30 May 2025
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
tatkala.co
No Result
View All Result

Umbu Landu Paranggi, Reuni Puitik, Institusi Sunyi, dan Pendidikan Berjiwa

HartantobyHartanto
February 2, 2018
inEsai
298
SHARES

MALAM itu, 22 Desember 2017, melewati titik nol Kota Denpasar – patung Catur Muka – aneka kenangan masa lalu mulai menjalar di sekujur waktu tua saya. Meski lirih, masih saya dengar langkah-langkah kultural yang terjalin oleh perjalanan matahari. Saya tak mampu menghitung gerak edar rembulan di garis waktu. Tapi saya mampu meng-‘eja’-nya, di bilik jiwa. Beberapa langkah dari sana adalah Pura Jaganatha, yang menyimpan kenangan masa, berlaksa-laksa purnama.

Gerimis memperdingin malam, saya mulai menaiki tangga di aula gedung serba guna Sekolah Menengah Pertama Negeri 1 Denpasar. Tertoreh di sana, kenangan yang sangat dalam, sedalam lautan tak bernama. Kenangan terdekat, ketika putrid saya studi di sekolah favorit ini, dan dibina oleh pak guru GM Sukawidana yang acap mendapat penghargaan guru favorit pula. Secara khusus, saya hadiri beberapa kali acara sastra di aula kenangan ini. Hal itu, untuk memberikan sebuah sikap (menghargai) pada putrid saya.

Saya menghargainya, karena ia mau berapresiasi pada seni susastra. Yang bagi saya, pendidikan susastra adalah landasan pendidikan humanistik. Dan diam-diam, betapa bangganya saya ketika selama 3 tahun dia menjadi pianis di sekolah ini setiap upacara bendera. Meski saat itu kemampuannya bermain piano masih standar. Dengan diam-diam pula, saya pernah mengintip catatannya ketika menginjak kelas 2 SMP. Ia menuliskan, I study art not because i want to be an artist, but because Iam a part of human being.

Kuote ini, kelak ia pergunakan sebagai text line pada konser amal yang bertajuk “Loved for Our Beloved Teacher” pada tahun 2013. Konser yang digagasnya bersama teman-teman SD-nya ini merupakan penggalian dana untuk guru SD-nya ibu Peria Renta Silitonga yang menderita penyakit lupus dan gagal ginjal. Sayang, setahun kemudian ibu guru tercintanya mesti berpulang. Sebelumnya, sekelompok anak-anak ini juga menggelar konser musik ‘Mind Concert’ untuk membantu sekolah teman-teman mereka di nun, yang rubuh akibat gempa bumi di Padang.

Kenangan saya buyar, ketika bersua ‘Rsi Puisi’ Umbu Landu Paranggi yang duduk di sudut aula. Saya rindu berbincang panjang dengannya. Tapi situasi jasmani menghambatnya. Saya hanya kuatir tak bisa membatasi waktu berbincang dengannya. Kelak, ingin saya atur waktu yang tepat melepas rindu pada Umbu. Agar kerinduan sirna di perbincangan bermakna. Mengenang kembali format pendidikan informal yang diciptakanya, yang mengandung makna kedalaman pertumbuhan jiwa-jiwa, yang diwakili para penampil, dan hadirin malam itu. Meski banyak nama-nama yang tak saya kenal — tapi amat jelas terbaca — ada yang bermakna di dalam jiwa mereka.

Monologia dan Musikalisasi di SMPN 1 Denpasar malam itu, tidak hanya unjuk ketrampilan monolog 3 dokter, Sahadewa, Ary Duarsa, Eka Kusmawan dan musikalisasi penyair Tan Lioe Ie. Atau penampilan anak-anak SMPN 1, pembacaan puisi dokter Shintya Setiawan, dan teman-teman penyair lainnya. Lebih dari itu. Menurut saya, perhelatan malam itu adalah reuni puitik, dan unjuk pembuktian tentang pendidikan yang berjiwa. Entah, apakah saya sedang terlena oleh kenangan dan anganan ke-lalu-an, yang jelas saya ingin membiarkan pikiran ini mengembara semau-maunya.

Kenangan saya yang mengembara ini, tidaklah menelisik soal kehidupan sosial, atawa pencapaian prestasi kehidupan, juga bukan soal kehebatan ke-impresario-an Putu Satria Kusuma yang begitu tekun menggelar 100 monolog Putu Wijaya. Melainkan soal jiwa yang tertempa lewat pendidikan awal yang bernama seni susastra.

