8 May 2025
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
tatkala.co
No Result
View All Result

Monolog 3 Dokter di SMPN 1 Denpasar: Membangun Literasi, Menolak jadi “Cyborg”

Oka RusminibyOka Rusmini
February 2, 2018
inUlasan

tiga dokter, Ary Duarsa, Sahadewa dan Eka Kusmawan, bermain monolog di SMPN 1 Denpasar. (Foto: Tini Wahyuni)

19
SHARES

 

LINGKUNGAN sekolah sesungguhnya bisa dijadikan sumber belajar untuk membangun dunia literasi, termasuk di dalamnya seni dan budaya. Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Muhadjir Effendy mengatakan, untuk memajukan kebudayaan Indonesia, berbagai macam aspek kebudayaan akan diintegrasikan dengan pendidikan. Gerakan seniman masuk sekolah merupakan kegiatan pembelajaran seni di sekolah di luar jam pelajaran dengan melibatkan para seniman daerah.

Agaknya hal inilah yang membuat GM Sukawidana — guru Bahasa Indonesia mengajak para seniman untuk datang ke SMPN 1 Denpasar serangkaian Festival Monolog Bali 100 Putu Wijaya di sekolah itu. Ia mengundang tiga dokter dokter sekaligus aktor untuk pentas di panggung sekolah menengah itu.

Dokter Ary Duarsa memainkan monolog Raksasa. (Foto: Putu Satria Kusuma)

“Semua lingkungan di sekolah adalah ekosistem pendidikan. Bisa dijadikan sumber belajar apa saja dan bermanfaat bagi siswa, jadi siswa tidak sekadar belajar tetapi memahami bagaimana para maestro bekerja, ini bagus untuk mengelola pendidikan karakter siswa. Sekarang itu dunia pendidikan tidak hanya memerlukan wacana, harus ada eksekusi,” papar GM Sukawidana.

Membangun Literasi

Jika berbicara dunia pendidikan di Indonesia, selama fase 2017, kita hanya disuguhkan pada pemikiran-pemikiran yang lahir dari seminar satu ke seminar yang lain dengan hasil yang seragam. Bahwa siswa (baca: pelajar) harus memahami pentingnya arti dan nilai-nilai pancasila. Siswa juga harus memiliki karakter yang kuat menjadi manusia Indonesia yang berkarakter dan “paham” menjadi orang Indonesia.

Pertanyaannya, sudahkah ada panutan yang layak dicontoh para pelajar kita? Sosok manusia Indonesia yang layak “digugu” dan di tiru? Manusia Indonesia berkarakter Indonesia? Sementara TV dan beragam berita online yang masuk ke gadget para siswa berisi berita-berita para petinggi negeri yang “memuja” korupsi. Apa yang bisa disimak para pleajar kita? Apa yang bisa digugu dan ditiru? Apa yang bisa dipelajari.

Persoalan berikut, lemahnya minat siswa pada literasi? Ini pun menawarkan beragam “ide-ide” untuk membongkar dan menata dan mencari formula untuk “memaksa” siswa memahami dan minimal tertarik pada literasi. Bagaimana caranya tertarik, kalau suguhan memahami literasi begitu “monoton” dan tidak memiliki daya tarik dan pikat. Literasi di sekolah? Minat baca? Pendidikan karakter? Itulah tiga isu 2017 yang belum menemukan formula untuk ditawarkan sebagai resolusi.

Di tengah miskinnya formula dari pengampu kebijakan pendidikan untuk membangun siswa yang berkarakter dan cinta literasi, acara “monolog tiga dokter” ini adalah solusi paling “cerdas” untuk menawarkan sistem “pembelajaran “ gaya baru yang menarik sambil “bermain”.

Misalnya penyair Tan Lioe Ie menawarkan puisi-puisi yang “serius” jadi pementasan yang menghibur sekaligus mampu memancing kepekaan estetika siswa di sekolah menengah untuk mencintai puisi dengan cara yang dalam istilah anak sekarang: “asik-asik”.

