1 June 2025
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
tatkala.co
No Result
View All Result

Menjelang Monolog Rupa Dasamuka Nyoman Erawan: Pralaya Matra dan Ground Zero

HartantobyHartanto
February 2, 2018
inUlasan

Foto Istimewa

26
SHARES

 

12 Oktober 2002, atau tepat 15 tahun silam, aksi teror melanda Bali. Tiga lokasi di Bali dibom saat hiruk pikuk pada Sabtu malam itu. Dua ledakan pertama terjadi di Paddy’s Pub dan Sari Club (SC) di Jalan Legian, Kuta, Bali. Yang terakhir, ledakan kecil terjadi di sekitar Renon Denpasar, dekat Kantor Konsulat Amerika Serikat yang berada di Jl. Hayamwuruk 188, Denpasar.

Peristiwa tragis dan merupakan terorisme terparah di Indonesia ini, menelan korban 202 orang. Sebanyak 164 orang di antaranya warga asing dari 24 negara, 38 orang lainnya warga Indonesia 209 orang mengalami luka-luka. Dampak kerusakan hingga radius satu kilometer dari pusat ledakan.

Tim Investigasi Gabungan Polri dan kepolisian luar negeri yang telah dibentuk untuk menangani kasus ini menyimpulkan, bom yang digunakan berjenis TNT seberat 1 kg dan di depan Sari Club, merupakan bom RDX berbobot antara 50–150 kg

Ketika bom meledak, saya sedang kerja di lantai dua rumah saya. Saat itu, saya masih bekerja sebagai jurnalis majalah bulanan terbitan Jakarta. Saya tak merasakan ada tanda-tanda ledakan bom di Kuta. Saya juga tak punya firasat kalau teman-teman jurnalis memberi info adanya bom via SMS. Waktu itu, HP jadul saya taruh di lantai 1, dan aplikasi tercanggih pada handphone saat itu hanya SMS dan telepon.

Tepat jam 5 pagi, saya telah selesai bekerja dan turun ke lantai satu untuk istirah. Saya sungguh terkejut setelah lihat puluhan SMS di HP saya dari teman-teman jurnalis. Rasa kantuk lantas sirna seketika. Saya lantas memacu sepeda motor menuju tempat ‘kemungkinan’ terdekat, kamar mayat RSUP Sanglah.

Sungguh suatu pemandangan yang seumur-umur belum pernah kulihat. Bau daging terbakar dan ratusan mayat yang tak utuh, menjadi pemandangan yang sangat mengerikan. Mayat-mayat itu, sebagian besar tergeletak di lantai karena begitu banyaknya korban yang ada di kamar mayat yang ukurannya tidak terlalu besar itu.

Saya ternyata bukan orang yang tahan berlama-lama melihat pemandangan mengerikan itu. Saya lantas melaju ke Kuta. Pemandangan di tempat kejadian dan sekitarnya, benar-benar seperti bekas lokasi peperangan. Bau daging terbakar, bangkai-bangkai kendaraan yang terbakar, pecahan kaca dan bahan bangunan yg berserakan di sekitar tempat kejadian peristiwa, menandakan betapa besar ledakan yang terjadi di tempat itu. Penjagaan ketat oleh aparat dan garis polisi, membatasi kami untuk mendekat. Kita hanya bisa meliput dari jarak sekitar 20 meter. Ketika petugas lengah, barulah kami bisa mendekat sampai sekitar 10 meter.

Singkat cerita, saya melihat-lihat pemandangan reruntuhan disekitar lokasi. Ada yang menarik perhatian saya, saat berada di dekat Paddy’s Pub. Saya melihat lelehan kaca akibat panas yg tinggi. Lelehan berukuran 1 meter x 60 cm x 5 cm itu bentuknya indah tak berarturan. Mirip stalaktit yang biasa ada di dalam gua dengan proses bentukannya yang amat lama.

Seketika itu juga saya teringat akan karya-karya instalasi Nyoman Erawan, yang memang saat itu karya-karyanya banyak ‘merefleksikan’ tentang maut. Pasalnya – bagi saya yang barusan melihat sosok mayat yang ‘berantakan’ di kamar mayat RSUP Sanglah – kaca yang meleleh tak beraturan itu mewakili ‘duka tak terkira’ para korban bom malam beberapa saat sebelumnya. Saya lantas ingin mengambil lelehan kaca tersebut untuk mendiskusikan dengan Erawan, apakah lelehan kaca tersebut bisa ia pergunakan sebagai material karya instalasinya? Sungguh, lelehan kaca itu semacam ‘ungkapan diam’ ngganga luka kita semua.

