Mahasiswa,
Manusia yang bijaksana, katanya.
Tunduk kepada IPK hingga tak berdaya
Angannya selangit, tetapi gejala apatis merajalela
Kemanakah kelak kalian singgah ?
– T. Rahman Al Habsyi
Siapakah seorang mahasiswa? Manusia paling elit dengan sejuta kenikmatan dan korban tugas dosen, atau manusia yang dianugrahi Tuhan merasakan belajar di tempat ber-AC ala pejabat Negara? Sarwono berpendapat: Mahasiswa merupakan setiap orang yang secara resmi telah terdaftar untuk mengikuti pelajaran di perguruan tinggi dengan batas usia sekitar antara 18-30 tahun. Dengan status intelektualnya biasanya mahasiswa menjadi harapan bagi masyarakat luas, hingga peran dan fungsinya menjadi pembela dan pelopor bagi keadilan dan kebenaran untuk perwujudan sebuah kesejahteraan.
Dari sekian definisi tentang mahasiswa tetapi saya tidak peduli, semua orang punya perspektif masing-masing sesuai isi kepalanya. Sekarang bukan saatnya memperdebatkan tentang definisi ini. Yang jelas saya bangga dan bahkan tidak mau melepas status menjadi seorang mahasiswa. Karena mahasiswa mempunyai label yang tinggi dimasyarakat bahkan menjadi sampah masyarakat.
Banyak hal kenapa saya tidak rela melepas status ini, salah banyak ialah menjadi seorang mahasiswa sejatinya ditakuti oleh birokrat negara, disitulah api berkobar siapa diri kita sebenarnya. Seperti dalam puisi Taufik Ismail takut 66, takut 98
Mahasiswa takut pada dosen
Dosen takut pada dekan
Dekan takut pada rektor
Rektor takut pada mentri
Mentri takut pada presiden
Presiden takut kepada MAHASISWA
Dalam puisi di atas cukup jelas siapa mahasiswa dalam birokrasi. Mahasiswa tidak butuh jabatan untuk menggulingkan pemerintahan, hanya butuh Status Mahasiswanya. Nah yang jadi pertanyaan mahasiswa seperti apa yang terdapat dalam puisi tersebut hingga mampu melululantahkan Birokrasi kampus? tentu mahasiswa yang punya sisi lain.
Sisi lain dari seorang mahasiswa ialah manusia bebas di malam hari seperti kelelawar, kenapa harus kelelawar? Sukanya di tempat gelap dengan kopi, sebatang rokok eceran, tulisan jalang dalam kertas, saling serang ideologi adu kuat argumentasi dalam sebuah diskusi “Mahasiswa Sok Idealis”, tetapi beda dengan mahasiswa pojok kampus yang sukanya main gelap-gelapan cari sensasi birahi.
Mahasiswa Mahluk Terfasilitasi
Kenapa terfasilitasi? Mahasiswa sekarang hidupnya macam PNS saja, tanggal muda senang-senang, tanggal tua tinggal tunggu kiriman. Telepon orang tua karena uang saku sudah tidak mencukupi. Tempat tinggal mewah, tidur beralaskan kasur padahal orang tua tidur beralaskan masalah. Masalah panen gagal, masalah utang menumpuk, masalah menunggu anaknya kapan wisuda, dan semoga anda tidak bermasalah membaca tulisan ini, hehe
Mahasiswa Gajian
Ada apa dengan kata gaji dan mahasiswa? Tentu hal itu sesuatu yang sangat erat dengan mahasiswa, terutama mahasiswa yang mendapatkan beasiswa. Beasiswa adalah sumber utama penghasilan mahasiswa hanya dengan mengisi absen setiap hari dengan karya tulis ilmiah sebagai persyaratan yang bisa copy paste di mana saja.
Banyak yang salah menggunakan uang gajian ini, seharusnya uang tersebut memang dibelanjakan untuk kebutuhan studinya bukan stailnya. Uang bukan dibelikan barang-barang mewah semisal elektronik Smartphone, beli baju baru, modif motor, dsb. Tetapi seharusnya uang tersebut dibelanjakan untuk membeli buku untuk menunjang kuliah dan pengembangan diri.
Mahasiswa Populis
Populis? Menjadi mahasiswa yang memiliki popularitas tinggi di kampus bisa menjadi dewa di kalangan kaum hawa (sebaliknya). Jadi saya bisa dengan mudah bergonta-ganti pasangan untuk diajak kencan di akhir pekan setelah bercumbu dengan jadwal kuliah dan tugas yang cukup banyak.
Dengan segala kenikmatan itulah saya ingin memperpanjang status mahasiswa dengan mengajukan regulasi kepada pemerintah dengan syarat gaji (beasiswa) saya ditambah nominalnya. Bahkan saya akan meminta untuk dibuatkan cafe saja didalamkan kampus, karena tempat ini sudah tidak nyaman lagi untuk kalangan akademis. Mahasiswa dan kampus kini menjelma menjadi paket kaum kapital yang belajar untuk idealis di masa muda tetapi perampok ditampuk kekuasaan. (T)