Tan Lioe Ie mampu mnawarkan “kesederhanaan” sekaligus “kemewahan”. Dengan petikan gitar dan musik, juga indah secara visual, karena Tan Lioe Ie mampu menjaga dan membca irama panggung, tampak para siswa yang hadir juga ikut bergoyang.

Pentas Tiga dokter

Dokter-dokter itu adalah dokter yang rela “menyelipkan” waktu untuk membangun wacana pendidikan dengan teknik yang baru dan unik, pentas monolog. Di tengah hiruk-pikuknya para pasien yang menunggu.

Dr Eka Kusmawan, sehari-hari sebagai dokter bedah, jelas kesibukannya berjibun dimulai dengan jadwal padat di RS Surya Husada. Kecintaannya pada teater dimulai sejak kuliah di Fakultas Kedokteran, sekitar tahun1985-1989. Menjadi bagian dari komunitas seniman (Sanggar Minum Kopi) SMK.

Dokter Eka Kusmawan memainkan monolog Ah. (Foto: Putu Satria Kusuma)

Pernah menjadi pemeran utama terbaik Lomba Drama Modern se -Bali.Tiga tahun terakhir ini belajar fotografi dan sinematografi. Sekarang masih aktif di beberapa organisasi, terutama di bidang profesi, sebagai dokter bedah.

Setelah lebih dari 20 tahun tidak lagi pernah ber-seni teater, kini bersama teman2 terpanggil untuk ikut memainkan monolog karya Putu Wijaya dalam rangka “Festival Monolog Bali 100 Putu Wijaya”. dengan judul monolog “Ah” — menceritakan tentang seorang dokter yang bertugas di tempat terpencil, yang rindu ibunya. Dengan gaji kecil, dan lingkungan seputar desa tempatnya bertugas yang lebih percaya “dukun” dibanding seorang dokter.

Eka Kusmawan memainkannya “nasib” dokter yang selama ini selalu terkesan “borjuis” dan otaknya hanya isi “uang” dan identik dengan kemakmuran, bisa digambarkan Eka dengan baik. Sang tokoh dokter sesungguhnya sejak awal dilarang ibumunya memilih bertugas di daerah terpencil, karena dijamin hidup tidak makmur.

Faktanya selama bertugas di daerah terpencil sang dokter tidak digaji, juga ketika ada seorang gadis desa meninggal karena pengobatan sang dukun, yang disalahkan justru sang dokter karena masyarakat lebih percaya dukun dibanding dokter. Ketika pasien sang dukun mati, sang dokter disuruh menghidupkan dan memanggil roh gadis desa yang sudah meninggal.

Eka mengkemas tata panggung simple, dengan tata lampu apik. Dan yang mengejutkan, Eka pun mampu memainkan sang tokoh, dokter desa dengan apik. Di tengah bejibun tugas sebagai dokter bedah. Eka bisa menyisipkan diri untuk ikut membangun literasi lewat visual yang indah dan matang. Sederhana, murah, dan tentu langsung eksekusi tanpa perlu duduk berjam-jam di sebuah seminar.

Dr Dewa Putu Sahadewa SpOG K, alumnus SMP 1 Denpasar tahun 1984.Lahir besar dan menyelesaikan pendidikan dokternya di Denpasar Bali tapi sejak berpraktek Dokter Spesialis Kandungan tahun 2005 sampai sekarang berada di Kupang NTT.

Ia memulai kecintaan pada dunia sastra dan teater sejak diajak ikut bermain teater di Sanggar Sastra Cipta Budaya asuhan sang guru Bahasa Indonesia GM Sukawidana, setelah itu malang melintang sering memenangkan lomba penulisan dan pembacaan puisi, lomba drama modern.Pernah bergabung di Teater Angin, Sanggar Putih dan Sanggar Minum Kopi.

Dokter Saha, begitu dia biasa dipanggil saat ini kembalimenulis puisi sejak 2015.Menghasilkan dua antologi tunggal dan puluhan antologipuisi bersama. Saha saat ini tinggal di Kupang mengurus ratusan karyawan Rumah Sakit Ibu dan Anak di Kupang. Saha akan memainkan naskah Putu Wijaya berjudul, “Narkoba”.

