ah, lupakan.

Namun, harus diakui bahwa ada banyak sekali kenangan manis saya dengan Teater Kalangan selama menjalani proses kreatif bersama-sama. Mulai dari latihan tengah malam, nongkrong tengah malam, diskusi tengah malam, menata panggung tengah malam, pulang pergi Singaraja Denpasar tengah malam, makan tengah malam, mengobrol tengah malam, ketemuan tengah malam dan masih banyak hal tengah malam lainnya. Jujur saya sendiri juga tak begitu mengerti mengapa itu semua dilakukan tengah malam. Tak sedikit juga kenangan pahitnya, seperti ngaret waktu atau salah paham, tapi ya pada akhirnya akanmanis juga, tanpa diperlu ditambahkan pemanis gula batu atau stevia.

Bapak-bapak, Ibu-ibu, saudara saudari sebangsa dan setanah air yang saya cintai dan banggakan

Kalau boleh saya jujur lagi sebenarnya saya masih mempertanyakan dimensi saya di Teater Kalangan. Saya ini juga memiliki kejelasan yang tidak jelas. “Sebenarnya saya ini Teater Kalangan atau bukan?” itulah yang sering saya tanyakan dalam batin saya. I Wayan Sumahardika, seorang pemuda tampan dan rupawan juga gagah berani, yang juga menjadi setir dan setang kemudi Teater Kalangan, tidak pernah mengajak saya secara jelas untuk tergabung menjadi anggota Teater Kalangan.

Malam itu, malam yang menjadi awal pertemuan saya dengan Teater Kalangan (waktu itu bernama Teater Tebu Tuh), Suma mengajak saya untuk ikut terlibat dalam garapannya yang akan dipentaskan di sebuah acara kampus Universitas Mahasarawasti, Denpasar. Setelah terlibat di sana, saya diajak lagi ikut dalam produksi pementasan Rintrik dalam Mimbar Teater Indonesia V di Solo. Setelah itu saya diajak ikut lagi, diajak lagi, dan diajak lagi, sampai pada pementasan monolog Pidato Gila karya Putu Wijaya bulan Desember kemarin. Nah, saya masih mengganggap saya bukan anggota yang resmi, karena saya merasa selama ini saya diajak untuk ikut terlibat, bukan ikut sebagai anggota.

Saya bahkan masih mempertanyakan apakah sebenarnya saya pantas tergabung dalam Teater Kalangan. Saya tidak bisa apa-apa. Tidak bisa main musik. Tidak bisa mengendarai motor dengan kopling. Tidak bisa menyutradari. Tidak bisa menata panggung. Saya tidak bisa apa-apa. Jadi MC masih dan bermain peran pun masih di bawah kategori “bagus”. Kalau masalah berjualan ya saya jago. Saya bisa jual apa saja, jual kupon bazzar, jual tiket, jual kaset, jual album, jual buku dan lain-lain. Naluri saya sebagai orang cina benar-benar bisa diandalkan.

Selain tidak bisa apa-apa, saya juga tidak mengerti apa-apa. Saya selalu akan bengong sendiri jika sudah tergabung dalam diskusi yang Suma dan kawan-kawan lakukan. Saya tak pernah paham apa yang mereka bicarakan. Mereka berbicara tentang konsep ruang, konsep tubuh, konsep segala konsep, tawaran akting, ruang adalah teks, ini adalah teks, itu adalah teks, semua adalah teks, arrrghhhh pokoknya saya tidak mengerti. Saya hanya mengerti cara membuat proposal penggalian dana, pembuatan surat pertanggungjawaban, surat undangan, surat peminjaman tempat dan tidak banyak lagi. Itu saja. Menyedihkan sekali.