Saya tidak sedang melakukan riset kualitatif maupun kuantitatif, tentang hasil pendidikan informal — dari rubrik Pos Remaja, Pos Budaya di Harian Umum Bali Post yang diasuh Umbu Landu Paranggi, Sanggar Cipta Budaya, Teater Angin, Teater Hippocrates, Sanggar Minum Kopi, Teater Kebun Bayam, Teater Purbacaraka, dan lain-lain (yang saya sebut dalam imaji sebagai institusi sunyi). Melainkan, saya sedang membaca suatu hasil dari gerakan dan sikap kultural, buah hasil institusi sunyi, yang sudah berjalan panjang.

Saya tak hendak mengkaji pementasan monolog ketiga dokter yang luar biasa itu, karena saya datang terlambat. Hanya penampilan dokter Eka Kusmawan yang sempat saya nikmati secara utuh. Eka, memang aktor yang baik sejak dulu. Pembacaan sajak oleh dokter Sahadewa, juga masih membuktikan bahwa beliau pernah menjadi pembaca puisi terbaik se-Bali beberapa puluh tahun yang lalu. Ketika Sahadewa masih menjadi siswa SMAN 1 Denpasar.

Sayang, saya hanya sepenggal menikmati pementasan dokter Ary Duarsa, sehingga saya tak berani komentar pada pementasan dokter yang mantan pengajar teater pada sebuah sekolah swasta, di bilangan jalan Kartini-Denpasar ini. Repertoar Tan Lioe Ie, juga menyuguhkan ‘puisi yang bernyayi’ secara luar biasa. Saya tak mempedulikan apakah Lioe Ie sedang mengetengahkan genre musik pop, klasik, RnB, jazz, blues, hiphop, atau jenis yang lain. Yang jelas, ia mampu menyajikan secara musikal tentang makna harmoni pada setiap puisi yang dinyanyikannya.

Suasana malam itu, seperti sebuah reuni yang puitik beberapa institusi sunyi. Saya jadi ingat sekitar 30 tahun yang lalu, ditempat yang sama, namun ketika itu aula masih berada di lantai 1, guru sastra berambut gondrong yang bernama GM Sukawidana menggelar apresiasi sastra. Kegiatan itu dilaksanakan pada hari minggu, saat kegiatan sekolah libur. Sekolah ini juga pernah membuat sejarah, ketika Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Fuad Hasan merekomendasi terbitnya antologi puisi beberapa muridnya. ‘Rindu Anak Mendulang Kasih’, begitu tajuk antologi puisi yang diterbitkan oleh penerbit bersejarah di tanah air, Balai Pustaka.

Berkumpulnya beberapa pribadi dengan berbagai latar belakang yang berbeda malam itu, adalah suatu kelanjutan gerakan/strategi kebudayaan yang terhimpun dari muara yang sama, institusi sunyi. Lantas apa yang menjadi kesamaan gerakan kebudayaan dari institusi sunyi tersebut ? yang menjadi kesamaan adalah ‘pendidikan yang berjiwa’ dari seni sastra. Pendidikan humanistik yang didapat dari susastra, telah menumbuhkan pribadi dan sikap kultural yang beragam.

Maka yang berkumpul malam itu tidaklah semua sastrawan, ada dokter, penulis, pegawai negeri, pekerja laboraturium kesehatan, dosen, fotografer, guru, penggiat LSM, petani, redaktur. Satu sama lain, mampu saling mengaktualisasikan potensi masing-masing sebagai pribadi/individu yang utuh. Dan, hikmah yang bisa saya petik malam itu, bahwa seni menjadi sarana tiap individu mengenyam pendidikan humanistik dan ber-kebudaya-an. Lalu, ingatan pada kuote anakku menggugah lamunanku akan perjalanan kenangan masa lalu yang indah itu ; I study art not because i want to be an artist, but because Iam a part of human being. (T)

