31 May 2025
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
tatkala.co
No Result
View All Result

Trotoar dan Hal Remeh yang Terasa Hilang – Cerita Kecil dari Desa Wisata

Putra PradnyanabyPutra Pradnyana
February 2, 2018
inOpini

Foto: Putra Pradnyana

110
SHARES

 

DESA Munduk di Kecamatan Banjar, Buleleng, adalah desa yang terkenal. Ya, terkenal karena cengkeh. Ya, karena kopi. Ya, kini terkenal karena perkembangan pariwisata.

Untuk urusan pariwisata Munduk punya keistimewaan dibanding desa-desa wisata lain semisal Ubud. Selain punya sejarah panjang di bidang pariwisata (konon pariwisata Munduk sudah ada sejak zaman kolonial), juga karena Munduk berada di lereng perbukitan, dekat dengan danau, punya alam yang eksotis, dan tentu memiliki suasana kampung masa lalu yang masih sejuk udaranya dan tetap epeh (ramah) penduduknya.

Tapi tahun 2017, warga Desa Munduk mulai gigit kaki, eh, gigit jari. Cengkeh berbunga jarang. Dan kunjungan turis menurun dratis. Saya dengar informasi, turunnya bisa dibilang sampai 60 persen. Saya tak ingin menyalahkan erupsi Gunung Agung atas turunnya kunjungan turis itu. Tapi, ya, pokoknya kunjungan memang terasa turun. Itu saja,

Yang bikin perasaan agak sedikit lebih anu (mungkin senang, mungkin juga bingung), di tengah kunjungan wisatawan yang menurun, pemerintah amat gencar melakukan perbaikan infrastruktur. Tujuannya tentu baik, Agar Munduk makin sempurna jadi daerah tujuan wisata.

Jalan raya dan trotoar sepanjang 5 kilometer di desa itu diperbaiki. Sebenarnya perbaikan jalan sudah rampung. Jalan sudah mulus. Kendaraan dengan mudah bisa cur, baik di tikungan maupun di jalan lempeng.

Hanya kini perbaikan trotoar masih dalam proses pengerjaan. Trotoar ini mungkin sesuatu yang agak baru bagi warga. Tapi bukankah pariwisata memberi banyak hal baru bagi warga?

Tujuan trotoar tentu baik. Mungkin agar turis dan warga bisa jalan-jalan dengan nyaman di tepi jalan tanpa khawatir diseruduk mobil. Karena “baik” itulah warga merelakan bagian depan rumah mereka untuk dibongkar karena areal 1,5 meter dari bibir jalan adalah bagian untuk pengadaan trotoar.

Namun jangan salahkan juga warga jika ada saja yang mengeluh dan protes (dalam hati, tentu saja). Karena ada hal lain yang jarang dipikirkan. Trotoar boleh nyaman bagi pejalan kaki, tapi ada warga yang merasakan sesuatu, semacam sesuatu yang hilang. Entahlah apa yang hilang. Mungkin hal yang remeh-temeh, yang tak penting untuk disesalkan.

Ada sejumlah warung kecil dan rumah dekat jalan raya yang sebagian bangunannya harus dibongkar. Sejumlah warung terpaksa tutup sementara dan harus menggelontorkan uang untuk renovasi ulang. Tapi bukan uang itu yang jadi pikiran, tapi hal lain yang sulit dijelaskan di dunia modern ini.

Tersebut misalnya Nyoman Open. Ia merelakan beberapa bagian rumah dan warungnya dibongkar. Karena jarak rumah dan warung Nyoman Open dengan jalan raya sangat dekat, kurang lebih 50 cm. Sebagian dinding ruang tamu harus dibongkar, dan untuk sementara Nyoman Open menutupinya dengan papan. Itu membuat Nyoman merasa semakin dekat dengan jalan dan bisa mendengarkan suara deru kendaraan dengan makin jelas.

Nyoman juga kehilangan bagian depan warungnya. Biasanya ada sedikit tempat untuk para pemuda duduk sambil nongkrong dan menikmati es campur minuman suplemen penghangat badan sembari menyantap tipat santok di depan warung. Sebelum pembongkaran dilakukan, orang-orang bisa nongkrong lebih lama. Semakin lama orang-nongkrong di warung Nyoman, semakin banyak Nyoman bisa berjualan.

Tapi sekarang, orang semakin sedikit datang berbelanja dan semakin sebentar durasi untuk nongkrong. Tentu saja karena tidak ada cukup tempat lagi untuk duduk demi menikmati suasana ngeceng sambil menyeruput es dan menyantap tipat santok.

Tulisan ini bukan bentuk dari sikap anti pembangunan. Hanya semacam renungan bagi warga desa seperti saya ini, warga yang hidup di desa yang kini sedang pesat-pesatnya membangun kawasan pariwisata.

Semua tahu, termasuk Nyoman Open, manfaat jalan bagus dan trotoar bagi pejalan. Setelah semua proses pembangunan selesai, seperti kata banyak orang, mungkin hidupnya akan menjadi lebih baik.

