12 May 2025
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
tatkala.co
No Result
View All Result

Erupsi Gunung Agung dan Apa Kabar Gerakan Literasi Nasional

Wayan PaingbyWayan Paing
February 2, 2018
inOpini

Foto: Kardian Narayana

25
SHARES

.
BATUK bukan kata yang mengejutkan. Kita terbiasa dengar batuk dan mengalami batuk. Karena terbiasa batuk bukanlah hal yang bikin panik, justru memberi petunjuk tentang apa yang harus kita lakukan.

Jika batuk mendera anak kita dalam rentang waktu yang lama, mungkin muncul rasa khawatir. Namun situasi itu masih dapat dikatakan sesuatu yang normal dan wajar. Cemas kadang dibutuhkan agar kita tetap merasa waspada.

Ketika mendengar kata Gunung Agung “batuk-batuk”, beragam tanggapan dan ekspresi muncul. Tentu karena banyak dari kita belum tahu dan belum terbiasa sehingga tak tahu apa yang harus kita lakukan.

Ketika gunung terbesar di Pulau Bali itu mulai menunjukkan aktivitas, dengan gejala erupsi berupa gempa yang tak berkesudahan, masyarakat yang berlokasi dekat dengan puncak Gunung Agung mulai merasa resah. Karena sebagian besar dari warga di sekitar gunung itu baru pertama kali mengalaminya.

Keresahan tersebut diperparah oleh asap dan abu kebakaran di lereng gunung yang disangka abu vulkanis. Salah sangka itu memicu kepanikan yang luar biasa. Bukan hanya masyarakat awam, pihak-pihak pengambil keputusan pun terkesan kelabakan.

Begitu dinyatakan status keaktifan Gunung Agung meningkat ke level awas, masyarakat jadi kalang kabut. Gema kepanikan begitu terasa di seantero Karangasem bahkan seluruh Bali. Banyak warga berebut keluar dari wilayah yang dianggap berbahaya dengan melajukan mobil dan sepeda motor.

Bersamaan pula ada upaya sanak famili di luar zona berbahaya menjemput saudaranya yang berada di kawasan berbahaya. Ini menyebabkan jalan-jalan menjadi macet parah oleh lalu-lalang kendaraan. Belum lagi kejadian tersebut terjadi di malam hari.

Tentu saja kita menanggapi itu sebagai sesuatu yang wajar. Semua manusia punya naluri dan usaha untuk menyelamatkan diri dari bencana. Secara alamiah semua manusia dan hewan melakukan tindakan tersebut.

Yang kemudian menjadikannya tidak wajar adalah ketika usaha untuk menyelamatkan diri itu malah membahayakan diri juga. Kemacetan dan resiko mobilitas yang tergesa-gesa tidak kurang dampak buruknya dari bencana yang hendak dihindari.

Di samping itu, masyarakat yang berada di zona aman ikut-ikutan panik. Ada beberapa daerah yang direkomendasikan sebagai tempat evakuasi jika erupsi terjadi, malah masyarakatnya ikut mengungsi. Para pengungsi yang datang dari daerah yang benar-benar rawan menjadi bingung setibanya di tempat relokasi. Penyebabnya, walau dinyatakan aman, melihat masyarakat tempat tersebut ikut mengungsi, menimbulkan keraguan, apakah tempat yang direkomendasikan tersebut benar-benar aman atau tidak.

Hal ini diperparah oleh media sosial. Media yang seyogyanya membantu dalam mempercepat akses penyebaran informasi yang baik, malah menjadi bagian dari pemicu kepanikan itu sendiri. Berita-berita hoax beredar. Dan tak henti-hentinya pula, sentuhan share merajalela. Dalam hitungan detik puluhan bahkan ratusan berita yang tidak benar beredar. Panik dan panik adalah satu-satunya hal yang kemudian tercipta.

Tanpa berusaha mencari kambing hitam di tengah kepanikan tersebut, tidak ada salahnya jika momen ini dijadikan pijakan untuk mulai berbenah. Seorang pakar pendidikan bahkan sudah mengusulkan agar materi mengenai bencana mulai dimasukkan ke dalam kurikulum sekolah.