Tags: baliMonologPendidikansastraUmbu Landu Paranggi
Previous Post

Jalan Panjang Menuju Ada

Next Post

Mempelajari Implementasi Sastra Dunia di dalam Pengetahuan Bahasa dan Sastra

Hartanto

Hartanto

Pengamat seni, tinggal di mana-mana

Next Post

Mempelajari Implementasi Sastra Dunia di dalam Pengetahuan Bahasa dan Sastra

Please login to join discussion

ADVERTISEMENT

POPULER

  • “Muruk” dan “Nutur”, Belajar dan Diskusi ala Anak Muda Desa Munduk-Buleleng

    “Muruk” dan “Nutur”, Belajar dan Diskusi ala Anak Muda Desa Munduk-Buleleng

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Apakah Menulis Masih Relevan di Era Kecerdasan Buatan?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Hari Lahir dan Pantangan Makanannya dalam Lontar Pawetuan Jadma Ala Ayu

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Sang Hyang Eta-Eto: Memahami Kalender Hindu Bali & Baik-Buruk Hari dengan Rumusan ‘Lanus’

    23 shares
    Share 23 Tweet 0
  • Film “Mungkin Kita Perlu Waktu” Tayang 15 Mei 2025 di Bioskop

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

KRITIK & OPINI

  • All
  • Kritik & Opini
  • Esai
  • Opini
  • Ulas Buku
  • Ulas Film
  • Ulas Rupa
  • Ulas Pentas
  • Kritik Sastra
  • Kritik Seni
  • Bahasa
  • Ulas Musik

Membunyikan Luka, Menghidupkan Diri : Catatan Pameran “Gering Agung” Putu Wirantawan

by Emi Suy
May 29, 2025
0
Membunyikan Luka, Menghidupkan Diri : Catatan Pameran “Gering Agung” Putu Wirantawan

DI masa pandemi, ketika manusia menghadapi kenyataan isolasi yang menggigit dan sakit yang tak hanya fisik tapi juga psikis, banyak...

Read more

Uji Coba Vaksin, Kontroversi Agenda Depopulasi versus Kultur Egoistik Masyarakat

by Putu Arya Nugraha
May 29, 2025
0
Kecerdasan Buatan dan Masa Depan Profesi Dokter

KETIKA di daerah kita seseorang telah digigit anjing, apalagi anjing tersebut anjing liar, hal yang paling ditakutkan olehnya dan keluarganya...

Read more

Sunyi yang Melawan dan Hal-hal yang Kita Bayangkan tentang Hidup : Film “All We Imagine as Light”

by Bayu Wira Handyan
May 28, 2025
0
Sunyi yang Melawan dan Hal-hal yang Kita Bayangkan tentang Hidup : Film “All We Imagine as Light”

DI kota-kota besar, suara-suara yang keras justru sering kali menutupi yang penting. Mesin-mesin bekerja, kendaraan berseliweran, klakson bersahutan, layar-layar menyala...

Read more
Selengkapnya

BERITA

  • All
  • Berita
  • Ekonomi
  • Pariwisata
  • Pemerintahan
  • Budaya
  • Hiburan
  • Politik
  • Hukum
  • Kesehatan
  • Olahraga
  • Pendidikan
  • Pertanian
  • Lingkungan
  • Liputan Khusus
Perpres 61 Tahun 2025 Keluar, STAHN Mpu Kuturan Sah Naik Status jadi Institut

Perpres 61 Tahun 2025 Keluar, STAHN Mpu Kuturan Sah Naik Status jadi Institut

May 29, 2025
 Haul Buya Syafii Maarif : Kelas Reading Buya Syafii Gelar Malam Puisi dan Diskusi Publik

Haul Buya Syafii Maarif : Kelas Reading Buya Syafii Gelar Malam Puisi dan Diskusi Publik

May 27, 2025
911—Nomor Cantik, Semoga Nomor Keberuntungan Buleleng di Porprov Bali 2025

911—Nomor Cantik, Semoga Nomor Keberuntungan Buleleng di Porprov Bali 2025

May 21, 2025
Inilah Daftar Panjang Kusala Sastra Khatulistiwa 2025

Inilah Daftar Panjang Kusala Sastra Khatulistiwa 2025

May 17, 2025
Meningkat, Antusiasme Warga Muslim Bali Membuka Tabungan Haji di BSI Kantor Cabang Buleleng

Meningkat, Antusiasme Warga Muslim Bali Membuka Tabungan Haji di BSI Kantor Cabang Buleleng