Dan lagi, saya selalu benci kalau sudah diminta melakukan pemanasan oleh Suma. Pemanasan versi Suma benar-benar melelahkan. Lelah fisik lelah batin. Saya diminta berlari sambil tetap menjaga tempo tapi sambil mengucapkan monolog atau dialog yang akan saya mainkan nanti. Aduh, bagaimana ya menjelaskannya. Derap langkah saya saat berlari itu seperti menjadi ketukan, ritme, atau tempo bagi saya. Jadi saya tidak bisa santai dalam mengucapkan monolog atau dialog, selalu dipengaruhi ketukan langkah saya, dan karena saya berlari tentu saja ketukan langkah saya itu cepat. Ya merasakannya cepat dan saat mengucapkan monolog atau dialog juga menjadi agak cepat.

Belum lagi bagian perut bawah sebelah kanan akan terasa nyeri lebih cepat karena saya berlari dan saya berucap, ditambah waktu lari yang katanya 15 menit malah menjadi 25 menit atau 30 menit dan ditambah Suma yang galak. Dan yang paling parah, setiap berlari (biasanya di Taman Kota) saya selalu bertemu dengan mantan pacar, mantan calon pacar, dan beberapa orang-orang yang saya punya hubungan tidak baik dengan saya. Pokoknya malu. Sekali malu, malu sekali. Tebek tiang tebek. Terkadang saya juga kesal sendiri, kenapa Suma tak pernah ikut lari ya? Ah, lupakan. Pada akhirnya, saya mengenang semua itu dengan manis. Berat di awal, manis di akhir. Hahahaha

Bapak-bapak, Ibu-ibu, saudara saudari sebangsa dan setanah air yang saya kasihi.

Harus saya akui, Teater Kalangan bagi saya lebih dari sekedar komunitas teater yang belajar teater kemudian mempertunjukan teater kepada para penikmat teater. Teater Kalangan bagi saya adalah obat. Obat bagi segala kesepian saya. Penawar bagi semua luka batin saya yang membunuh. Pembasuh bagi setiap memar dan lebam hidup dan kehidupan saya. Yah agak alaymemang, tapi saya bisa melupakan sejenak masalah-masalah yang membebani pikiran saya. Saya ucapkan terima kasih banyak karena sudah menemani saya sepanjang kebersamaan kita bersama. Meski saya tidak tahu apa-apa, saya tetep tresna Teater Kalangan.

Bapak-bapak, Ibu-ibu, saudara saudari sebangsa dan setanah air yang berbahagia, masih semangat?

Demikianlah sepatah dua patah dari saya tentang Teater Kalangan. Semoga saudara-sudara tidak mengantuk membaca tulisan saya yang lebih mirip curhat awal tahun ketimbang catatan awal tahun. Saya mohon saudara-saudara agar senantiasa mendoakan saya dan teman-teman saya juga Teater Kalangan selalu menjadi inshan yang kreatif, unggul dan memiliki daya saing tinggi, juga berguna bagi nusa dan bangsa. Hahaha. Akhir kata saya ucapkan terima kasih

Om Santhi Santhi Santhi Om

Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Nammo Buddhaya

Salam Sejatera untuk kita semua

SALAM BUDAYA (T)

Tags: kenanganTeaterTeater Kalangan
Previous Post

Catatan Harian Sugi Lanus# Gelar Berjejer Kok Nyontek?

Next Post

“Sang Kala” Monez & Ninus, dan Gairah Pulang pada Takut yang Jujur

Julio Saputra

Julio Saputra

Alumni Mahasiswa jurusan Bahasa Inggris Undiksha, Singaraja. Punya kesukaan menulis status galau di media sosial. Pemain teater yang aktif bergaul di Komunitas Mahima

Next Post
“Sang Kala” Monez & Ninus, dan Gairah Pulang pada Takut yang Jujur

“Sang Kala” Monez & Ninus, dan Gairah Pulang pada Takut yang Jujur

Please login to join discussion

ADVERTISEMENT

POPULER

  • Refleksi Semangat Juang Bung Tomo dan Kepemimpinan Masa Kini

    Apakah Menulis Masih Relevan di Era Kecerdasan Buatan?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Tulak Tunggul Kembali ke Jantung Imajinasi

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Ulun Pangkung Menjadi Favorit: Penilaian Sensorik, Afektif, atau Intelektual?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • ”Married by Accident” Bukan Pernikahan Manis Cinderella