Perupa Nyoman Erawan dalam salah satu pentas-rupa./ Foto: Istimewa

Saya tepekur, terduduk di dekat sebuah sanggah di tepi jalan, yang sama sekali tak bergeming oleh ledakan dahsyat itu. Entah, kekuatan apa yang melindunginya. Terik matahari, menambah panasnya suasana di sekitar kejadian maut itu. Lelehan kaca itu masih menggoda rasa duka. Tapi saya urung mengambilnya. Mengapa? Adalah ‘persoalan’ besar andai saya membawa benda (yang mengandung unsur kematian itu) ke desa tempat Erawan tinggal. Maka saya urungkan keinginan itu. Saya kubur gagasan penuh luka dan duka itu, di antara puing-puing bom Kuta, hingga kini. Ya, saya kubur di ‘Ground Zero’.

Tak dapat disangkal, Nyoman Erawan, mungkin merupakan perupa Bali yang paling genial dalam menggelar seni pertunjukan dan seni instalasi atau senirupa 3 dimensi. Pada repertoar-repertoarnya, Erawan acap mengkritisi keadaan realita yang terjadi di-kekinian. Itulah kegelisahan Nyoman Erawan sebagai seorang perupa. Bisa jadi, bagi Erawan, karya-karya rupa dua dimensi memiliki ‘keterbatasan’ daya ungkap bagi gagasan-gagasan ‘liar’ nya.

Bulan Oktober ini, Erawan akan menggelar monolog rupa bertajuk ‘Dasamuka’.. Sesuatu hal baru dan menarik tentunya, suatu penggabungan antara seni pertunjukan dan seni rupa. Sebelumnya, Erawan pernah menggelar puisi rupa, dengan merespon karya puisi teman-teman penyair, di antaranya merespon puisi-puisi karya Sindhunata, SJ – beberapa waktu yang lalu. Dan saya belum pernah menyaksikan respon senirupa pada karya seni pertunjukan monolog.

Belum bisa saya bayangkan ‘diksi visual’ yang menjadi perbendaharaan Nyoman Erawan dalam mengartikulasikan makna yang tersimpan pada ‘narasi ekspositorik’ dan ‘narasi artistik’ monolognya 28 Oktober nanti. Saya hanya bisa meraba-raba, bahwa selama ini karya-karya Erawan acap ‘merambah’ wilayah maut. Maut, bagi Erawan bukan hal yang menakutan. Sebab, ia mampu melihat sisi estetika dari ujung peristiwa kehidupan itu, kematian. Ya, kematian yang indah. Seperti kematian Bisma Dewabrata, yang bisa menentukan hari kematiannya sendiri.

Terlalu banyak peristiwa duka di republik kita dan semesta raya ini. Mulai dari munculnya radikalisme dan intoleransi yang bertentangan dengan semangat sumpah pemuda. Perang berkepanjangan dan bom yang tiap hari meledak di negara-negara Timur Tengah. Insiden penembakan sadis oleh Stephen Paddock yang membunuh sedikitnya 59 orang dan melukai 515 lainnya di konser terbuka di Las Vegas. Semua itu merupakan tragedi kemanusiaan yang terasa amat perih mengiris nurani kita.

Hal-hal yang berbau maut itu, memang acap menjadi wilayah ‘refleksi kreatif’ Nyoman Erawan. Maka, mengingat tragedi kemanusiaan di Kuta 15 tahun yang lalu, saya ingin ‘menyimak’ kembali karya-karya Erawan periode ‘pralaya matra’ dan ‘penghormatan pada hati nurani’. Selain itu, saya juga ingin ‘membaca’ fenomena Gunung Agung yang mulai memperlihatkan aktifitasnya. Ia seperti memberi ‘tanda-tanda’ pada kita. Persoalannya, mampukah kita membaca ‘tanda-tanda alam’ ? Ada baiknya kita saksikan saja monolog rupa ‘Dasamuka’ Erawan nanti. Mungkin, Erawan akan menterjemahkan tanda-tanda alam itu lewat ‘sunyinya yang bening’. (T)

Catatan: Nyoman Erawan akan mementaskan Monolog Rupa berjudul Dasamuka karya Putu Wijaya di Bentara Budaya Bali, 28 Oktober 2017 malam. Pentas ini adalah serangkaian Festival Monolog Bali 100 Putu Wijaya