Dokter Sahadewa memainkan monolog Narkoba. (Foto: Putu Satria Kusuma)

Jika kita jeli memahami pementasan ini, ada baiknya Saha perlu diundang untuk memberi ceramah bahaya narkoba dengan cara “pementasan”, Saha bermain serius. Ketika disinggung di tengah kesibukannya sebagai dokter kandungan, bisa-bisanya Sahadewa “mencuri” waktunya untuk mengajak semua pihak mencintai sastra.

“Jika minat masyarakat dan siswa terhadap sastra tinggi, mestinya minat baca tinggi dan masyarakat akan lebih cerdas dan maju. Karena “pintu” ilmu pengetahuan ada pada apa yang dibaca,” papar Sahadewa serius.

Dokter satu lagi Dr Sthiraprana Duarsa, orang menyebutnya dokter Ary Duarsa, sekitar tahun 1990-an puisi-puisi Dokter Ary Duarsa menjadi puisi-puisi yang disukai para pecinta puisi di Bali. Tetapi Ary Duarsa lebih nikmat menyimpannya sendiri, atau dibagikan untuk para sahabat. Sebagai dokter dan “petinggi” di Rumah Sakit Sanglah, dokter Ary merasa pementasan monolog tiga dokter serangkaian hari “Ibu” adalah cara yang paling tepat untuk memberikan “pencerahan”, “Relaksasi”, dan “pembelajaran” dengan cara-cara yang tidak biasa.

Karena bagi Ary Duarsa, lingkungan sekolah adalah tempat paling tepat untuk membangun karakter siswa dengan cara “bermain”. Dokter Ary Duarsa akan memainkan monolog Putu Wijaya berjudul “Raksasa” . Dengan gaya sederhana, dan apa adanya. Ary pun memainkan panggung dengan jenaka.

Jadi, begitulah seharusnya literasi dimainkan. Tidak cukup dengan beragam ceramah dan siswa harus duduk manis berjam-jam. Harus diubah paradigma memperkenalkan karakter, literasi, dan beragam program dengan cara rileks. Karena cerdas saja tidak cukup, harus ada keseimbangan antara otak kanan-kiri untuk membangun manusia Indonesia yang memiliki karakter matang. Mari berhentilah membuat beragam program-program yang membuat siswa menjelma jadi “cyborg”.

Tahu Cyborg? Cyborg adalah salah satu hasil rekayasa manusia dengan menggunakan teknologi canggih. Cyborg dibuat untuk digerakkan seperti manusia secara real. Cyborg merupakan perpaduan antara manusia dan mesin.. (T)

Catatan: Dalam versi berbeda, tulisan ini pertama kali dimuat di Bali Post

Tags: dokterFestival Monolog Bali 100 Putu WijayaLiterasiMonologPendidikansekolahTeater
Previous Post

Festival Rurung Peliatan 2017 – Meninggalkan Pahatan Seni Tebing, Bukan Sampah

Next Post

Tahun Baru: Tak Ada Resolusi, Hiduplah Dengan Spontan!

Oka Rusmini

Oka Rusmini

Ibu dari seorang anak lelaki. Yang mencoba memotret beragam kondisi sosial, budaya, dan politik di Indonesia dengan cara karikatural. Ala orang "Bali".

Next Post

Tahun Baru: Tak Ada Resolusi, Hiduplah Dengan Spontan!

