9 May 2025
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
tatkala.co
No Result
View All Result

Gunung Agung Terbangun, Solidaritas Orang Bali Mesti Terus Terbangun – Tanpa atau Sambil Selfie

Made Surya HermawanbyMade Surya Hermawan
February 2, 2018
inOpini

Kegiatan relawan hingga malam hari di posko pengungsian Gunung Agung. /Foto: Kardian

42
SHARES

 

GUNUNG AGUNG tidak hanya bangun dari tidurnya , tapi juga membangunkan solidaritas orang Bali. Kira-kira begitu bunyi status facebook yang aku tulis beberapa hari lalu. Bukan tanpa alasan, tapi memang itu yang aku rasakan. Kendati sedang tidak di Bali, getaran solidaritas itu cukup hangat hingga tiba di Malang.

Gunung Agung mungkin sedang mengingatkan orang Bali bukan hanya tentang alam. Bukan hanya tentang sebuah siklus mengerikan yang jauh setelahnya akan berbuah anugerah. Gunung Agung mungkin sedang mengingatkan orang Bali tentang semangat menyama braya yang dia rasa kian memudar. Gunung Agung mungkin sedang mengistirahatkan sejenak orang Bali dari berbagai konflik. Konflik rumah tangga, urusan pekerjaan, bahkan mungkin konflik pasangan yang sedang pacaran viagadget (LDR).

Sejak tanggal 22 September 2017 kira-kira pukul 20.30 WITA, status Gunung Agung resmi ditingkatkan ke level IV (awas). Sederhananya, menurut pandangan awam, Gunung Agung sudah pasti meletus, tinggal tunggu waktunya kapan. Sejak malam itu, arus pengungsi bergerak dari kawasan rawan bencana dengan radius 12 km dari puncak Gunung Agung ke seluruh kabupaten di Bali.

Apa yang terjadi setelahnya? Esok harinya, atau mungkin juga sudah dari malam itu, mulai bermunculan flyerdi mesia sosial tentang pembukaan donasi untuk para pengungsi. Bahkan, aku ingat, aku sempat membaca flyer pengumpulan donasi sebelum Gunung Agung ada di level awas, di instagram.

Lambat laun, penggalangan donasi itu semakin masif. Beraneka rupa bentuknya. Dari penyebaran flyeropen donation di media sosial, turun ke jalan, juga ada ngamen bareng. Mungkin masih banyak lagi. Itu dilakukan oleh banyak kalangan lintas profesi. Tidak memandang tua muda. Bahkan, aku lihat, di facebook anak SD pun turut menyumbang. Satu lagi, yang paling mengesankan, di instagram aku baca seorang nenek paruh baya mendatangi posko bantuan, juga untuk berdonasi.

Donasinya, beraneka rupa. Dari kebutuhan sandang dan pangan, hingga keperluan emosional. Semua itu mengalir dengan cepat dan hangat. Di media sosial dan banyak grup instant messagebahkan banyak tulisan tentang permohonan informasi posko pengungsian yang belum tersentuh bantuan, tentang posko yang kekurangan bantuan.

Apa artinya? Mereka bukan hanya ingin sekadar berdonasi, tapi memang ingin membantu, tepat sasaran.Selain uang dan barang, tidak kalah banyak juga teman-temanku di Bali langsung ngayah di posko pengungsian. Membantu memasak, mengajar, menghibur, dan masih banyak lagi. Bahkan, ada juga yang memberikan tempat untuk penitipan ternak warga yang ditinggal pergi mengungsi oleh pemiliknya. Banyak, sangat banyak.

Wali Kota Denpasar, Rai Mantra, datang dengan busung dan slepan. Unik, aku baca di instagram, katanya agar para pengungsi tidak bosan, diam, tidak produktif. Betul juga, ini salah satu penghilang kebosanan, dengan fakta di pengungsian pasti membosankan, terutama bagi Ibu-Ibu. Di Bali, orang tua tidak akan stress karena pekerjaan, mereka justru akan stress kalau sedang diam. Mungkin fenomena itu yang disadari oleh Pak Walikota.