May 16, 2025
Selengkapnya

FEATURE

  • All
  • Feature
  • Khas
  • Tualang
  • Persona
  • Historia
  • Milenial
  • Kuliner
  • Pop
  • Gaya
  • Pameran
  • Panggung
ft. moreNarra di Acara “ASMARALOKA”—Album Launch Showcase dari Arkana: “Ya, Biarkan”
Panggung

ft. moreNarra di Acara “ASMARALOKA”—Album Launch Showcase dari Arkana: “Ya, Biarkan”

MENYOAL asmara atau soal kehidupan. Ada banyak manusia tidak tertolong jiwanya-sakit akibat berharap pada sesuatu berujung kekecewaan. Tentu. Tidak sedikit...

by Sonhaji Abdullah
May 29, 2025
Sulaman Sejarah dan Alam dalam Peed Aya Duta Buleleng untuk PKB 2025
Panggung

Sulaman Sejarah dan Alam dalam Peed Aya Duta Buleleng untuk PKB 2025

LANGIT Singaraja masih menitikkan gerimis, Selasa 27 Mei 2025, ketika seniman-seniman muda itu mempersiapkan garapan seni untuk ditampilkan pada pembukaan...

by Komang Puja Savitri
May 28, 2025
Memperingati Seratus Tahun Walter Spies dengan Pameran ROOTS di ARMA Museum Ubud
Pameran

Memperingati Seratus Tahun Walter Spies dengan Pameran ROOTS di ARMA Museum Ubud

SERATUS tahun yang lalu, pelukis Jerman kelahiran Moskow, Walter Spies, mengunjungi Bali untuk pertama kalinya. Tak lama kemudian, Bali menjadi...

by Nyoman Budarsana
May 27, 2025
Selengkapnya

FIKSI

  • All
  • Fiksi
  • Cerpen
  • Puisi
  • Dongeng
Kampusku Sarang Hantu [1]: Ruang Kuliah 13 yang Mencekam

Kampusku Sarang Hantu [17]: Wanita Tua dari Jalur Kereta

May 29, 2025
Menunggu Istri | Cerpen IBW Widiasa Keniten

Menunggu Istri | Cerpen IBW Widiasa Keniten

May 25, 2025
Kampusku Sarang Hantu [1]: Ruang Kuliah 13 yang Mencekam

Kampusku Sarang Hantu [16]: Genderuwo di Pohon Besar Kampus

May 22, 2025
Puisi-puisi Sonhaji Abdullah | Adiós

Puisi-puisi Sonhaji Abdullah | Adiós

May 17, 2025
Kampusku Sarang Hantu [1]: Ruang Kuliah 13 yang Mencekam

Kampusku Sarang Hantu [15]: Memeluk Mayat di Kamar Jenazah

May 15, 2025
Selengkapnya

LIPUTAN KHUSUS

  • All
  • Liputan Khusus
Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan
Liputan Khusus

Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan

SEBAGAIMANA Banyuwangi di Pulau Jawa, secara geografis, letak Pulau Lombok juga cukup dekat dengan Pulau Bali, sehingga memungkinkan penduduk kedua...

by Jaswanto
February 28, 2025
Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan
Liputan Khusus

Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan

SUNGGUH kasihan. Sekelompok remaja putri dari Desa Baturiti, Kecamatan Kerambitan, Tabanan—yang tergabung dalam  Sekaa Gong Kebyar Wanita Tri Yowana Sandhi—harus...

by Made Adnyana Ole
February 13, 2025
Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti
Liputan Khusus

Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti

BULELENG-BANYUWANGI, sebagaimana umum diketahui, memiliki hubungan yang dekat-erat meski sepertinya lebih banyak terjadi secara alami, begitu saja, dinamis, tak tertulis,...

by Jaswanto
February 10, 2025
Selengkapnya

ENGLISH COLUMN

  • All
  • Essay
  • Fiction
  • Poetry
  • Features
Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

March 8, 2025
Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

November 30, 2024
The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

September 10, 2024
The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

July 21, 2024
Bali, the Island of the Gods

Bali, the Island of the Gods

May 19, 2024

TATKALA.CO adalah media umum yang dengan segala upaya memberi perhatian lebih besar kepada seni, budaya, dan kreativitas manusia dalam mengelola kehidupan di tengah-tengah alam yang begitu raya

  • Penulis
  • Tentang & Redaksi
  • Kirim Naskah
  • Pedoman Media Siber
  • Kebijakan Privasi
  • Desclaimer

Copyright © 2016-2024, tatkala.co

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis

Copyright © 2016-2024, tatkala.co