SEJAK lebih dari lima tahun, banyak warga Buleleng bermimpi indah tentang bandara internasional yang berdiri di Bali Utara. Dalam mimpi itu tak jelas diketahui apakah bandara itu berdiri di wilayah Gerokgak, atau di Kubutambahan, atau justru di tengah laut. Pokoknya di Buleleng.
Yang mimpi bukan hanya warga biasa, tapi pengusaha, pejabat tinggi, pejabat rendah, termasuk calo tanah. Tapi begitu mereka bangun, eh, tak ada bandara yang besar di mana pun di sudut Buleleng. Yang terdengar hanya kata bandara internasional berkali-kali dari mulut banyak orang, terutama dari mulut politikus menjelang hajatan pilkada.
Begitu bangun dari tidur sambil sesekali mengigau, bukan hanya bandara intrenasional tak ditemuinya di dunia nyata, bahkan banyak yang tak bisa menceritakan mimpinya dengan benar. Ada yang bilang dalam mimpi ada bandara di atas bukit, ada yang bilang di pesisir pantai, bahkan ada yang bilang bandara itu terapung di tengah lautan.
Intinya, tak ada yang lihai bermimpi secara lirih dan benar, termasuk menceritakan mimpinya agar orang-orang bisa percaya dengan gampang.
Kapal Mengapung, Bukan Bandara Terapung
Namun, sim salabim, tak banyak yang mimpi, tak banyak yang berwacana, bahkan jarang masuk dalam mulut politikus, eh, tiba-tiba ada kapal pesiar yang datang ke Buleleng. Kapal itu tentu bukan kapal terbang sebagaimana mimpi banyak orang tentang bandara. Kapal itu adalah kapal laut yang kebetulan ukurannya jumbo. Kata anak-anak, itu kapal laut raksasa.
Kapal itu mengapung, tapi bukan di atas bandara terapung. Kapal itu mengapung dan mengalir di atas lautan. Lautan utara yang tenang, sedikit riak, tak banyak bicara.
Lihatlah misalnya Rabu pagi-pagi benar, 13 Desember 2017. Ada kapal pesiar berukuran jumbo bernama MV. Genting Dream Cruise mendarat di wilayah Pelabuhan Celukan Bawang. Kapal dengan panjang 335 meter itu membawa kru sebanyak 1.879 orang, serta mengangkut wisatawan sebanyak 2.599 orang.
Ribuan wisatawan turun di Celukan Bawang disambut gembira Kepala Dinas Pariwisata Buleleng Nyoman Sutrisna dengan suguhan tari Panyembrama. Setelah itu, mereka, para wisatawan itu diangkut mobil pariwisata ke sejumlah destinasi wisata di Buleleng, antara lain ke Krisna Water Sport, DTW Munduk, Patung Dolphin di Lovina, Pulau Menjangan, Danau Buyan, Ulun Danu Beratan, Candikuning serta City Tour di kawasan kota Singaraja.
Memang, wisatawan itu menginap hanya sehari, namun datangnya kapal pesiar di Buleleng kini menjadi pembicaraan nyata. Bukan mimpi. Sebelum ini, sudah banyak kapal yang mendarat di Celukan Bawang dengan wisatawan yang jumlahnya selalu ribuan. Kabarnya, akhir Desember ini akan datang lagi kapal pesiar, dilanjutkan dengan kedatangan susulan Januari 2018.
Lupakan Dulu Mimpi Bandara
Jadi, jika boleh disuruh-suruh, lupakanlah dulu mimpi besar tentang bandara internasional. Mari urus yang nyata sudah datang di hadapan mata: kapal pesiar.
Mari siapkan destinasi dengan baik agar para wisatawan yang datang sehari-duahari itu bisa terkenang, terkesan, lalu dengan sendirinya menjadi agen promosi di luar negeri. Siapkan dengan baik infrastruktur dan program-program ikutan agar masyarakat Buleleng bisa menikmati dampak ekonomi dari kedatangan wisatawan itu.
Misalnya masyarakat bisa diajak merancang cindera mata khas Buleleng, bisa diambil dari bahan-bahan alam semacam kayu dan bambu yang biasa dibuat di desa-desa tua Sidatapa, Pedawa, Tigawasa dan Cempaga. Awalnya mungkin wisatawan kapal pesiar itu bisa diberikan secara gratis, dengan subsidi dari pemerintah, agar wisatawan bisa mempromosikan Buleleng dengan cindera mata yang dibawa hingga mereka tiba di rumah.
Yang paling penting, pikirkan juga pelabuhan kapal pesiar dengan baik. Lupakan bandara terapung atau bandara menggantung. Pelabuhan kapal pesiar mesti diperiksa kembali apakah layak jika ada kapal lebih besar lagi datang ke pesisir Bali Utara.
Kapal Genting Dream Cruise yang datang Rabu pagi ini sudah masuk dalam katagori kapal pesiar terbesar yang pernah masuk Celukan Bawang. Panjangnya mencapai 335 meter, namun dermaga di Celukan Bawang ukurannya hanya 270 meter.
“Kapal Genting Dream ini merupakan kapal terbesar yang pernah masuk Celukan Bawang. Karena panjang dermaga hanya 270 meter, tentu tidak bisa menampung kapal yang berukuran 335 meter. Solusinya ya para wisman naik boat untuk mencapai daratan,” kata General Manajer Pelindo III Celukan Bawang, Made Rusli Suryajaya, kepada wartawan di sela-sela penyambutan kapal besar itu, Rabu pagi. (T)