Please login to join discussion

ADVERTISEMENT

POPULER

  • Refleksi Semangat Juang Bung Tomo dan Kepemimpinan Masa Kini

    Apakah Menulis Masih Relevan di Era Kecerdasan Buatan?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Tulak Tunggul Kembali ke Jantung Imajinasi

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Ulun Pangkung Menjadi Favorit: Penilaian Sensorik, Afektif, atau Intelektual?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • ”Married by Accident” Bukan Pernikahan Manis Cinderella

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Duel Sengit Covid-19 vs COVID-19 – [Tentang Bahasa]

    11 shares
    Share 11 Tweet 0

KRITIK & OPINI

  • All
  • Kritik & Opini
  • Esai
  • Opini
  • Ulas Buku
  • Ulas Film
  • Ulas Rupa
  • Ulas Pentas
  • Kritik Sastra
  • Kritik Seni
  • Bahasa
  • Ulas Musik

ORANG BALI AKAN LAHIR KEMBALI DI BALI?

by Sugi Lanus
May 8, 2025
0
PANTANGAN MENGKONSUMSI ALKOHOL DALAM HINDU

— Catatan Harian Sugi Lanus, 8 Mei 2025 ORANG Bali percaya bahkan melakoni keyakinan bahwa nenek-kakek buyut moyang lahir kembali...

Read more

Di Balik Embun dan Senjakala Pertanian Bali: Dilema Generasi dan Jejak Penanam Terakhir

by Teguh Wahyu Pranata,
May 7, 2025
0
Di Balik Embun dan Senjakala Pertanian Bali: Dilema Generasi dan Jejak Penanam Terakhir

PAGI-pagi sekali, pada pertengahan April menjelang Hari Raya Galungan, saya bersama Bapak dan Paman melakukan sesuatu yang bagi saya sangat...

Read more

HINDU MEMBACA KALIMAT SYAHADAT

by Sugi Lanus
May 7, 2025
0
HINDU MEMBACA KALIMAT SYAHADAT

— Catatan Harian Sugi Lanus, 18-19 Juni 2011 SAYA mendapat kesempatan tak terduga membaca lontar koleksi keluarga warga Sasak Daya (Utara) di perbatasan...

Read more
Selengkapnya

BERITA

  • All
  • Berita
  • Ekonomi
  • Pariwisata
  • Pemerintahan
  • Budaya
  • Hiburan
  • Politik
  • Hukum
  • Kesehatan
  • Olahraga
  • Pendidikan
  • Pertanian
  • Lingkungan
  • Liputan Khusus
“Bali Stroke Care”: Golden Period, Membangun Sistem di Tengah Detik yang Maut

“Bali Stroke Care”: Golden Period, Membangun Sistem di Tengah Detik yang Maut

May 8, 2025
Mosphit Skena Segera Tiba, yang Ngaku-Ngaku Anak Skena Wajib Hadir!

Mosphit Skena Segera Tiba, yang Ngaku-Ngaku Anak Skena Wajib Hadir!

May 7, 2025
Bimo Seno dan Dolog Gelar Pertandingan Tenis Lapangan di Denpasar

Bimo Seno dan Dolog Gelar Pertandingan Tenis Lapangan di Denpasar

April 27, 2025
Kebersamaan di Desa Wanagiri dalam Aksi Sosial Multisektor Paras.IDN dalam PASSION Vol.2 Bali

Kebersamaan di Desa Wanagiri dalam Aksi Sosial Multisektor Paras.IDN dalam PASSION Vol.2 Bali

April 23, 2025
Menghidupkan Warisan Leluhur, I Gusti Anom Gumanti Pimpin Tradisi Ngelawar di Banjar Temacun Kuta

Menghidupkan Warisan Leluhur, I Gusti Anom Gumanti Pimpin Tradisi Ngelawar di Banjar Temacun Kuta

April 22, 2025
Selengkapnya

FEATURE

  • All
  • Feature
  • Khas
  • Tualang
  • Persona
  • Historia
  • Milenial
  • Kuliner
  • Pop
  • Gaya
  • Pameran
  • Panggung
“Jalan Suara”, Musikalisasi Puisi Yayasan Kesenian Sadewa Bali dan Komunitas Disabilitas Tunanetra
Panggung

“Jalan Suara”, Musikalisasi Puisi Yayasan Kesenian Sadewa Bali dan Komunitas Disabilitas Tunanetra