Tags: Festival Monolog Bali 100 Putu WijayaNyoman Erawanseni pertunjukanSeni Rupa
Previous Post

Segi Tiga Emas: Penida, Lembongan, Ceningan – Sebuah Harapan Anak Pulau…

Next Post

Taman Langit

Hartanto

Hartanto

Pengamat seni, tinggal di mana-mana

Next Post

Taman Langit

Please login to join discussion

ADVERTISEMENT

POPULER

  • “Muruk” dan “Nutur”, Belajar dan Diskusi ala Anak Muda Desa Munduk-Buleleng

    “Muruk” dan “Nutur”, Belajar dan Diskusi ala Anak Muda Desa Munduk-Buleleng

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Sang Hyang Eta-Eto: Memahami Kalender Hindu Bali & Baik-Buruk Hari dengan Rumusan ‘Lanus’

    23 shares
    Share 23 Tweet 0
  • Hari Lahir dan Pantangan Makanannya dalam Lontar Pawetuan Jadma Ala Ayu

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Film “Mungkin Kita Perlu Waktu” Tayang 15 Mei 2025 di Bioskop

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Tulak Tunggul Kembali ke Jantung Imajinasi

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

KRITIK & OPINI

  • All
  • Kritik & Opini
  • Esai
  • Opini
  • Ulas Buku
  • Ulas Film
  • Ulas Rupa
  • Ulas Pentas
  • Kritik Sastra
  • Kritik Seni
  • Bahasa
  • Ulas Musik

Google Launching Veo: Antropologi Trust Issue Manusia dalam Postmodernitas dan Sunyi dalam Jaringan

by Dr. Geofakta Razali
June 1, 2025
0
Tat Twam Asi: Pelajaran Empati untuk Memahami Fenomenologi Depresi Manusia

“Mungkin, yang paling menyakitkan dari kemajuan bukanlah kecepatan dunia yang berubah—tapi kesadaran bahwa kita mulai kehilangan kemampuan untuk saling percaya...

Read more

Study of Mechanical Reproduction: Melihat Kembali Peran Fotografi Sebagai Karya Seni yang Terbebas dari Konvensi Klasik

by Made Chandra
June 1, 2025
0
Study of Mechanical Reproduction: Melihat Kembali Peran Fotografi Sebagai Karya Seni yang Terbebas dari Konvensi Klasik

PERNAHKAH kita berpikir apa yang membuat sebuah foto begitu bermakna, jika hari ini kita bisa mereproduksi sebuah foto berulang kali...

Read more

“Noctourism”: Berwisata Sambil Begadang

by Chusmeru
June 1, 2025
0
Efek “Frugal Living” dalam Pariwisata

“Begadang jangan begadang, kalau tiada artinya, begadang boleh saja, kalau ada perlunya”. Itulah sebait lagu dangdut yang dibawakan Rhoma Irama...

Read more
Selengkapnya

BERITA

  • All
  • Berita
  • Ekonomi
  • Pariwisata
  • Pemerintahan
  • Budaya
  • Hiburan
  • Politik
  • Hukum
  • Kesehatan
  • Olahraga
  • Pendidikan
  • Pertanian
  • Lingkungan
  • Liputan Khusus
Perpres 61 Tahun 2025 Keluar, STAHN Mpu Kuturan Sah Naik Status jadi Institut

Perpres 61 Tahun 2025 Keluar, STAHN Mpu Kuturan Sah Naik Status jadi Institut

May 29, 2025
 Haul Buya Syafii Maarif : Kelas Reading Buya Syafii Gelar Malam Puisi dan Diskusi Publik

Haul Buya Syafii Maarif : Kelas Reading Buya Syafii Gelar Malam Puisi dan Diskusi Publik

May 27, 2025
911—Nomor Cantik, Semoga Nomor Keberuntungan Buleleng di Porprov Bali 2025

911—Nomor Cantik, Semoga Nomor Keberuntungan Buleleng di Porprov Bali 2025

May 21, 2025
Inilah Daftar Panjang Kusala Sastra Khatulistiwa 2025

Inilah Daftar Panjang Kusala Sastra Khatulistiwa 2025

May 17, 2025
Meningkat, Antusiasme Warga Muslim Bali Membuka Tabungan Haji di BSI Kantor Cabang Buleleng

Meningkat, Antusiasme Warga Muslim Bali Membuka Tabungan Haji di BSI Kantor Cabang Buleleng