Sekolah-sekolah di Denpasar pun, setahuku, dan mungkin juga ada di kabupaten lain, menerima anak usia sekolah untuk bersekolah sementara sesuai dengan satuan pendidikan mereka. Bijak, iya bijak, karena pendidikan tidak boleh dibatasi apapun, termasuk bencana. Dan yang paling penting, mereka tidak dipungut biaya, gratis. Sekolah-sekolah itu paham, nilai kemanusiaan jauh di atas materi, seberapapun banyaknya.

Lalu, aku berpikir, Bali sedang benar-benar menyatu. Semua seperti memiliki Karangasem sebagai bagian darinya. Media sosial akhirnya digunakan merekatkan, setelah selama ini sering memanaskan, bahkan cenderung memecah. Media sosial dimanfaatkan dengan bijak, untuk menggalang donasi, dan menyebarkan pesan solidaritas.

Namun, tadi siang aku membaca sebuah post instagram di akun infobadung, ada seorang anak kecil yang memegang kertas manila putih bertuliskan “Jangan Jadikan Bencana Ajang Cari Muka, Peduli Tak Harus Diumbar”. Benar, aku sepakat dengan tulisan itu. Tapi, penulis itu semestinya sadar bahwa yang dia/mereka tulis mungkin saja menjadi antiklimaks gerakan solidaritas ini.

Aku berpendapat begini, kalau mengunggah foto yang sedang menggalang atau memberi bantuan di media sosial dianggap mencari muka, lalu media apa yang bisa digunakan oleh para donatur untuk menyebarkan semangat optimisme dan solidaritasnya. Di era Kali Yuga, aku pikir semangat positif mutlak harus ditularkan.

Bagiku ini bukan perkara cari muka, tapi tentang penularan solidaritas. Bagiku memang peduli tak harus diumbar, tapi itu cara untuk melaporkan kepada para donatur kemana dan untuk apa saja uang dan barang yang mereka donasikan.

Kalaupun, kemungkinan terburuk, memang itu untuk cari muka, aku pikir sebaiknya itu menjadi urusan si pencari muka. Sebaiknya si penulis tidak menyebarkan psimisme di tengah situasi begini. Ya, bagiku itu pesan pesimisme.

Kenapa media sosial? Aku pikir itu solusi yang paling murah dan sederhana di era digital. Mohon maaf, aku justru berpikir si penulis itu belum siap menerima kemajuan era digital, pikirannya masih belum terbuka. Tidakkah dia/mereka malu dengan nenek dan anak SD yang ku sebutkan di atas? Tapi begini, mengutip post dari akun instagram@rarekual_topeng yang berbunyi “berbuat baik pun nu ade nak nyelekang, sing masalah tooo”, jadi diamkan saja. Bagiku, mari terus bergerak, bagi kita yang pintu keikhlasan dan kemanusiannya masih bisa diketuk.

Terakhir, aku berharap Gunung Agung sedang bersandiwara. Dia tidak sungguh ingin melontarkan isinya ke permukaan. Dia pun tidak sungguh ingin memberi bencana. Tetapi, aku harap, dia hanya sekadar ingin mengingatkan orang Bali tentang makna menyama braya. Agar Bali selalu damai dan dilingkupi kehangatan persaudaraan yang kuat di bawah lindungan Hyang Widhi.

Rahayu, salam dari Kota Malang. (T)

Tags: balierupsiGunung Agungmedia sosialsolidaritas
Previous Post

Gerakan Moral “Keluarga Asuh Pengungsi Gunung Agung” – Sebuah Gagasan

Next Post

Cinta Suci “Di Bawah Letusan Gunung Agung” – Membaca Novel Djelantik Santha

Made Surya Hermawan

Made Surya Hermawan

Lahir di Denpasar, 7 Oktober 1993, tinggal di Kuta, Bali. Lulusan Jurusan Pendidikan Biologi Undiksha, Singaraja, 2015. Gemar mendengar cerita politik dan senang berorganisasi. Setleah menamatkan studi pascasarjana di Program Studi Pendidikan Biologi Universitas Negeri Malang, ia mengabdikan ilmunya dengan jadi guru.