Tujuannya, agar kita semua mengenal dan membiasakan diri berhadapan dengan bencana alam yang selalu mengancam di sekitar kita. Bukan hanya mengenai bencana Gunung Agung yang efeknya tentu saja paling besar, tapi juga bencana-bencana yang kerap terjadi. Longsor, pergerakan tanah, banjir, dan angin puting beliung adalah sedikit contohnya.

Pertanyaan kemudian muncul adalah bukankah informasi mengenai bencana erupsi Gunung Agung sudah banyak yang tersebar luas? Banyak berita, foto, video dan bahkan lontar mengenai dampak erupsi Gunung Agung terdahulu dengan gampang bisa diakses. Mulai dari media massa, elektronik dan media sosial, setiap saat dan di setiap tempat bisa kita dapatkan dengan mudah. Apakah ini belum cukup?

Tentu saja kita tidak bisa mengelak. Dari banyaknya sumber dan media yang ada, semua itu bisa dikatakan cukup. Masalahnya adalah kita mendapatkan informasi mengenai hal tersebut setelah bencana begitu dekat dan kepanikan terlanjur terjadi. Atau dengan kata lain kita baru berusaha mendapatkan pemahaman mengenai dampak erupsi Gunung Agung setelah ancaman erupsi tersebut tersaji di depan mata kita.

Belum lagi minat baca masyarakat masih amat rendah. Jangankan lontar, bahkan buku-buku cerita bergambar yang biasa berisi informasi-informasi tentang pengetahuan gunung api jarang dibaca. Buku-buku semacam itu sudah banyak beredar. Tapi, mau apa lagi, kita mungkin akan membaca ketika bencana sudah begitu dekat, saking dekatnya justru membacapun tak akan sempat.

Pada saat luang saja kita jarang membaca, apalagi pada saat panik.

Hal ini tentu saja tidak kita inginkan menimpa generasi-generasi kita ke depan. Perlu adanya upaya sistematis yang dilakukan untuk memberikan pemahaman yang benar. Dengan pemahaman yang benar, cara yang diambil dalam menghadapi bencana akan lebih baik dan “kepanikan yang sia-sia” tidak lagi terjadi.

Beranjak dari itu, tentunya tidak berlebihan jika budaya literasi, budaya membaca, budaya berpikir, makin digalakkan. Jangan hanya membaca label di minimarket tentang kenaikan harga-harga barang, tapi baca juga tentang ilmu alam dan lingkungan yang ada di sekitar kita.

Selain itu, dengan pengalaman ini, upaya untuk membuat kajian dan analisis tertulis mengenai dampak dan upaya-upaya penyelamatan diri jika Gunung Agung meletus segera diupayakan. Istilahnya mungkin bisa dikerenkan, yakni upaya literasi erupsi Gunung Agung dari masa ke masa perlu disusun.

Hasil dari literasi inilah yang harus disebarkan dan diwariskan kepada generasi agar kebal dalam menghadapi bencana. Agar upaya menyelamatkan diri ketika bencana itu terjadi bukan merupakan tindakan yang malah membahayakan diri.

Lalu, Gerakan Literasi Nasional, khususnya di Bali, apa kabar? Jika kabarnya masih belum jelas, maka gerakan itu sebaiknya digenjot terus, terutama gerakan membaca tentang cerita-cerita alam bagi warga yang berada di daerah-daerah yang berisiko terkena bencana alam.

Membaca bisa menyelamatkan diri dari ketidaktahuan. Karena ketidaktahuan bisa menimbulkan kepanikan, dan kepanikan bisa menimbulkan kesalahan dalam melangkah dan menyelamatkan diri. (T)

Tags: erupsiGunung AgungLiterasi
Previous Post

Nunung Noor El Niel# Puisi: Jemari Waktu, Igauan Selembar Daun

Next Post

Bangli, Tempat “Orang-orang Gila” Berkumpul

Wayan Paing

Wayan Paing

Lahir di Gulinten, 6 April 1983. Menjadi guru di Ababi, Abang, Karangasem. Saat mahasiswa suka sastra dan teater yang kini ingin ditekuninya kembali