Tulisan ini hanya menyampaikan semacam perasaan gamang, bahwa selalu ada yang hilang dari proses pembangunan. Jalan yang mulus dengan lalu-lintas yang padat, apalagi dengan trotoar yang gagah, mungkin bisa “memangkas” waktu yang biasa dipakai untuk berakrab-akrab antarwarga (orang modern mungkin menyebutkan bermalas-malasan).

Warga di seberang jalan yang dulu biasa saling sapa, saling meminta garam dapur, saling meminjam peralatan kerja, bahkan biasa saling pijat saling pijit, kini mungkin merasa berada di tempat saling berjauhan. Jalan yang mulus dengan lalu-lintas yang ramai telah memisahkan mereka seakan mereka berada di seberang pulau.

Ini mungkin tulisan yang sentimentil, berjiwa romantik masa lalu, bahkan ditulis dengan pikiran kuno. Namun, sekali lagi, ini hanya renungan. Karena siapa pun, tak mungkinlah mengembalikan sebuah desa ke zaman kerajaan atau ke zaman purba. Namun setidaknya, dengan sesekali merenung, jiwa kita tak akan tergerus sangat jauh ke zaman yang sebenarnya tak sepenuhnya kita kenal. (T)

Tags: bulelengdesadesa wisataPariwisatarenungan
Previous Post

Sukarno, Gus Dur, Jokowi, dan Punakawan Unfriend dalam Karya Rupa Butet

Next Post

Curangologi: Filsafat Curang Seri 4 – Tas Edy Asparanggi, Andy Warhol, atawa Gratifikasi

Putra Pradnyana

Putra Pradnyana

Next Post

Curangologi: Filsafat Curang Seri 4 - Tas Edy Asparanggi, Andy Warhol, atawa Gratifikasi

Please login to join discussion

ADVERTISEMENT

POPULER

  • “Muruk” dan “Nutur”, Belajar dan Diskusi ala Anak Muda Desa Munduk-Buleleng

    “Muruk” dan “Nutur”, Belajar dan Diskusi ala Anak Muda Desa Munduk-Buleleng

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Sang Hyang Eta-Eto: Memahami Kalender Hindu Bali & Baik-Buruk Hari dengan Rumusan ‘Lanus’

    23 shares
    Share 23 Tweet 0
  • Hari Lahir dan Pantangan Makanannya dalam Lontar Pawetuan Jadma Ala Ayu

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Film “Mungkin Kita Perlu Waktu” Tayang 15 Mei 2025 di Bioskop

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Tulak Tunggul Kembali ke Jantung Imajinasi

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

KRITIK & OPINI

  • All
  • Kritik & Opini
  • Esai
  • Opini
  • Ulas Buku
  • Ulas Film
  • Ulas Rupa
  • Ulas Pentas
  • Kritik Sastra
  • Kritik Seni
  • Bahasa
  • Ulas Musik

Tembakau, Kian Dilarang Kian Memukau

by Petrus Imam Prawoto Jati
May 31, 2025
0
Refleksi Semangat Juang Bung Tomo dan Kepemimpinan Masa Kini

PARA pembaca yang budiman, tanggal 31 Mei adalah Hari Tanpa Tembakau Sedunia. Tujuan utama dari peringatan ini adalah untuk meningkatkan...

Read more

Melahirkan Guru, Melahirkan Peradaban: Catatan di Masa Kolonial

by Pandu Adithama Wisnuputra
May 30, 2025
0
Mengemas Masa Silam: Tantangan Pembelajaran Sejarah bagi Generasi Muda

Prolog Melalui pendidikan, seseorang berkesempatan untuk mengembangkan kompetensi dirinya. Pendidikan menjadi sarana untuk mendapatkan pengetahuan sekaligus mengasah keterampilan bahkan sikap...

Read more

Menjawab Stigmatisasi Masa Aksi Kurang Baca

by Mansurni Abadi
May 30, 2025
0
Bersama dalam Fitri dan Nyepi: Romansa Toleransi di Tengah Problematika Bangsa

SEBELUM memulai pembahasan lebih jauh, marilah kita sejenak mencurahkan doa sembari mengenang kembali rangkaian kebiadaban yang terjadi pada masa-masa Reformasi,...

Read more
Selengkapnya

BERITA

  • All
  • Berita
  • Ekonomi
  • Pariwisata
  • Pemerintahan
  • Budaya
  • Hiburan
  • Politik
  • Hukum
  • Kesehatan
  • Olahraga
  • Pendidikan
  • Pertanian
  • Lingkungan
  • Liputan Khusus
Perpres 61 Tahun 2025 Keluar, STAHN Mpu Kuturan Sah Naik Status jadi Institut

Perpres 61 Tahun 2025 Keluar, STAHN Mpu Kuturan Sah Naik Status jadi Institut

May 29, 2025
 Haul Buya Syafii Maarif : Kelas Reading Buya Syafii Gelar Malam Puisi dan Diskusi Publik

Haul Buya Syafii Maarif : Kelas Reading Buya Syafii Gelar Malam Puisi dan Diskusi Publik

May 27, 2025
911—Nomor Cantik, Semoga Nomor Keberuntungan Buleleng di Porprov Bali 2025