Next Post

Cinta Suci "Di Bawah Letusan Gunung Agung" – Membaca Novel Djelantik Santha

Please login to join discussion

ADVERTISEMENT

POPULER

  • Refleksi Semangat Juang Bung Tomo dan Kepemimpinan Masa Kini

    Apakah Menulis Masih Relevan di Era Kecerdasan Buatan?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Tulak Tunggul Kembali ke Jantung Imajinasi

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Ulun Pangkung Menjadi Favorit: Penilaian Sensorik, Afektif, atau Intelektual?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • ”Married by Accident” Bukan Pernikahan Manis Cinderella

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Duel Sengit Covid-19 vs COVID-19 – [Tentang Bahasa]

    11 shares
    Share 11 Tweet 0

KRITIK & OPINI

  • All
  • Kritik & Opini
  • Esai
  • Opini
  • Ulas Buku
  • Ulas Film
  • Ulas Rupa
  • Ulas Pentas
  • Kritik Sastra
  • Kritik Seni
  • Bahasa
  • Ulas Musik

Mendaki Bukit Tapak, Menemukan Makam Wali Pitu di Puncak

by Arix Wahyudhi Jana Putra
May 9, 2025
0
Mendaki Bukit Tapak, Menemukan Makam Wali Pitu di Puncak

GERIMIS pagi itu menyambut kami. Dari Kampus Undiksha Singaraja sebagai titik kumpul, saya dan sahabat saya, Prayoga, berangkat dengan semangat...

Read more

Kreativitas dan Imajinasi: Dua Modal Utama Seorang Seniman

by Pitrus Puspito
May 9, 2025
0
Kreativitas dan Imajinasi: Dua Modal Utama Seorang Seniman

DALAM sebuah seminar yang diadakan Komunitas Salihara (2013) yang bertema “Seni Sebagai Peristiwa” memberi saya pemahaman mengenai dunia seni secara...

Read more

Deepfake Porno, Pemerkosaan Simbolik, dan Kejatuhan Etika Digital Kita

by Petrus Imam Prawoto Jati
May 9, 2025
0
Refleksi Semangat Juang Bung Tomo dan Kepemimpinan Masa Kini

BEBERAPA hari ini, jagat digital Indonesia kembali gaduh. Bukan karena debat capres, bukan pula karena teori bumi datar kambuhan. Tapi...

Read more
Selengkapnya

BERITA

  • All
  • Berita
  • Ekonomi
  • Pariwisata
  • Pemerintahan
  • Budaya
  • Hiburan
  • Politik
  • Hukum
  • Kesehatan
  • Olahraga
  • Pendidikan
  • Pertanian
  • Lingkungan
  • Liputan Khusus
“Bali Stroke Care”: Golden Period, Membangun Sistem di Tengah Detik yang Maut

“Bali Stroke Care”: Golden Period, Membangun Sistem di Tengah Detik yang Maut

May 8, 2025
Mosphit Skena Segera Tiba, yang Ngaku-Ngaku Anak Skena Wajib Hadir!

Mosphit Skena Segera Tiba, yang Ngaku-Ngaku Anak Skena Wajib Hadir!

May 7, 2025
Bimo Seno dan Dolog Gelar Pertandingan Tenis Lapangan di Denpasar

Bimo Seno dan Dolog Gelar Pertandingan Tenis Lapangan di Denpasar

April 27, 2025
Kebersamaan di Desa Wanagiri dalam Aksi Sosial Multisektor Paras.IDN dalam PASSION Vol.2 Bali

Kebersamaan di Desa Wanagiri dalam Aksi Sosial Multisektor Paras.IDN dalam PASSION Vol.2 Bali

April 23, 2025
Menghidupkan Warisan Leluhur, I Gusti Anom Gumanti Pimpin Tradisi Ngelawar di Banjar Temacun Kuta

Menghidupkan Warisan Leluhur, I Gusti Anom Gumanti Pimpin Tradisi Ngelawar di Banjar Temacun Kuta

April 22, 2025
Selengkapnya

FEATURE

  • All
  • Feature
  • Khas
  • Tualang
  • Persona
  • Historia
  • Milenial
  • Kuliner
  • Pop
  • Gaya
  • Pameran
  • Panggung
“Jalan Suara”, Musikalisasi Puisi Yayasan Kesenian Sadewa Bali dan Komunitas Disabilitas Tunanetra
Panggung