SEPERTI biasa, Heri Windi Anggara, pemusik yang selama ini tekun mengembangkan seni musikalisasi puisi atau musik puisi, tak pernah ragu...

by Nyoman Budarsana
May 6, 2025
Mengenang Perupa I Gusti Made Peredi dan Karya-karyanya yang Membingkai Zaman
Khas

Mengenang Perupa I Gusti Made Peredi dan Karya-karyanya yang Membingkai Zaman

TAK salah jika Pemerintah Kota Denpasar dan Pemerintah Provinsi Bali menganugerahkan penghargaan kepada Almarhum I Gusti Made Peredi, salah satu...

by Nyoman Budarsana
May 6, 2025
“Muruk” dan “Nutur”, Belajar dan Diskusi ala Anak Muda Desa Munduk-Buleleng
Khas

“Muruk” dan “Nutur”, Belajar dan Diskusi ala Anak Muda Desa Munduk-Buleleng

DULU, pada setiap Manis Galungan (sehari setelah Hari Raya Galungan) atau Manis Kuningan (sehari setelah Hari Raya Kuningan) identik dengan...

by Komang Yudistia
May 6, 2025
Selengkapnya

FIKSI

  • All
  • Fiksi
  • Cerpen
  • Puisi
  • Dongeng
Kampusku Sarang Hantu [1]: Ruang Kuliah 13 yang Mencekam

Kampusku Sarang Hantu [14]: Ayam Kampus Bersimbah Darah

May 8, 2025
Perempuan di Mata Mak Kaeh | Cerpen Khairul A. El Maliky

Perempuan di Mata Mak Kaeh | Cerpen Khairul A. El Maliky

May 4, 2025
Puisi-puisi Gimien Artekjursi | Tentang Harimau Jawa

Puisi-puisi Gimien Artekjursi | Tentang Harimau Jawa

May 4, 2025
Poleng | Cerpen Sri Romdhoni Warta Kuncoro

Poleng | Cerpen Sri Romdhoni Warta Kuncoro

May 3, 2025
Puisi-puisi Muhammad Rafi’ Hanif | Kenang-Kenangan Seorang Mahasiswa

Puisi-puisi Muhammad Rafi’ Hanif | Kenang-Kenangan Seorang Mahasiswa

May 3, 2025
Selengkapnya

LIPUTAN KHUSUS

  • All
  • Liputan Khusus
Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan
Liputan Khusus

Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan

SEBAGAIMANA Banyuwangi di Pulau Jawa, secara geografis, letak Pulau Lombok juga cukup dekat dengan Pulau Bali, sehingga memungkinkan penduduk kedua...

by Jaswanto
February 28, 2025
Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan
Liputan Khusus

Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan

SUNGGUH kasihan. Sekelompok remaja putri dari Desa Baturiti, Kecamatan Kerambitan, Tabanan—yang tergabung dalam  Sekaa Gong Kebyar Wanita Tri Yowana Sandhi—harus...

by Made Adnyana Ole
February 13, 2025
Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti
Liputan Khusus

Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti

BULELENG-BANYUWANGI, sebagaimana umum diketahui, memiliki hubungan yang dekat-erat meski sepertinya lebih banyak terjadi secara alami, begitu saja, dinamis, tak tertulis,...

by Jaswanto
February 10, 2025
Selengkapnya

ENGLISH COLUMN

  • All
  • Essay
  • Fiction
  • Poetry
  • Features
Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

March 8, 2025
Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

November 30, 2024
The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

September 10, 2024
The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

July 21, 2024
Bali, the Island of the Gods

Bali, the Island of the Gods

May 19, 2024

TATKALA.CO adalah media umum yang dengan segala upaya memberi perhatian lebih besar kepada seni, budaya, dan kreativitas manusia dalam mengelola kehidupan di tengah-tengah alam yang begitu raya

  • Penulis
  • Tentang & Redaksi
  • Kirim Naskah
  • Pedoman Media Siber
  • Kebijakan Privasi
  • Desclaimer

Copyright © 2016-2024, tatkala.co

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis

Copyright © 2016-2024, tatkala.co