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Duel Sengit Covid-19 vs COVID-19 – [Tentang Bahasa]

    11 shares
    Share 11 Tweet 0

KRITIK & OPINI

  • All
  • Kritik & Opini
  • Esai
  • Opini
  • Ulas Buku
  • Ulas Film
  • Ulas Rupa
  • Ulas Pentas
  • Kritik Sastra
  • Kritik Seni
  • Bahasa
  • Ulas Musik

Mendaki Bukit Tapak, Menemukan Makam Wali Pitu di Puncak

by Arix Wahyudhi Jana Putra
May 9, 2025
0
Mendaki Bukit Tapak, Menemukan Makam Wali Pitu di Puncak

GERIMIS pagi itu menyambut kami. Dari Kampus Undiksha Singaraja sebagai titik kumpul, saya dan sahabat saya, Prayoga, berangkat dengan semangat...

Read more

Kreativitas dan Imajinasi: Dua Modal Utama Seorang Seniman

by Pitrus Puspito
May 9, 2025
0
Kreativitas dan Imajinasi: Dua Modal Utama Seorang Seniman

DALAM sebuah seminar yang diadakan Komunitas Salihara (2013) yang bertema “Seni Sebagai Peristiwa” memberi saya pemahaman mengenai dunia seni secara...

Read more

Deepfake Porno, Pemerkosaan Simbolik, dan Kejatuhan Etika Digital Kita

by Petrus Imam Prawoto Jati
May 9, 2025
0
Refleksi Semangat Juang Bung Tomo dan Kepemimpinan Masa Kini

BEBERAPA hari ini, jagat digital Indonesia kembali gaduh. Bukan karena debat capres, bukan pula karena teori bumi datar kambuhan. Tapi...

Read more
Selengkapnya

BERITA

  • All
  • Berita
  • Ekonomi
  • Pariwisata
  • Pemerintahan
  • Budaya
  • Hiburan
  • Politik
  • Hukum
  • Kesehatan
  • Olahraga
  • Pendidikan
  • Pertanian
  • Lingkungan
  • Liputan Khusus
“Bali Stroke Care”: Golden Period, Membangun Sistem di Tengah Detik yang Maut

“Bali Stroke Care”: Golden Period, Membangun Sistem di Tengah Detik yang Maut

May 8, 2025
Mosphit Skena Segera Tiba, yang Ngaku-Ngaku Anak Skena Wajib Hadir!

Mosphit Skena Segera Tiba, yang Ngaku-Ngaku Anak Skena Wajib Hadir!

May 7, 2025
Bimo Seno dan Dolog Gelar Pertandingan Tenis Lapangan di Denpasar

Bimo Seno dan Dolog Gelar Pertandingan Tenis Lapangan di Denpasar

April 27, 2025
Kebersamaan di Desa Wanagiri dalam Aksi Sosial Multisektor Paras.IDN dalam PASSION Vol.2 Bali

Kebersamaan di Desa Wanagiri dalam Aksi Sosial Multisektor Paras.IDN dalam PASSION Vol.2 Bali

April 23, 2025
Menghidupkan Warisan Leluhur, I Gusti Anom Gumanti Pimpin Tradisi Ngelawar di Banjar Temacun Kuta

Menghidupkan Warisan Leluhur, I Gusti Anom Gumanti Pimpin Tradisi Ngelawar di Banjar Temacun Kuta

April 22, 2025
Selengkapnya

FEATURE

  • All
  • Feature
  • Khas
  • Tualang
  • Persona
  • Historia
  • Milenial
  • Kuliner
  • Pop
  • Gaya
  • Pameran
  • Panggung
“Jalan Suara”, Musikalisasi Puisi Yayasan Kesenian Sadewa Bali dan Komunitas Disabilitas Tunanetra
Panggung

“Jalan Suara”, Musikalisasi Puisi Yayasan Kesenian Sadewa Bali dan Komunitas Disabilitas Tunanetra