May 16, 2025
Selengkapnya

FEATURE

  • All
  • Feature
  • Khas
  • Tualang
  • Persona
  • Historia
  • Milenial
  • Kuliner
  • Pop
  • Gaya
  • Pameran
  • Panggung
Perayaan Penuh Kelezatan di Ubud Food Festival 2025
Panggung

Perayaan Penuh Kelezatan di Ubud Food Festival 2025

MEMASUKI tahun ke-10 penyelenggaraannya, Ubud Food Festival (UFF) 2025 kembali hadir dengan semarak yang lebih kaya dari sebelumnya. Perayaan kuliner...

by Dede Putra Wiguna
May 31, 2025
ft. moreNarra di Acara “ASMARALOKA”—Album Launch Showcase dari Arkana: “Ya, Biarkan”
Panggung

ft. moreNarra di Acara “ASMARALOKA”—Album Launch Showcase dari Arkana: “Ya, Biarkan”

MENYOAL asmara atau soal kehidupan. Ada banyak manusia tidak tertolong jiwanya-sakit akibat berharap pada sesuatu berujung kekecewaan. Tentu. Tidak sedikit...

by Sonhaji Abdullah
May 29, 2025
Sulaman Sejarah dan Alam dalam Peed Aya Duta Buleleng untuk PKB 2025
Panggung

Sulaman Sejarah dan Alam dalam Peed Aya Duta Buleleng untuk PKB 2025

LANGIT Singaraja masih menitikkan gerimis, Selasa 27 Mei 2025, ketika seniman-seniman muda itu mempersiapkan garapan seni untuk ditampilkan pada pembukaan...

by Komang Puja Savitri
May 28, 2025
Selengkapnya

FIKSI

  • All
  • Fiksi
  • Cerpen
  • Puisi
  • Dongeng
Lengkingan Gagak Hitam | Cerpen Mas Ruscitadewi

Lengkingan Gagak Hitam | Cerpen Mas Ruscitadewi

May 31, 2025
Puisi-puisi Eddy Pranata PNP | Stasiun, Lorong, Diam

Puisi-puisi Eddy Pranata PNP | Stasiun, Lorong, Diam

May 31, 2025
Kampusku Sarang Hantu [1]: Ruang Kuliah 13 yang Mencekam

Kampusku Sarang Hantu [17]: Wanita Tua dari Jalur Kereta

May 29, 2025
Menunggu Istri | Cerpen IBW Widiasa Keniten

Menunggu Istri | Cerpen IBW Widiasa Keniten

May 25, 2025
Kampusku Sarang Hantu [1]: Ruang Kuliah 13 yang Mencekam

Kampusku Sarang Hantu [16]: Genderuwo di Pohon Besar Kampus

May 22, 2025
Selengkapnya

LIPUTAN KHUSUS

  • All
  • Liputan Khusus
Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan
Liputan Khusus

Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan

SEBAGAIMANA Banyuwangi di Pulau Jawa, secara geografis, letak Pulau Lombok juga cukup dekat dengan Pulau Bali, sehingga memungkinkan penduduk kedua...

by Jaswanto
February 28, 2025
Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan
Liputan Khusus

Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan

SUNGGUH kasihan. Sekelompok remaja putri dari Desa Baturiti, Kecamatan Kerambitan, Tabanan—yang tergabung dalam  Sekaa Gong Kebyar Wanita Tri Yowana Sandhi—harus...

by Made Adnyana Ole
February 13, 2025
Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti
Liputan Khusus

Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti

BULELENG-BANYUWANGI, sebagaimana umum diketahui, memiliki hubungan yang dekat-erat meski sepertinya lebih banyak terjadi secara alami, begitu saja, dinamis, tak tertulis,...

by Jaswanto
February 10, 2025
Selengkapnya

ENGLISH COLUMN

  • All
  • Essay
  • Fiction
  • Poetry
  • Features
Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

March 8, 2025
Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

November 30, 2024
The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

September 10, 2024
The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

July 21, 2024
Bali, the Island of the Gods

Bali, the Island of the Gods

May 19, 2024

TATKALA.CO adalah media umum yang dengan segala upaya memberi perhatian lebih besar kepada seni, budaya, dan kreativitas manusia dalam mengelola kehidupan di tengah-tengah alam yang begitu raya

  • Penulis
  • Tentang & Redaksi
  • Kirim Naskah
  • Pedoman Media Siber
  • Kebijakan Privasi
  • Desclaimer

Copyright © 2016-2024, tatkala.co

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis

Copyright © 2016-2024, tatkala.co