“Jalan Suara”, Musikalisasi Puisi Yayasan Kesenian Sadewa Bali dan Komunitas Disabilitas Tunanetra

SEPERTI biasa, Heri Windi Anggara, pemusik yang selama ini tekun mengembangkan seni musikalisasi puisi atau musik puisi, tak pernah ragu...

by Nyoman Budarsana
May 6, 2025
Mengenang Perupa I Gusti Made Peredi dan Karya-karyanya yang Membingkai Zaman
Khas

Mengenang Perupa I Gusti Made Peredi dan Karya-karyanya yang Membingkai Zaman

TAK salah jika Pemerintah Kota Denpasar dan Pemerintah Provinsi Bali menganugerahkan penghargaan kepada Almarhum I Gusti Made Peredi, salah satu...

by Nyoman Budarsana
May 6, 2025
“Muruk” dan “Nutur”, Belajar dan Diskusi ala Anak Muda Desa Munduk-Buleleng
Khas

“Muruk” dan “Nutur”, Belajar dan Diskusi ala Anak Muda Desa Munduk-Buleleng

DULU, pada setiap Manis Galungan (sehari setelah Hari Raya Galungan) atau Manis Kuningan (sehari setelah Hari Raya Kuningan) identik dengan...

by Komang Yudistia
May 6, 2025
Selengkapnya

FIKSI

  • All
  • Fiksi
  • Cerpen
  • Puisi
  • Dongeng
Kampusku Sarang Hantu [1]: Ruang Kuliah 13 yang Mencekam

Kampusku Sarang Hantu [14]: Ayam Kampus Bersimbah Darah

May 8, 2025
Perempuan di Mata Mak Kaeh | Cerpen Khairul A. El Maliky

Perempuan di Mata Mak Kaeh | Cerpen Khairul A. El Maliky

May 4, 2025
Puisi-puisi Gimien Artekjursi | Tentang Harimau Jawa

Puisi-puisi Gimien Artekjursi | Tentang Harimau Jawa

May 4, 2025
Poleng | Cerpen Sri Romdhoni Warta Kuncoro

Poleng | Cerpen Sri Romdhoni Warta Kuncoro

May 3, 2025
Puisi-puisi Muhammad Rafi’ Hanif | Kenang-Kenangan Seorang Mahasiswa

Puisi-puisi Muhammad Rafi’ Hanif | Kenang-Kenangan Seorang Mahasiswa

May 3, 2025
Selengkapnya

LIPUTAN KHUSUS

  • All
  • Liputan Khusus
Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan
Liputan Khusus

Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan

SEBAGAIMANA Banyuwangi di Pulau Jawa, secara geografis, letak Pulau Lombok juga cukup dekat dengan Pulau Bali, sehingga memungkinkan penduduk kedua...

by Jaswanto
February 28, 2025
Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan
Liputan Khusus

Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan

SUNGGUH kasihan. Sekelompok remaja putri dari Desa Baturiti, Kecamatan Kerambitan, Tabanan—yang tergabung dalam  Sekaa Gong Kebyar Wanita Tri Yowana Sandhi—harus...

by Made Adnyana Ole
February 13, 2025
Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti
Liputan Khusus

Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti

BULELENG-BANYUWANGI, sebagaimana umum diketahui, memiliki hubungan yang dekat-erat meski sepertinya lebih banyak terjadi secara alami, begitu saja, dinamis, tak tertulis,...

by Jaswanto
February 10, 2025
Selengkapnya

ENGLISH COLUMN

  • All
  • Essay
  • Fiction
  • Poetry
  • Features
Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

March 8, 2025
Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

November 30, 2024
The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

September 10, 2024
The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

July 21, 2024
Bali, the Island of the Gods

Bali, the Island of the Gods

May 19, 2024

TATKALA.CO adalah media umum yang dengan segala upaya memberi perhatian lebih besar kepada seni, budaya, dan kreativitas manusia dalam mengelola kehidupan di tengah-tengah alam yang begitu raya

  • Penulis
  • Tentang & Redaksi
  • Kirim Naskah
  • Pedoman Media Siber
  • Kebijakan Privasi
  • Desclaimer

Copyright © 2016-2024, tatkala.co

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis

Copyright © 2016-2024, tatkala.co