Next Post

Bangli, Tempat “Orang-orang Gila” Berkumpul

Please login to join discussion

ADVERTISEMENT

POPULER

  • Refleksi Semangat Juang Bung Tomo dan Kepemimpinan Masa Kini

    Apakah Menulis Masih Relevan di Era Kecerdasan Buatan?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Tulak Tunggul Kembali ke Jantung Imajinasi

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Ulun Pangkung Menjadi Favorit: Penilaian Sensorik, Afektif, atau Intelektual?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • ”Married by Accident” Bukan Pernikahan Manis Cinderella

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Duel Sengit Covid-19 vs COVID-19 – [Tentang Bahasa]

    11 shares
    Share 11 Tweet 0

KRITIK & OPINI

  • All
  • Kritik & Opini
  • Esai
  • Opini
  • Ulas Buku
  • Ulas Film
  • Ulas Rupa
  • Ulas Pentas
  • Kritik Sastra
  • Kritik Seni
  • Bahasa
  • Ulas Musik

Melihat Pelaku Pembulian sebagai Manusia, Bukan Monster

by Sonhaji Abdullah
May 12, 2025
0
Melihat Pelaku Pembulian sebagai Manusia, Bukan Monster

DI Sekolah, fenomena bullying (dalam bahasa Indoneisa biasa ditulis membuli) sudah menjadi ancaman besar bagi dunia kanak-kanak, atau remaja yang...

Read more

Pulau dan Kepulauan di Nusantara: Nama, Identitas, dan Pengakuan

by Ahmad Sihabudin
May 12, 2025
0
Syair Pilu Berbalut Nada, Dari Ernest Hemingway Hingga Bob Dylan

“siapa yang mampu memberi nama,dialah yang menguasai, karena nama adalah identitas,dan sekaligus sebuah harapan.”(Michel Foucoult) WAWASAN Nusantara sebagai filosofi kesatuan...

Read more

Krisis Literasi di Buleleng: Mengapa Ratusan Siswa SMP Tak Bisa Membaca?

by Putu Gangga Pradipta
May 11, 2025
0
Masa Depan Pendidikan di Era AI: ChatGPT dan Perplexity, Alat Bantu atau Tantangan Baru?

PADA April 2025, masyarakat Indonesia dikejutkan oleh laporan yang menyebutkan bahwa ratusan siswa Sekolah Menengah Pertama (SMP) di Kabupaten Buleleng,...

Read more
Selengkapnya

BERITA

  • All
  • Berita
  • Ekonomi
  • Pariwisata
  • Pemerintahan
  • Budaya
  • Hiburan
  • Politik
  • Hukum
  • Kesehatan
  • Olahraga
  • Pendidikan
  • Pertanian
  • Lingkungan
  • Liputan Khusus
“Bali Stroke Care”: Golden Period, Membangun Sistem di Tengah Detik yang Maut

“Bali Stroke Care”: Golden Period, Membangun Sistem di Tengah Detik yang Maut

May 8, 2025
Mosphit Skena Segera Tiba, yang Ngaku-Ngaku Anak Skena Wajib Hadir!

Mosphit Skena Segera Tiba, yang Ngaku-Ngaku Anak Skena Wajib Hadir!

May 7, 2025
Bimo Seno dan Dolog Gelar Pertandingan Tenis Lapangan di Denpasar

Bimo Seno dan Dolog Gelar Pertandingan Tenis Lapangan di Denpasar

April 27, 2025
Kebersamaan di Desa Wanagiri dalam Aksi Sosial Multisektor Paras.IDN dalam PASSION Vol.2 Bali

Kebersamaan di Desa Wanagiri dalam Aksi Sosial Multisektor Paras.IDN dalam PASSION Vol.2 Bali

April 23, 2025
Menghidupkan Warisan Leluhur, I Gusti Anom Gumanti Pimpin Tradisi Ngelawar di Banjar Temacun Kuta

Menghidupkan Warisan Leluhur, I Gusti Anom Gumanti Pimpin Tradisi Ngelawar di Banjar Temacun Kuta

April 22, 2025
Selengkapnya

FEATURE

  • All
  • Feature
  • Khas
  • Tualang
  • Persona
  • Historia
  • Milenial
  • Kuliner
  • Pop
  • Gaya
  • Pameran
  • Panggung
Diskusi dan Pameran Seni dalam Peluncuran Fasilitas Black Soldier Fly di Kulidan Kitchen and Space
Pameran

