KORUPSI merajalela. Ada di mana-mana. Setiap hari, koran-koran selalu dihiasi berita korupsi. Televisi, juga menyajikan berita korupsi. Portal berita, ikut diramaikan dengan berita korupsi.
Sampai hari ini belum ada sanksi efektif yang membuat jumlah koruptor berkurang. Koruptor tetap saja muncul. Mereka seperti rumput. Dicabut satu, tumbuh lagi. Dicabut lagi, tumbuh lagi. Tidak habis-habis.
Lebih menjijikkan lagi, tingkah koruptor seperti selebritis. Saat keluar dari gedung Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), koruptor sudah dikerubungi wartawan. Melambai-lambai kepada juru kamera. Lalu dengan gaya yang sok cool mengatakan “Semua akan dijelaskan pengacara saya”.
Begitulah koruptor di negara kita. Dari hasil memakan uang negara, dia bisa membayar pengacara mahal. Membangun opini publik bahwa mereka tidak bersalah. Berdebat di pengadilan, dan akhirnya menang dengan hukuman miring. Tambah miring lagi saat dapat bonus remisi.
Barangkali satu-satunya hukuman yang bisa membuat koruptor jera, hanya hukuman mati. Tapi atas nama hak asasi manusia, ada yang menentangnya. Katanya membunuh koruptor tidak berperi-kemanusiaan. Lha, apa korupsi itu berperi-kemanusiaan.
Mungkin ada cara lain biar koruptor jadi jera. Misalnya membuat buku register koruptor. Semua koruptor yang hukumannya sudah incraht, wajib masuk dalam buku register ini. Dari buku ini, kita bisa tahu siapa saja yang pernah menggarong uang rakyat.
Bentuk bukunya tidak usah ruwet-ruwet. Seperti buku wisuda saja. Ada nama, tempat tanggal lahir, alamat, jumlah uang yang dikorupsi atau jumlah uang suap yang diterima, dan lama masa hukuman. Oh ya, jangan lupa masukkan foto. Biar wajahnya diingat dalam sejarah koruptor.
Alangkah senangnya jika buku register koruptor itu bisa diterbitkan oleh salah satu penerbit, lalu dijual di toko-toko buku seluruh Indonesia. Boom, bisa langsung jadi best seller. Malah, bisa jadi buku itu tidak sampai muncul di rak toko buku. Gara-gara diborong sama koruptor-koruptor itu.
Tapi jangan khawatir. Saat sudah diborong habis, penerbit sudah punya cukup modal melakukan cetak ulang. Sekalian memperbarui data koruptor dalam buku itu.
Siapa tahu dengan buku register koruptor ini, jumlah koruptor di negeri kita bisa berkurang drastis. Selain kapok dijatuhi hukuman, rasa malu sebagai koruptor akan melekat seumur hidup.
Kalau buku register koruptor ini terwujud, saya yakin negara kita akan masuk rekor dunia. Kalau bukan rekor “Jumlah Koruptor Terbanyak di Dunia”, mungkin “Negara dengan data Koruptor Terlengkap”. (T)
Desember 2017