SEPERTI biasa, Heri Windi Anggara, pemusik yang selama ini tekun mengembangkan seni musikalisasi puisi atau musik puisi, tak pernah ragu...

by Nyoman Budarsana
May 6, 2025
Mengenang Perupa I Gusti Made Peredi dan Karya-karyanya yang Membingkai Zaman
Khas

Mengenang Perupa I Gusti Made Peredi dan Karya-karyanya yang Membingkai Zaman

TAK salah jika Pemerintah Kota Denpasar dan Pemerintah Provinsi Bali menganugerahkan penghargaan kepada Almarhum I Gusti Made Peredi, salah satu...

by Nyoman Budarsana
May 6, 2025
“Muruk” dan “Nutur”, Belajar dan Diskusi ala Anak Muda Desa Munduk-Buleleng
Khas

“Muruk” dan “Nutur”, Belajar dan Diskusi ala Anak Muda Desa Munduk-Buleleng

DULU, pada setiap Manis Galungan (sehari setelah Hari Raya Galungan) atau Manis Kuningan (sehari setelah Hari Raya Kuningan) identik dengan...

by Komang Yudistia
May 6, 2025
Selengkapnya

FIKSI

  • All
  • Fiksi
  • Cerpen
  • Puisi
  • Dongeng
Kampusku Sarang Hantu [1]: Ruang Kuliah 13 yang Mencekam

Kampusku Sarang Hantu [14]: Ayam Kampus Bersimbah Darah

May 8, 2025
Perempuan di Mata Mak Kaeh | Cerpen Khairul A. El Maliky

Perempuan di Mata Mak Kaeh | Cerpen Khairul A. El Maliky

May 4, 2025
Puisi-puisi Gimien Artekjursi | Tentang Harimau Jawa

Puisi-puisi Gimien Artekjursi | Tentang Harimau Jawa

May 4, 2025
Poleng | Cerpen Sri Romdhoni Warta Kuncoro

Poleng | Cerpen Sri Romdhoni Warta Kuncoro

May 3, 2025
Puisi-puisi Muhammad Rafi’ Hanif | Kenang-Kenangan Seorang Mahasiswa

Puisi-puisi Muhammad Rafi’ Hanif | Kenang-Kenangan Seorang Mahasiswa

May 3, 2025
Selengkapnya

LIPUTAN KHUSUS

  • All
  • Liputan Khusus
Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan
Liputan Khusus

Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan

SEBAGAIMANA Banyuwangi di Pulau Jawa, secara geografis, letak Pulau Lombok juga cukup dekat dengan Pulau Bali, sehingga memungkinkan penduduk kedua...

by Jaswanto
February 28, 2025
Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan
Liputan Khusus

Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan

SUNGGUH kasihan. Sekelompok remaja putri dari Desa Baturiti, Kecamatan Kerambitan, Tabanan—yang tergabung dalam  Sekaa Gong Kebyar Wanita Tri Yowana Sandhi—harus...

by Made Adnyana Ole
February 13, 2025
Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti
Liputan Khusus

Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti

BULELENG-BANYUWANGI, sebagaimana umum diketahui, memiliki hubungan yang dekat-erat meski sepertinya lebih banyak terjadi secara alami, begitu saja, dinamis, tak tertulis,...

by Jaswanto
February 10, 2025
Selengkapnya

ENGLISH COLUMN

  • All
  • Essay
  • Fiction
  • Poetry
  • Features
Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

March 8, 2025
Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

November 30, 2024
The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

September 10, 2024
The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

July 21, 2024
Bali, the Island of the Gods

Bali, the Island of the Gods

May 19, 2024

TATKALA.CO adalah media umum yang dengan segala upaya memberi perhatian lebih besar kepada seni, budaya, dan kreativitas manusia dalam mengelola kehidupan di tengah-tengah alam yang begitu raya

  • Penulis
  • Tentang & Redaksi
  • Kirim Naskah
  • Pedoman Media Siber
  • Kebijakan Privasi
  • Desclaimer

Copyright © 2016-2024, tatkala.co

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis

Copyright © 2016-2024, tatkala.co