Diskusi dan Pameran Seni dalam Peluncuran Fasilitas Black Soldier Fly di Kulidan Kitchen and Space

JUMLAH karya seni yang dipamerkan, tidaklah terlalu banyak. Tetapi, karya seni itu menarik pengunjung. Selain idenya unik, makna dan pesan...

by Nyoman Budarsana
May 11, 2025
Fenomena Alam dari 34 Karya Perupa Jago Tarung Yogyakarta di Santrian Art Gallery
Pameran

Fenomena Alam dari 34 Karya Perupa Jago Tarung Yogyakarta di Santrian Art Gallery

INI yang beda dari pameran-pemaran sebelumnya. Santrian Art Gallery memamerkan 34 karya seni rupa dan 2 karya tiga dimensi pada...

by Nyoman Budarsana
May 10, 2025
“Jalan Suara”, Musikalisasi Puisi Yayasan Kesenian Sadewa Bali dan Komunitas Disabilitas Tunanetra
Panggung

“Jalan Suara”, Musikalisasi Puisi Yayasan Kesenian Sadewa Bali dan Komunitas Disabilitas Tunanetra

SEPERTI biasa, Heri Windi Anggara, pemusik yang selama ini tekun mengembangkan seni musikalisasi puisi atau musik puisi, tak pernah ragu...

by Nyoman Budarsana
May 6, 2025
Selengkapnya

FIKSI

  • All
  • Fiksi
  • Cerpen
  • Puisi
  • Dongeng
Puisi-puisi Hidayatul Ulum | Selasar Sebelum Selasa

Puisi-puisi Hidayatul Ulum | Selasar Sebelum Selasa

May 11, 2025
Ambulan dan Obor Api | Cerpen Sonhaji Abdullah

Ambulan dan Obor Api | Cerpen Sonhaji Abdullah

May 11, 2025
Bob & Ciko | Dongeng Masa Kini

Bob & Ciko | Dongeng Masa Kini

May 11, 2025
Selendang Putih Bertuliskan Mantra | Cerpen I Wayan Kuntara

Selendang Putih Bertuliskan Mantra | Cerpen I Wayan Kuntara

May 10, 2025
Puisi-puisi Pramita Shade | Peranjakan Dua Puluhan

Puisi-puisi Pramita Shade | Peranjakan Dua Puluhan

May 10, 2025
Selengkapnya

LIPUTAN KHUSUS

  • All
  • Liputan Khusus
Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan
Liputan Khusus

Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan

SEBAGAIMANA Banyuwangi di Pulau Jawa, secara geografis, letak Pulau Lombok juga cukup dekat dengan Pulau Bali, sehingga memungkinkan penduduk kedua...

by Jaswanto
February 28, 2025
Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan
Liputan Khusus

Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan

SUNGGUH kasihan. Sekelompok remaja putri dari Desa Baturiti, Kecamatan Kerambitan, Tabanan—yang tergabung dalam  Sekaa Gong Kebyar Wanita Tri Yowana Sandhi—harus...

by Made Adnyana Ole
February 13, 2025
Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti
Liputan Khusus

Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti

BULELENG-BANYUWANGI, sebagaimana umum diketahui, memiliki hubungan yang dekat-erat meski sepertinya lebih banyak terjadi secara alami, begitu saja, dinamis, tak tertulis,...

by Jaswanto
February 10, 2025
Selengkapnya

ENGLISH COLUMN

  • All
  • Essay
  • Fiction
  • Poetry
  • Features
Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

March 8, 2025
Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

November 30, 2024
The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

September 10, 2024
The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

July 21, 2024
Bali, the Island of the Gods

Bali, the Island of the Gods

May 19, 2024

TATKALA.CO adalah media umum yang dengan segala upaya memberi perhatian lebih besar kepada seni, budaya, dan kreativitas manusia dalam mengelola kehidupan di tengah-tengah alam yang begitu raya

  • Penulis
  • Tentang & Redaksi
  • Kirim Naskah
  • Pedoman Media Siber
  • Kebijakan Privasi
  • Desclaimer

Copyright © 2016-2024, tatkala.co

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis

Copyright © 2016-2024, tatkala.co