911—Nomor Cantik, Semoga Nomor Keberuntungan Buleleng di Porprov Bali 2025

May 21, 2025
Inilah Daftar Panjang Kusala Sastra Khatulistiwa 2025

Inilah Daftar Panjang Kusala Sastra Khatulistiwa 2025

May 17, 2025
Meningkat, Antusiasme Warga Muslim Bali Membuka Tabungan Haji di BSI Kantor Cabang Buleleng

Meningkat, Antusiasme Warga Muslim Bali Membuka Tabungan Haji di BSI Kantor Cabang Buleleng

May 16, 2025
Selengkapnya

FEATURE

  • All
  • Feature
  • Khas
  • Tualang
  • Persona
  • Historia
  • Milenial
  • Kuliner
  • Pop
  • Gaya
  • Pameran
  • Panggung
Perayaan Penuh Kelezatan di Ubud Food Festival 2025
Panggung

Perayaan Penuh Kelezatan di Ubud Food Festival 2025

MEMASUKI tahun ke-10 penyelenggaraannya, Ubud Food Festival (UFF) 2025 kembali hadir dengan semarak yang lebih kaya dari sebelumnya. Perayaan kuliner...

by Dede Putra Wiguna
May 31, 2025
ft. moreNarra di Acara “ASMARALOKA”—Album Launch Showcase dari Arkana: “Ya, Biarkan”
Panggung

ft. moreNarra di Acara “ASMARALOKA”—Album Launch Showcase dari Arkana: “Ya, Biarkan”

MENYOAL asmara atau soal kehidupan. Ada banyak manusia tidak tertolong jiwanya-sakit akibat berharap pada sesuatu berujung kekecewaan. Tentu. Tidak sedikit...

by Sonhaji Abdullah
May 29, 2025
Sulaman Sejarah dan Alam dalam Peed Aya Duta Buleleng untuk PKB 2025
Panggung

Sulaman Sejarah dan Alam dalam Peed Aya Duta Buleleng untuk PKB 2025

LANGIT Singaraja masih menitikkan gerimis, Selasa 27 Mei 2025, ketika seniman-seniman muda itu mempersiapkan garapan seni untuk ditampilkan pada pembukaan...

by Komang Puja Savitri
May 28, 2025
Selengkapnya

FIKSI

  • All
  • Fiksi
  • Cerpen
  • Puisi
  • Dongeng
Lengkingan Gagak Hitam | Cerpen Mas Ruscitadewi

Lengkingan Gagak Hitam | Cerpen Mas Ruscitadewi

May 31, 2025
Puisi-puisi Eddy Pranata PNP | Stasiun, Lorong, Diam

Puisi-puisi Eddy Pranata PNP | Stasiun, Lorong, Diam

May 31, 2025
Kampusku Sarang Hantu [1]: Ruang Kuliah 13 yang Mencekam

Kampusku Sarang Hantu [17]: Wanita Tua dari Jalur Kereta

May 29, 2025
Menunggu Istri | Cerpen IBW Widiasa Keniten

Menunggu Istri | Cerpen IBW Widiasa Keniten

May 25, 2025
Kampusku Sarang Hantu [1]: Ruang Kuliah 13 yang Mencekam

Kampusku Sarang Hantu [16]: Genderuwo di Pohon Besar Kampus

May 22, 2025
Selengkapnya

LIPUTAN KHUSUS

  • All
  • Liputan Khusus
Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan
Liputan Khusus

Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan

SEBAGAIMANA Banyuwangi di Pulau Jawa, secara geografis, letak Pulau Lombok juga cukup dekat dengan Pulau Bali, sehingga memungkinkan penduduk kedua...

by Jaswanto
February 28, 2025
Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan
Liputan Khusus

Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan

SUNGGUH kasihan. Sekelompok remaja putri dari Desa Baturiti, Kecamatan Kerambitan, Tabanan—yang tergabung dalam  Sekaa Gong Kebyar Wanita Tri Yowana Sandhi—harus...

by Made Adnyana Ole
February 13, 2025
Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti
Liputan Khusus

Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti

BULELENG-BANYUWANGI, sebagaimana umum diketahui, memiliki hubungan yang dekat-erat meski sepertinya lebih banyak terjadi secara alami, begitu saja, dinamis, tak tertulis,...

by Jaswanto
February 10, 2025
Selengkapnya

ENGLISH COLUMN

  • All
  • Essay
  • Fiction
  • Poetry
  • Features
Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

March 8, 2025
Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

November 30, 2024
The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

September 10, 2024
The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

July 21, 2024
Bali, the Island of the Gods

Bali, the Island of the Gods

May 19, 2024

TATKALA.CO adalah media umum yang dengan segala upaya memberi perhatian lebih besar kepada seni, budaya, dan kreativitas manusia dalam mengelola kehidupan di tengah-tengah alam yang begitu raya

  • Penulis
  • Tentang & Redaksi
  • Kirim Naskah
  • Pedoman Media Siber
  • Kebijakan Privasi
  • Desclaimer

Copyright © 2016-2024, tatkala.co

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis

Copyright © 2016-2024, tatkala.co